Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image andrias hariatmoko

Adaptasi New Normal bagi Pengrajin Sarung Goyor Pemalang

Bisnis | Thursday, 09 Jun 2022, 13:21 WIB

Sarung Goyor merupakan sarung khas dari daerah Pemalang khusus nya Desa Wanarejan Utara yang menjadi sentra dari sarung goyor itu sendiri. Di Desa tersebut banyak ditemukan pengrajin sarung goyor selain itu juga, sarung goyor menjadi mata pencaharian bagi masyarakat Desa Wanarejan Utara. Untuk sarung goyor itu sendiri produksinya menggunakan alat tenun bukan mesin atau disingkat ATBM. Untuk produksinya itu setiap minggu di atas 5 ribu sarung yang berhasil dibuat oleh pengrajin sarung goyor sarung goyor itu sendiri memiliki banyak sekali motif dan juga bentuk, setiap pengrajin sarung goyor Desa Wanarejan memiliki motif sendiri atau ciri khas nya masing-maasing yang dimiliki oleh setiap pengrajin untuk harga nya itu sendiri sarung goyor memiliki kisaran harga 150 ribu sampai dengan 300 tergantung dari jenis nya. Untuk jenis itu sendiri sarung goyor dibagi menjadi 3 golongan dari yang kasaran, alusan, dan juga krilik untuk kasaran itu sendiri merupakan untuk jenis yang paling murah dan krilik merupakan jenis sarung goyor yang paling mahal, karena memiliki tingkat kerumitan yang cukup tinggi dan juga bahan yang dipakai juga berkualitas lebih baik dari sarung goyot kasaran.

Sebelum Pandemi sarung goyor khas Pemalang ini sangat terkenal dan juga banyak sekali peminat nya untuk membeli sarung goyor, banyak pembeli dari daerah lain yang berbondong-bondong memesan sarung goyor, bahkan sarung goyor ini sampai diekspor ke luar negeri khusus nya negara timur tengah. Karena masyarakat di sana banyak yang menyukai model sarung seperti sarung goyor ini, yang memang memiliki bahan kain yang adem dan juga lembut saat dipakai. Dengan banyak nya hal tersebut tidak dipungkiri usaha sarung goyor banyak diminatii oleh pengusaha setempat karena memiliki keuntungan yang lumayan dan juga menjanjikan untuk kedepan nya dari usaha sarung goyor itu sendiri.

Namun dengan adanya pandemi yang terjadi awal tahun 2020 tepat nya bulan maret hal ini sangat merugikan bagi pengrajin sarung goyor karena hal tersebut meyebabkan berkurang nya pembeli dan juga semakin merosot nya pendapatan karena sepi nya pembeli. Dampak pandemi menyebabkan beberapa daerah menerapkan sistem lockdown dan juga ppkm yang dimana semakain susah nya untuk menjagkau wilayah lain karena dibatasin nya mobilitas penduduka. Ekspor sarung ke luar negeri juga semakin sulit karena ketat nya lockdown yang ditetapkan baik dari Indonesia maupun di negara lain sangat lah ketat, hal ini menyebabkan sulit bagi pengusaha sarung goyor untuk menjangkau pasar luar negeri.

Dengan adanya pandemi pihak yang paling merasakan dampaknya adalah buruh, karena pandemi menyebabkan dikurangin nya harga upah dan juga ada beberapa pengusaha yang menerapkan phk untuk mengurangi beban usaha nya. Pengusaha sarung goyor sistem penjualan nya biasanya menggunakan Sistem COD hal tersebut membuat semakain susah karena adanya system lockdown dan juga ppkm.

Sekarang setelah pandemi sudah cukup reda dan juga dibuat nya aturan new normal yang dimana masyarakat diimbau untuk bisa berdamai dengan virus, tentu saja hal ini membuat pengusaha sarung goyor memutar otak untuk bisa memecahkan persoalan atau bisa beradaptasi dengan adanya new normal. Banyak pengrajin tenun yang sekarang menggunakan media sosial untuk bisa memasarkan sarung nya ke luar daerah pemalang. Gebrakan ide-ide tersebut didapatkan karena pemerintah daerah kabupaten pemalang selama pandemi mereka memberikan sosialisasi tentang cara bagaimana kita bisa mengatasi masalah pandemi dan juga bisa beradaptasi dengan new normal saat ini. Jalan keluaryang diambil oleh pengusaha pengrajin sarung goyor seperti yang saya jelaskan di atas, yaitu dengan memanfaatkan media sosial sebagai bahan marketing baik promosi maupun penjualan dari sarung goyor itu sendiri.

Masyarakat yang dulunya menggunaan sistem cod yang dimana banyak memakan waktu dan juga tenaga, sekarang masyarakat diharapkan dapat memanfaatkan media sosial seperti Platform Instagram, Facebook dan juga Tiktok sebagai sarana untuk branding dari produk sarung goyor itu sendiri. Untuk penjualan masyaralat diharapkan dapat memanfaatkan platform penjualan seperti Shopee, Tokopedia dan juga media lain nya. Hal ini diharapkan dapat menghemat waktu dan juga tentunya pemasaran nya semakin mudah dan memiliki jangkauan yang lebih luas. Tentunya hal ini pengusaha pengrajin sarung goyor harus dituntut memiliki ketrampilan dalam menggunkan media sosial.

Selain memanfaatkan media sosial sebagai media untuk promosi dan juga untuk penjualan, pengusaha sarung goyor juga memahami bahwa produknya itu terbilang masih monoton karena masih dalam bentuk satu produk saja yaitu sarung, namun sekarang setelah adanya pandemi dan dilakukan nya new normal pengusaha pengarjin sarung goyor juga membuat ide untuk membuat lebih banyak variasi dalam produk nya yaitu dengan membuat pakaian dari sarung goyor hal ini tentuny akan sangat menarik dan juga memiliki daya tarik lebih karena dibuat dalam bentuk pakaian, selain pakaian pengusaha sarung goyor juga membuat aksesoris dari sarung goyor, aksesoris dibuat untuk menambah daya tarik, karena selain bisa membuat lebih diketahui oleh masyarakat luar aksosoris juga juga bisa menambah penghasilan dari masyarakat setempat.

Jadi, pengusaha sarung goyor yang ada di desa Wanarejan Utara melukan adaptasi dengen memanfaatkan media sosial dan juga membuat variasi dari produk nya seperti pakaian, aksesosris dan produk lain nya hal ini dilakukan tentunya karena dampak dari adanya pandemi dan juga ppkm yang ada di Indonesia, dan adanya adaptasi yang bernilai positif ini pengrajin sarung goyor mengharapkan dapat membantu mereka untuk mengembalikan sarung goyor seperti semula baik pendapatan dan hal lain nya, melalui cara yang berbeda yaitu dengan adaptasi new normal.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image