Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Sutanto

Kisah Nyata: Ibuku Tercinta Pasien Teladan

Curhat | 2021-10-11 11:37:33

Menggunakan mobil ambulan Pada hari Jumat, (16/3/2021) ibuku dijemput oleh petugas Puskesmas Sanden untuk Swab PCR di Rumah Sakit Lapangan Khusus Covid-19 Bambanglipuro. Karena aku masih berada di shelter, adikku juga tidak bisa mendampingi. Akhirnya ibu hanya sendiri bersama petugas yang menjemput.

Aku hanya bisa menyimak foto ibu saat dijemput yang dikirim di grup WA keluarga dari shelter di Niten. Berbeda denganku dan Hisyam ternyata hasil pemeriksaan ibu lebih cepat keluar. Minggu (18/3/2021) pagi aku sudah mendapat kabar dari Puskesmas Sanden.

“Pak, hasil tes PCR sudah keluar, ibu positif Covid. Jadi ibu harus dibawa ke rumah sakit,” kata petugas melalui ponsel.

“Apa tidak bisa dirawat di rumah saja? Toh selama ini ibu juga sendiri tanpa siapapun, dia di rumah sendiri saja,” aku mencoba menanyakannya kepada petugas.

“Maaf Pak, takutnya nanti kalau Ibu di rumah tidak ada yang bisa memantau kesehatannya. Ibu kan sudah lansia jadi harus dipantau oleh dokter setiap hari, kami takut kalau ada apa-apa terjadi pada ibu,” pihak puskesmas mencoba meyakinkanku.

“Lalu kalau ibu di rumah sakit, apa boleh ada yang mendampingi?”

“Bapak bisa mendampinginya” lanjut petugas tersebut.

“Saya masih berada di shelter, kok disuruh mendampingi ibu?” tanyaku

“Kalau mau Bapak bisa dijemput dari shelter kemudian mendampingi bu di rumah sakit. Tapi konsekuensinya isolasi Bapak bertambah harinya,” terangnya.

“Waduh kalau seperti itu saya tidak berani Mbak, karena sudah lama sekali saya tidak masuk bekerja,” jawabku.

“Lalu siapa yang mendampingi?” desak petugas.

Aku mencoba berkomunikasi dengan adikku.

“Kira-kira kamu bisa mendampingi Ibu tidak?” tanyaku

Adikku tidak segera menjawab.

“Kalau kamu mendampingi, konsekuensinya juga harus isolasi mandiri dan juga Swab PCR,” kataku.

“Wah, kalau harus PCR repot nanti, satu keluargaku harus swab juga,” jawabnya.

“Kalau begitu kamu membujuk ibu agar mau dibawa ke rumah sakit tetapi mandiri tanpa pendamping,” pintaku.

Sore harinya adikku membujuk ibu dan memberikan pengertian, dan alhamdulillah ibu siap masuk rumah sakit tanpa pendamping.

“Mas, alhamdulillah Ibu sudah mau mau dibawa ke rumah sakit secara mandiri. Ibu sudah aku jelaskan untuk bisa mengurus dirinya sendiri karena kita tidak bisa mendampingi,” ujar adikku dari ponsel.

“Alhamdulillah, kalau Ibu sudah mau artinya bahwa kita sudah tenang karena ibu ada pemantauan dari pihak rumah sakit khusus dan kamu sekeluarga juga tidak usah dites,” jawabku.

Minggu sore (18/3/2021) ibu dijemput oleh petugas Puskesmas menggunakan mobil ambulan diantar menuju ke Rumah Sakit Khusus Covid Dawetan Sidomulyo Bambanglipuro.

Istriku mengatakan bahwa Pak Jamin tetanggaku seorang pensiunan polisi, menangis saat menyaksikan ibu dibawa mobil ambulan. Kalau aku maklum saja, karena beliau baru saja kehilangan istri tercinta yang belum lama meninggal sehingga perasaannya lebih peka. Ibu sendiri tidak cemas dan khawatir, dia sudah bertekad bulat dirawat di rumah sakit.

“Apapun akibatnya, aku siap di rawat di rumah sakit khusus covid. Aku sudah siap tidak masalah,” kata ibu yang disampaikan adikku melalaui ponsel.

Aku berkeyakinan ibu sudah tidak ragu-ragu menjalani isolasi dan perawatan. Namun demikian adikku juga tidak tega, dia tetap berupaya mencari tahu info melalui salah seorang sahabatnya untuk melakukan pemantauan di rumah sakit agar dapat diketahui bagaimana perkembangan Kesehatan ibu setiap harinya.

Dari temannya tersebut adikku bisa tahu bahwa ibu dalam keadaan baik-baik saja selama dirawat. Bahkan para dokter memuji ibu sebagai pasien teladan, karena ibu dapat melakukan aktivitas secara mandiri, tidak banyak mengeluh dan penyakit hipertensi yang diidap selama ini tidak kambuh.

Meski ada gangguan sakit di kakinya, ibu tetap rutin salat lima waktu.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image