Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ika Sumiati

Guru dan Pandemi (Komitmen Tanpa Batas)

Guru Menulis | 2021-10-10 23:49:41
Proses shooting media pembelajaran di studio (Foto: Anik_Al Uswah Center Tuban/2021)

Dua tahun sudah pandemi melanda Indonesia. Pembatasan aktivitas di semua bidang harus dilakukan, tak terkecuali di bidang pendidikan. Perubahan besar-besaran terjadi dalam dunia pendidikan. Keadaan ini mengharuskan sekolah, guru, siswa dan orang tua untuk beradaptasi (adaptasi kebiasaan baru) atau dikenal dengan istilah “new normal”.

Hingga pada 3 Mei 2021, munculah Covid varian delta di Indonesia yang lebih ganas dari sebelumnya. Covid varian baru ini lebih mudah menular dan memiliki potensi merusak sistem imun manusia. Faktanya sehari setelah kemunculannya, terdapat 398 kasus di Indonesia yang terkena Covid varian delta. Hal ini menjadi perhatian berbagai pihak terkait untuk segera mengambil tindakan darurat.

Pemerintah segera menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Praktis, segala kegiatan pendidikan dan pembelajaran kembali dilakukan secara jarak jauh (Pembelajaran Jarak Jauh/PJJ). Hal ini diharapkan dapat menjaga siswa, guru dan civitas akademika dari ancaman penularan Covid dan varian barunya. Sehingga pada akhirnya, jika dirasa situasi telah sampai pada zona cukup aman dan memungkinkan, maka PPKM akan turun level dan akan diberlakukan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTM) sesuai Keputusan 4 Menteri Tahun 2021 tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di masa Pandemi Covid-19.

Telah tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, bahwa salah satu tujuan Pemerintah Republik Indonesia ialah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan tercapainya tujuan mulia tersebut, maka output yang akan diperoleh adalah generasi bangsa yang cerdas dan mampu bersaing dengan bangsa lain. Baik yang cerdas secara komprehensif, yaitu cerdas spiritual, cerdas emosional dan sosial, cerdas intelektual serta cerdas kinestetik.

Namun, situasi saat ini menjadi kendala besar bagi tujuan pendidikan tersebut. Proses Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau dikenal juga dengan istilah belajar daring membuat guru, siswa, bahkan orang tua mengalami berbagai kendala dalam proses pembelajaran. Sesuai dengan pendapat Prof. Dr. Arief Rachman, M.Pd., selaku Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO, bahwa selain siswa dan orang tua, guru juga sangat terdampak pandemi. Hal itu disampaikan beliau dalam Webinar Peringatan Hari Guru Sedunia yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yang disiarkaan live di kanal Youtube Kemendikbud RI, pada hari kamis (8/10/2020). Terdapat 51 juta siswa dan hampir 3 juta guru di Indonesia terdampak pandemi, karena itu pandemi menciptakan suatu tantangan tersendiri.

Learning Lost dan Lost Generation

Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang berbasis daring memunculkan kekhawatiran akan munculnya learning lost. Learning loss dapat diartikan sebagai hilangnya pengetahuan serta kompetensi secara khusus ataupun umum, misalnya kemunduran kemampuan akademis, keahlian, bahkan karakter. Learning loss umunya terjadi pada masa pandemi karena siswa belum bisa beradaptasi dengan model pembelajaran yang dilakukan secara virtual. Banyak siswa yang kurang mendapatkan akses belajar di sekolah, penerapan sekolah dalam jaringan, dan kurangnya sarana belajar di rumah.

Hal ini tentunya akan berdampak pada penurunan kualitas pendidikan. Dikutip dari Republika.co.id., Ketua Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI) Dudung Nurullah Koswara menilai learning loss bisa dikurangi dampaknya dengan meningkatkan sinergitas pemangku kepentingan pendidikan. Yakni sinergi antara orang tua, guru, masyarakat, dan siswa itu sendiri.

Pembelajaran yang dilakukan di rumah merupakan cara mencegah penyebaran Covid-19 pada saat ini. Rumah merupakan tempat yang lebih aman bagi siswa dalam melakukan proses belajar. Tidak menutup kemungkinan sekolah bisa menjadi klaster penyebaran virus yang dapat menyebabkan lost generation yaitu hilangnya generasi anak didik. Untuk itu, walau dengan berbagai keterbatasan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) harus terus berjalan sampai pada masa yang cukup aman untuk pembelajaran Tatap Muka (PTM).

Komitmen Tanpa Batas

Sebagai lokomotor pembelajaran guru wajib memiliki komitmen tanpa batas dalam mewujudkan generasi bangsa yang tetap cerdas dan berakhlak mulia walau dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Bagaimanakah komitmen guru pada masa pandemi?

Joe Park, seorang pakar pendidikan mendefinisikan komitmen guru sebagai kekuatan batin yang datang dari dalam diri seorang guru dan kekuatan dari luar guru itu sendiri tentang tugasnya yang dapat memberi pengaruh besar terhadap sikap guru berupa tanggung jawab dan responsif (inovatif) terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Perwujudan komitmen guru dapat dilihat dari keterlibatan mereka di dalam setiap proses pengajaran dan pembelajaran. Kecintaan akan profesi akan menciptakan komitmen kuat dalam menjalankan tanggung jawab profesinya sehingga dapat mengabdi dengan sepenuh hati.

Tantangan guru di masa ini tidak hanya harus meningkatkan kemampuan IT, namun juga tantangan untuk dapat mengkoordinasikan penyampaian ilmu kepada siswa. Banyaknya siswa yang terkedala seperti tidak memiliki cukup akses internet, entah itu dari segi konektifitas jaringan maupun ketersediaan kuota. Tantangan lain adalah terkait minat belajar siswa juga menurun drastis. Hal ini bisa dilihat dari ketidakaktifan siswa dalam merespon guru memberikan pembelajaran daring atau pengumpulan tugas yang masih terus melewati batas waktu pengumpulan. Bahkan saat penilaian harian siswa cenderung asal mengerjakan sehingga menghasilkan nilai yang kurang dari KKM.

Selain itu, guru juga dihadapkan dengan tantangan untuk mampu meluangkan pembelajaran selama hamper 24 jam. Seperti saat pemberian tugas dan penilaian, guru menerapkan batas pengumpulan hingga tengah malam agar siswa memiliki kesempatan lebih untuk menyelesaikannya. Tak jarang juga penulis mendapatkan pesan dari siswa terkait pelajaran pada malam bahkan dini hari.

Seorang guru yang memiliki komitmen tinggi akan segera beradaptasi dengan tantangan pandemi sekalipun dengan segera meningkatkan kompetensinya. Berikut adalah beberapa kompetensi Guru terkait dengan komitmen tanpa batas guru di masa pandemi:

1. Guru harus mampu memanfaatkan kecanggihan IT agar tetap dapat terhubung dengan siswa dan tetap melakukan kegiatan pembelajaran kapanpun dan di manapun, agar siswa tetap bisa mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik.

2. Guru harus mampu meningkatkan kreatifitas dan berinovasi metode terbaik dan media yang menarik, agar siswa tertap memiliki minat belajar dan bersemangat menyelesaikan tugas.

3. Guru mampu menjadi motivator agar siswa untuk terus berjuang belajar secara sehat dan jujur, dengan tolok ukur proses buka hasil akhir, agar tertanam pada diri siswa untuk tetap belajar dan berusaha.

4. Guru harus mampu memberikan problem solving bagi siswa yang terhambat dalam mengikuti pembelajaran. Misalkan untuk siswa yang tidak dapat mengakses internet, guru dapat memberi pembelajaran dalam kelompok kecil.

5. Guru tetap memantau tumbuh kembang karakter siswa dengan memberikan bimbingan softskills maupun lifeskill, agar kecerdasan siswa tetap berkembang secara komprehensif, intelektual serta kinestetik.

Maka dalam berkomitmen, seorang guru yang profesional akan muncul karakteristik guru antara lain; memiliki semangat untuk tumbuh (mindset growth), tingginya perhatian terhadap siswa, memiliki banyak waktu dan tenaga untuk memastikan siswa dapat belajar dengan baik, bekerja sebanyak-banyaknya untuk orang lain. Hal ini dapat dilihat juga dari bagaimana guru menghadapi anak didik dan permasalahan yang ada dalam proses pembelajaran.

Akhirnya, di masa pandemi COVID- 19 ini guru wajib sanggup melakukan pendidikan baik secara PJJ ataupun PTM, serta seseorang guru yang handal senantiasa memiliki keahlian meningkatkan dirinya secara kontinyu. Dan seseorang guru selalu memiliki komitmen agar senantiasa menghasilkan pengajaran yang bermutu, adaptif serta solutif. Sehingga dalam keadaan apa juga, guru yang hebat akan senantiasa merespons perubahan yang ada serta menghasilkan kreatifitas dan inovasi baru dalam implementasi kurikulum untuk generasi Indonesia yang cerdas dan kuat.

#GuruHebatBangsaKuat

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image