Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Alfina Nurcahyani

Pandemi Membuat Pendidik di Desa Harus Memikirkan Solusi Ekstra

Guru Menulis | Sunday, 10 Oct 2021, 23:45 WIB

Maret 2020 kasus pertama pandemi ditemukan di Indonesia. Pemberitahuan libur selama dua minggu sebagai tindakan preventif penyebaran Covid19 di sekolah berubah menjadi berita awal pembelajaran tatap muka harus dihentikan. Hingga pemerintah mengambil langkah untuk menjadikan pembelajaran daring atau pembelajaran jarak jauh dari rumah sebagai pengganti pembelajaran tatap muka di sekolah. Sesuai dengan namanya yaitu pembelajaran jarak jauh atau pembelajaran daring tentu saja melibatkan teknologi sebagai tonggak utama pelaksanaannya. Aplikasi pendukung pembelajaran berbasis video conference pun banyak dimanfaatkan untuk kegiatan pembelajaran mulai dari zoom, google meet, atau bahkan fitur videocall whatsapp pun menemukan banyak pengguna. Tak lupa pula google form sebagai media pemberian tugas. Semua aplikasi pendukung tersebut diakses menggunakan internet melalui gawai pribadi peserta didik. Bahkan ada yang sampai harus bergantian ponsel pintar dengan kakak atau adik saat pembelajaran daring berlangsung. Para orangtua dari kalangan bawah pun banyak yang dibuat kalang kabut karena harus memfasilitasi anak mereka dengan ponsel pintar agar tidak ketinggalan pembelajaran dengan anak-anak lain. Namun bagaimanakah pembelajaran daring berlangsung di sebuah desa pinggiran yang mana masyarakatnya sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani? Pembelajaran tatap muka saja kadang ada beberapa orang tua yang tidak begitu mempermasalahkan anaknya sekolah dengan benar atau tidak dan bahkan terkadang lebih senang apabila anaknya membantu urusan sawah dan ladang dibandingkan dengan sekolah. Atau bahkan situasi seperti ini, jangankan untuk membeli ponsel pintar untuk pembelajaran daring, terkadang untuk makan saja mereka masih berjuang.

Di era pandemi dengan pembelajaran daring ini, tantangan yang akan dihadapi para pendidik di daerah pedesaan akan lebih ekstra dibandingkan dengan guru di daerah perkotaan. Bukan hanya tentang mendorong semangat belajar siswa di era pandemi tapi juga berjuang agar murid mereka tidak melupakan sekolah. Butuh solusi ektra untuk menghadapi situasi dimana siswa tidak diperbolehkan berkumpul di sekolah namun pada saat yang sama siswa juga harus tetap mengikuti kegiatan pembelajaran di rumah sedang mereka tidak ada satupun yang memiliki ponsel pintar. Guru-guru pendidik anak usia dini di desa pinggirandi sekitar tempat tinggal saya ini contohnya, mereka memutar otak agar anak-anak didik mereka tetap mendapatkan pendidikan meski tidak ada ponsel pintar untuk pembelajaran daring. Mereka mencetuskan program Ruling (Guru Keliling) dimana guru akan mendatangi rumah siswa. Siswa-siswa yang rumahnya bersebelahan dapat bergabung dengan syarat jarak saat pembelajaran Ruling ini lebih dari 1 meter, sehingga satu rumah biasa digunakan untuk pembelajaran 3 hingga 4 orang anak. Tentunya pihak sekolah memfasilitasi anak-anak ini dengan masker dan faceshield serta meminta siswa untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah pembelajaran berlangsung. Kontak fisik antar siswa maupun guru pun tidak diperbolehkan. Hal ini untuk mencegah penularan Covid19 saat Ruling berlangsung. Setelah selesai pembelajaran selama satu setengah jam di sebuah rumah, guru akan melanjutkan ke rumah lainnya hingga semua siswa mendapat jatah kunjungan belajar. Hal ini tentu saja menyita lebih banyak waktu dan tenaga namun hal ini dirasa lebih baik daripada anak-anak tidak mendapatkan pembelajaran sama sekali. Terutama di Pendidikan Usia Dini ini, usia anak-anak dimana mereka harus dibimbing secara tepat untuk mengembangkan fisik motorik mereka. Pembimbingan kepada orang tua juga dilakukan selama kunjungan mengenai sosialisi preventif Covid19 serta kegiatan-kegiatan yang bisa dilakukan orang tua bersama anak di rumah agar bisa melatih tumbuh kembang mereka. Dengan pelatihan ini juga pendidik mengharapkan bonding antara orang tua dan anak semakin baik. Orang tua yang sebelumnya awam tentang pendidikan anaknya pun dapat memahami dan ikut mendukung sedikit demi sedikit. Solusi yang cukup ekstra namun bagi para pendidik ini dirasa mampu memberikan hasil yang ekstra juga. Sehingga mereka dapat lebih termotivasi untuk selalu memberikan pendidikan yang bagus meski di era serba susah seperti sekarang.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image