Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Rifka Silmia Salsabila

Konten Jurnal Risa Menyadarkan Saya Bahwa Perbuatan Musyrik Itu Sia-Sia

Agama | Tuesday, 12 Oct 2021, 09:31 WIB

Sebagai mahasiswa yang dulu pernah menggarap skripsi dengan tema efektivitas komunikasi dakwah, kebiasaan membedah nilai dakwah kerap muncul saat saya menonton konten horor dari Jurnal Risa di Youtube. Padahal saya ini aslinya penakut, sangat anti dengan tontonan yang berbau demit. Tapi setelah nonton satu-dua episode eh ketagihan. Pasalnya, meski bergenre horor, di video tersebut jarang sekali memunculkan visual dari sosok-sosok astral nan mengerikan yang dilihat Teh Risa dan beberapa saudaranya yang juga bagian dari tim. Jadi gambaran seram lelembutnya pun tidak terbawa ke alam imajinasi saya. Itulah yang membuat saya betah menonton Jurnal Risa.

Dari sekian banyak scene dengan pesan serupa ada yang paling berkesan, karena berhasil membuat saya percaya mengapa perilaku musyrik itu haram, sebab terbukti tidak ada faedahnya, malah cenderung mendatangkan musibah. Scene yang dimaksud adalah saat tim Jurnal Risa mediasi dengan satu makhluk yang sering diberi sesajen oleh manusia yang hendak meminta harta. Si makhluk sempat bertanya apakah tim jurnal risa ini membawa kopi atau sesajen lainnya. Dengan tegas, Teh Risa dan saudaranya berkata mereka tidak membawa sesuatu dan juga tidak menginginkan sesuatu, mereka hanya ingin mengobrol.

Akhirnya, mereka pun bertanya pada sosok tersebut, apa setiap ada yang memberi sesajen dan meminta sesuatu itu betul-betul dikabulkan? Dengan santainya sang makhluk menjawab dalam Bahasa Sunda “Enya henteu atuh, da kuring mah teu bisa nanaon. Resep weh dibere ci kopi” artinya: Ya engga lah, saya mah tidak bisa apa-apa. Saya mah senang aja dibawain kopi.”

Jawaban itu disambut tawa oleh tim Jurnal Risa, saya pun ikut terpingkal melihatnya. Lalu, Teh Risa pun menekankan pada pemirsa bahwa bersekutu dengan ‘mereka’ itu sangatlah sia-sia.Sedikit saya tahu, dalam Islam haram hukumnya jika kita menyekutukan Allah dengan hal lain atau biasa dikenal dengan sebutan musyrik. Selama ini saya pun percaya bahwa yang demikian itu memang haram dilakukan.

Selanjutnya, masih tentang perihal meminta rezeki. Di episode Tanya Risa, ada satu teman mereka yang ternyata selama ini dijaga oleh satu sosok yang diduga merupakan leluhurnya. Fahrul sangat merasa sosok yang menjaganya itu banyak menolongnya, sebab banyak momen yang mungkin dia anggap sangat ekstrem tapi dia tetap terlindungi. Akhirnya, Fahrul pun berkesempatan untuk mediasi dengan sosok tersebut dibantu keluarga Risa.

Dengan haru, Fahrul pun berterima kasih sebab selama ini telah menjaga dan menolongnya dari bahaya. Lalu, penjaganya itu dengan lembut menjawab “Saya bisa begitu karena dapat izin dari yang di atas, berterima kasihlah hanya pada yang di atas, kalau bukan karena kuasaNya saya tidak akan berada disamping kamu.”

Sontak, saya pun ikut tersentuh. Perkataan sosok tersebut sangat rendah hati. Sungguh saya merasa malu sebagai manusia yang masih dikaruniai akal malah kerap masih belum bisa serendah hati itu dan juga masih lupa bersyukur kepada Sang Pencipta.

Saya pun iseng-iseng baca komentar netizen, barangkali saya menemukan pemirsa yang merasakan hal serupa. Benar saja, di episode tersebut seseorang dengan nama akun Dian Utami mengatakan “Setuju banget sama kata-kata di menit 40:29, doa sama minta bantuan (itu hanya) ke Allah SWT walaupun sudah tahu ada yang menjaga. Bisa lancar melakukan tetap atas izin dari Allah ”

Saya tidak pernah menyangka akan mendapat pesan yang bermakna dari sebuah konten bergenre horor seperti ini. Jujur, hal ini cukup berpengaruh untuk saya yang sedang belajar menguatkan iman, apalagi tentang hal-hal gaib yang sejatinya sudah tertulis dalam Al-Qur’an. Wallahua'lam.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image