Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Thia Amriani

GURU HEBAT BANGSA KUAT

Guru Menulis | Sunday, 10 Oct 2021, 21:25 WIB
Kartia Amriani, S.Pd (Guru SD Islam Athirah 1 Makassar)

Efektivitas Pembelajaran Daring Kala Pandemi

Kemendiknas (2011) telah mengidentifikasi delapan belas karakter yang harus mampu di implementasikan oleh guru dalam proses pembelajaran diantaranya adalah : 1.Religius adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, serta toleran terhadap agama lain. 2.Jujur adalah sikap yang dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan. 3.Disiplin adalah tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan yang berlaku. 4.Peduli sosial adalah sikap dan tindakan ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

Kita dituntut untuk mampu mengadaptasi/menyesuaikan kebiasaan baru dimanapun kita berada, seperti di rumah, di kantor, di sekolah, di tempat ibadah, dan juga di tempat-tempat umum, seperti terminal, pasar, dan mal. Diharapkan dengan seringnya menerapkan kebiasaan baru dimanapun, semakin mudah dan cepat menjadi norma individu dan norma masyarakat. Dengan demikian, kita bisa bekerja, belajar, beribadah dan beraktivitas lainnya dengan aman, sehat dan produktif. Adaptasi kebiasaan baru yang dimaksud adalah sering cuci tangan pakai sabun, pakai masker, jaga jarak, istirahat cukup dan rajin olahraga, makan makanan bergizi seimbang. Inilah pesan kunci yang perlu dilakukan secara disiplin, baik secara individu maupun kolektif agar tujuan yang dimaksud dapat tercapai.

Guru dan Komitmen Tanpa Batas Saat Pandemi

Disadari atau tidak, pandemi ini meluluhlantahkan semua sendi kehidupan. Di sektor pendidikan misalkan, berbagai instrumen telah dibuat untuk menjadikan Proses Belajar Mengajar (PBM) tetap berjalan walaupun dalam kondisi yang jauh dari kata ideal. Begitupun di sektor ekonomi sebagai penunjang utama PBM bisa berlangsung dengan baik. Pasalnya pembelian kuota internet dan kecanggihan gadget menjadi syarat utama pembelajaran daring. PJJ yang sedari awal dilakukan, telah banyak menuai masalah hingga berakhir pada kematian. Kondisi guru, orang tua, dan peserta didik nselama pandemi sangat mengkhawatirkan. Ketidaksiapan orang tua menjadi pendamping bagi anaknya, guru yang tidak update dengan aplikasi PJJ yang berbasis online, peserta didik yang terbebani dengan seabrek masalah tekhnis menjadi ancaman nyata setelah virus corona itu sendiri.

Faktor kesehatan juga menjadi pertimbangan yang paling urgen bagi pemangku kebijakan. Menurut catatan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) ada 1.410 sekolah yang sudah melakukan pembelajaran tatap muka pada zona hijau dan kuning. Namun beberapa hal menilai bahwa penetapan zona sebaiknya di evaluasi karena sangat beresiko terhadap penularan covid-19 pada sekolah yang dijadikan rujukan utama pembukaan sekolah. Pasalnya, setelah sekolah dibuka, justru menjadi klaster baru penularan covid-19.

Tantangan Kompetensi Guru di Masa Pandemi

Pada masa pandemi Covid-19 ini Pemerintah mengeluarkan kebijakan tentang bagaimana pelaksanaan pembelajaran daring dan luring. Pembelajaran daring dilaksanakan sebagai langkah tepat untuk dapat mencegah dan menekan penularan virus Covid-19, pun peserta didik tidak akan ketinggalan pelajaran sebagaimana yang telah direncanakan dalam kurikulum selama satu tahun ajaran. Walupun pemerintah sudah mengeluarkan kebijakan Pembelajarn Tatap Muka (PTM) Terbatas yang tujuannya adalah agar memberikan pemahaman yang benar terkait masalah pandemi Covid-19, sehingga mendapatkan pengetahuan untuk secara mandiri melakukan tindakan preventif dan promotif guna mencegah penularan penyakit, serta mengurangi kecemasan berlebihan akibat informasi tidak benar.

Guru juga dituntut untuk menjadi orang yang multitalent mengingat kemajuan era globalisasi, pendidikan juga akan kuat manakala guru sebagai sumber daya manusia mampu menciptakan generasi yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia sebagai elaborasi kecerdasan emosional. Untuk mencapai hal tersebut, guru perlu memahami hal berikut : Pertama, guru sebagai ibadah. Kedua, guru sebagai amanah. Ketiga, guru sebagai panggilan jiwa. Keempat, sebagai pelayan ilmu.

Pandemi dan Potret Dunia Pendidikan

Pendidikan merupakan jembatan mencerdaskan generasi bangsa, pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam kemajuan pembangunan negeri ini. Apabila masyarakat memiliki pendidikan yang memadai maka kita tidak akan dipandang sebelah mata oleh orang lain bahkan oleh negara lain. Pendidikan merupakan bekal utama dalam kehidupan manusia. Dengan pendidikan yang baik kita dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang boleh dikerjakan dan mana yang tidak boleh dikerjakan. Keberhasilan proses pendidikan tidak terlepas dari bagaimana proses perencanaan, implementasi serta kebijakan penunjang yang dilakukan secara berkesinambungan. Karena pendidikan adalah modal dasar pembangunan maka setiap negara sudah barang tentu menempatkannya pada tujuan utama. Guru merupakan profesi yang memadukan antara perasaan, sikap, pengetahuan dan keterampilan secara terpadu dalam mentransfer nilai-nilai luhur dan pengetahuan serta keterampilan kepada peserta didiknya. Guru bukan hanya berperan sebagai pengganti orang tua peserta didik di sekolah tetapi lebih dari itu keteladanan juga menjadi bagian yang tak terpisahkan dari tugas dan fungsi sebagai guru. Hal inilah yang menjadi tugas guru dalam melaksanakan proses pembelajaran sebagai bagian dari proses pendidikan untuk dapat menghasilkan pembelajaran yang outputnya adalah keseimbangan capaian kognitif, afektif atau sikap dan psikomotor. Karena guru “mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar” (Sardiman, 2011:47). Sebagai guru bukan hanya mengajarkan tentang pengetahuan akan tetapi lebih dalam dari itu yaitu bertugas menanamkan nilai religius, nilai kemanusiaan dan nilai-nilai luhur yang dianut oleh bangsa Indonesia yang bersumber dari Pancasila.

Melihat potret dunia pendidikan di tengah pandemi covid-19 ini siap atau tidak, telah membuka mata publik khususnya pendidikan tinggi untuk bekerja keras, berpikir kreatif dan adaptif dengan mengubah model kegiatan belajar mengajar yang semula berbasis konvensional menjadi pembelajaran berbasis e-learning. Pandemi covid-19 ini adalah momentum bagi dunia pendidikan untuk membuat terobosan baru, keluar dari paradigma normatif dunia nyata ke dunia maya dengan memanfaatkan teknologi dalam setiap kegiatan proses belajar mengajar (PBM) dan pelayanan non-akademik lainnya. Bukan tidak mungkin lembaga pendidikan yang masih bertahan dengan model pembelajaran tradisional akan ditinggal masyarakat, tersapu oleh badai virus covid-19 yang sangat ganas ini. Kita semua berharap musibah akan segera berlalu dan aktivitas pendidikan serta sektor lainnya dapat segera pulih kembali. Aamiin.

Wallahu A’lam Bisshawab

Fastabiqul Khairat

Jazakumullah Khairan Katsiran

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image