Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muhammad Fadhli

Mengapa Mempelajari Stunting pada Anak itu Penting?

Eduaksi | Tuesday, 12 Oct 2021, 15:42 WIB

Gagal tumbuh pada anak atau biasa disebut dengan stunting merupakan bagian dari Beban Gizi Ganda atau biasa sering disebut Double Burden yang artinya pada saat kita masih terus bekerja keras mengatasi kekurangan Gizi seperti kurus, stunting dan anemia. Namun pada saat yang sama juga harus menghadapi masalah kelebihan gizi atau obesitas.

Permasalahan yang dihadapi saat ini Ketika Indonesia dilanda krisis masalah gizi ditambah dengan pola hidup yang tidak sesuai dari indikator pola hidup bersih dan sehat. Sehingga stunting menjadi produk akhir dari ketidaksesuaian pola hdiup bersih dan sehat dan berdampak kepada masa-masa yang akan mendatang. Begitu pentingnya fokus stunting ini, jika kita hiraukan maka dampaknya akan luas kepada generasi di masa yang mendatang.

Bagaiamana kondisi stunting di Indonesia saat ini ?

Saat ini, jumlah anak balita di Indonesia menurut Kementerian Kesehatan sekitar 22,4 juta. Setiap tahunnya, setidaknya ada 5,2 juta perempuan di Indonesia yang hamil. Dari mereka, rata-rata bayi yang lahir setiap tahun berjumlah 4,9 juta anak. Tiga dari 10 balita di Indonesia mengalami stunting atau memiliki tinggi badan lebih rendah dari standar usianya. Tak hanya bertumbuh pendek, efek domino pada balita yang mengalami stunting lebih kompleks. Selain persoalan fisik dan persoalan kognitif, balita stunting juga berpotensi menghadapi persoalan lain di luar itu. Stunting bukan berarti gizi buruk yang ditandai dengan kondisi tubuh anak yang begitu kurus. Yang sering terjadi pada anak mengalami stunting cenderung memiliki sistem metabolisme tubuh yang tidak optimal. Seperti halnya pada kasus anak yang pada umumnya di masa pertumbuhan lebih fokus tumbuh ke atas justru pada anak yang mengalami stunting lebih cenderung tumbuh ke samping. Kejadian tersebut berresiko terhadap penyakit tidak meluar di Indonesia seperti obesitas dan diabetes. Tak hanya itu, suatu saat, balita yang mengalami stunting akan tumbuh menjadi manusia dewasa dan bekerja dengan penuh keterbatasan sehingga efek yang terjadi kesulitan dalam daya saing dengan manusia lainnya.

Jika isu stunting ini tetap dibiarkan dan hanya sebagai studi semata tanpa ada penanganan secara langsung maka akan berdampak pada sektor sektor lainnya seperti pertumbuhan ekonomi negara hingga daya saing bangsa akan hilang akibat secara nutrisi dari anak kurang dipenuhi.

Bagaimana kita bisa mencegah stunting sejak dini ?

Supaya kita bisa Bersama-sama dalam menanggualngi stunting, minimal kita memperbaharui pola hidup di tingkat paling kecil yakni di tingkat keluarga. Adapun cara paling terkecil dalam penanggulangan stunting adalah sebagai berikut :

1. Di masa kehamilan, asupan nutrisi harus di penuhi seperti pemunuhan nutrisi asam folat, zat besi, kolin, magnesium, yodium, zinc, Vitamin A, Vitamin B dan Vitamin D. Selain itu penerapan pola hidup bersih dan sehat seperti pengecekan kandungan secara berkala, menghindari asap rokok, dan berolahraga secara rutin akan meminimalisir terjadinya stunting setelah anak dilahirkan;

2. Setelah anak dilahirkan, maka asupan gizi pertama yang didapatkan pada anak adalah ASI pada fase IMD ( Inisiasi Menyusui Dini) dengan pemberian optimal sampai anak berusia dua tahun. Setelah 6 bulan pemberian ASI maka didampingi dengan Makanan Pendamping ASI yang takarannya disesuaikan dengan kondisi anak. Dibiasakan untuk anak di pantau Kesehatan seperti dating ke posyandu atau ke dokter anak dalam pemenuhan gizi yang seimbang pada anak;

3. Setelah melalui fase menyusui hingga dua tahun, penting sebagai orang tua dalam memulai mengedukasi kepada anak baik dalam pola hidup dan pola makan anak seperti asupan gizi harian anak serta memberikan pengetahuan kepada anak terkait gizi dan Kesehatan;

4. Setelah anak memasuki fase remaja, anak harus dibiasakan untuk melakukan penerapan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan menjaga pola gizi yang seimbang, mulai membatasi pergaulan antara pergaulan yang baik dan tidak dan mengajari kepada anak mengenai Kesehatan reproduksi. Sehingga anak mulai membatasi diri dan menjaga dalam pergaulan dengan teman-teman lainnya;

5. Setelah anak tersebut masuk pada fase dewasa muda, anak bisa dibekali untuk pemahaman mengenai seputar Keluarga Berencana sehingga bisa melakukan perencanaan awal dalam menentukan hidupnya di masa depan. Selain itu melakukan deteksi dini terkait penyakit menular dan tidak menular dan tetap untuk menjaga Pola Hidup Bersih dan Sehat.

Dari Langkah-langkah tersebut bisa diputarkan Kembali Ketika anak tersebut sudah menentukan pada fase pernikahan sehingga ketika sudah masuk fase berkeluarga sudah mulai diadaptasi secara berulang dan sebagai Langkah awal dalam menanggulangi stunting di tingkat keluarga. Karena kalua anak sudah terkena stunting, tidak bisa disembuhkan atau penanganan medis karena itu berkaitan dengan masa pertumbuhan yang terus lambat hingga dewasa yang akan datang.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image