Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Purwanto,M.Pd

Guru dan Komitmen Tanpa Batas Pada Masa Pandemi

Guru Menulis | Sunday, 10 Oct 2021, 23:26 WIB
Gambar: PTM Terbatas pada masa Pandemi Covid-19 (DokPri)

“Engkau sebagai pelita dalam kegelapan. Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan. Engkau patriot pahlawan bangsa.Pembangun insan cendekia”

Syair lagu Hymne Guru yang ditulis Sartono, seorang guru Yayasan swasta pada tahun 1980-an selalu menginspirasi saya, terlebih pada masa Pandemi Covid-19.

Pandemi Covid 19 telah memporakporandakan semua sendi kehidupan termasuk pendidikan. iapa yang bisa menyelamatkan bangsa Indonesia dari kehancuran akibat hilangnya kesempatan belajar (learning loss) generasi muda kita? GURU yang bisa menjadi penyelamat.

Merefeksikan peran yang sangat penting dari guru untuk menyelamatkan bangsa dari kehancuran akibat pandemic Covid 19, saya teringat Kaisar Jepang Hirohito. Setelah dua kota besar di Jepang yaitu Hirosima dan Nagasaki dijatuhi bom atom oleh Amerika Serikat, Hirohito mengumpulkan semua pejabat dan jenderal peragnya. Kaisar bertanya, “Berapa jumlah guru yang tersisa dan saya akan membangun kembali Jepang?” Ini menunjukkan betapa pentingnya guru. Guru lebih penting daripada pasukan dan amunisi atau armada yang mereka miliki.

Di akhir kepemimpinan Kaisar Hirohito tahun 1989 Jepang mencatatkan diri sebagai kekuatan ekonomi terbesar ke-2 di dunia. Jepang dikenal sebagai bangsa yang masyarakatnya sangat disiplin dan bertangung jawab. Ini adalah hasil dari kerja keras, dedikasi, ketulusan dan komitmen guru-guru Jepang.

Pandemi Covid-19 telah menghancurkan sendi-sendi kehidupan bangsa. Semua bidang kehidupan terasa lumpuh, temasuk dunia pendidikan. Ancaman kehilangan generasi muda karena learning loss akibat Covid-19 sangat mengkhawatirkan kita. Sejak aktivitas sekolah ditutup bulan April 2019 jutaan pelajar kehilangan kesempatan belajar.

Dari sebuah survei yang dilaksankan oleh UNICEF periode 5-8 Juni 2020 terhadap 60 juta siswa dari 34 provinsi di Indonesia diperoleh data bahwa 66 % siswa merasa tidak nyaman mengikuti BDR selama pandemi Covid-19.

Kalau kita mau jujur mengakui, pelayanan yang diberikan guru kepada para siswa selama masa pendemi sangat mengagumkan. Benar apa yang menjadi lirik lagu hymne guru, “Engkau sebagai pelita dalam kegelapan, Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan, Engkau patriot pahlawan bangsa” Menyitir apa yang pernah disampaikan oleh Ibu Nahdiana, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta menyangkut peran guru pada masa pandemi Covid-19, “Bapak ibu guru adalah pahlawan pandemi di dunia pendidikan karena keselamatan dan kenyamanan siswa-siswa ada di tangan bapak ibu guru”

Berikut ini menunjukkan adanya sebuah komitmen guru tanpa batas melayani siswa di tengah pandemi Covid-19

Guru Mengunjungi Siswa ke Rumah

Gambar: Guru home visi ke rumah siswa (DokPri)

Sebuah praktik kemanusiaan yang didorong rasa cinta kasih kepada para siswa ditunjukkan oleh guru pada masa pandemi Covid-19. Guru mengunjungi siswa yang memiliki kesulitan bejalar dari rumah. Guru mau memastikan bahwa setiap siswa bisa mengikuti BDR dengan baik. Praktik home visit ini disebut sebagai cura personalis, sebuah model pendampingan kepada siswa agar siswa berkembang secara optimal sesuai dengan kondisi riil mereka. Praktik ini jelas banget didasari oleh semangat cinta kasih yang melampaui batas tugas dan profesi.

Guru Melayani Siwa Hingga Larut Malam

Guru mengajar dari rumah tidak hanya 24 jam dalam 1 minggu. Guru masih melayani pertanyaan dari siswa dan orang tua siswa bahkan lebih dari jam 11 malam. Guru mengajar secara online, atau mengantar tugas belajar siswa ke rumah-rumah karena orang tua tidak mempunyai pulsa atau gagap teknologi, memeriksa hasil pekerjaan siswa satu persatu, memberi umpan balik atas tugas siswa yang dikumpulkan.

Guru Berikan Harta Kepada Siswa

Seorang guru yang tinggal di kos sederhana, tidak mempunyai akses wifi tentu harus menggunakan kuota untuk mengajar daring. Hal ini dilakukan dengan motivasi kasih kepada siswa-siswanya. Sebuah pengorbanan yang melampaui batas komitmen sebatas tugas dan profesi.

Guru Mengajar Dua Kelas Dalam Waktu Yang Bersamaan

Gambar: Guru mengajar daring dan membantu siswa secara personal (DokPri)

Pernahkah Anda bayangkan jika Anda seorang guru mengajar dua kelas dalam waktu bersamaan tatapi pada tempat yang berbeda? Pada saat pandemi Covid-19 hal itu banyak dilakukan oleh guru. Perkembangan teknologi yang semakin canggih telah memberi kemudahan proses pembelajaran bagi para guru dan siswa. Seorang guru bisa mengajar dua atau lebih kelompok belajar/kelas pada saat yang bersamaan. Ini adalah wujud nyata dari komitem guru tanpa batas.

Guru Sebagai Orang Tua Siswa: Well-being

Menciptakan sekolah sebagai tempat yang aman, nyaman dan krasan (well-being) bagi siswa untuk belajar dan mengembangkan diri adalah sebuah tujuan pokok lembaga pendidikan. Pada masa pandemic Covid-19 guru bertindak sebagai orangtua yang memastikan keselamatan, kesehatan dan kenyamanan siswa belajar.

Gambar: Guru menyambut siswa dan mengukur suhu tubuh (DokPri)

Misalnya pada saat PTM Terbatas dilaksanakan, setiap pagi guru piket datang lebih awal dari biasannya, berdiri di depan pintu gerbang sekolah, meyambut siswa, mengukur suhu tubuh, mendata suhu tubuh saat datang dan pulang, memastikan siswa menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Bukan hanya itu, guru pun harus memastikan setiap siswanya mendapatkan vaksin.

Pandemi Covid-19 membawa misi besar akan perubahan cara pandang guru terhadap pendidikan. Guru bukan lagi sebagai sebuah profesi yang memiliki tugas dan fungsi pokok pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ativitas perencanaan. Guru adalah patriot pahlawan bangsa, pelita yang menerangi kegelapan dunia pendidikan yang diporakporandakan oleh pandemi Covid-19. Gurulah yang bisa menyelamatkan generasi bangsa dari learning loss. Guru tersebut adalah guru yang mempunyai komitmen tanpa batas. Guru yang mencintai para siswa seperti mereka mencintai anak mereka sendiri.

#GuruHebatBangsaKuat

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image