Guru Vs Jarak
Guru Menulis | 2021-10-10 16:05:51Pembelajaran yang setiap hari dilakukan di sekolah tidak akan terlepas dari interaksi antara guru dan siswa. Namun bagaimana jadinya jika siswa tidak bisa pergi ke sekolah karena ada suatu hal yang memaksanya? Hal inilah yang dialami oleh dunia pendidikan saat ini, gedung sekolah kini sepi dan tidak ada lagi suara goresan spidol di dalam ruang kelas. Semuanya terjadi karena dampak dari pandemi yang melanda seluruh dunia, sehingga membuat interaksi antara guru dan siswa dibatasi oleh jarak. Pengaruh pandemi juga membuat guru dan siswa tidak bisa saling berdiskusi di dalam kelas. Sekali lagi, semua itu karena jarak yang membatasi. Maka timbul pertanyaan dari dampak-dampak tersebut, âapakah itu berarti guru tidak bisa lagi mengajar?â atau âapakah itu berarti guru tidak lagi dibutuhkan saat ini?â. Pertanyaan tersebut akan terjawab di dalam artikel ini, bahwa jarak tidak akan dapat menghalangi tugas guru, yaitu mengajar, menjadi teladan, membimbing, serta memberikan contoh yang baik. Maka seharusnya pembatasan jarak yang terjadi karena pandemi bukanlah halangan bagi guru yang memiliki berkomitmen untuk tetap mengerjakan tugas serta tanggungjawabnya dalam situasi apapun, bahkan di masa pandemi.
Pengaruh pandemi di bidang pendidikan membuat pemerintah harus bergerak cepat dalam menyusun kurikulum darurat. Akan tetapi, yang menjadi kekurangannya adalah banyak materi pelajaran yang harus dipangkas atau dihilangkan, dan berfokus pada kompetensi dasar yang lebih prioritas dari KD lainnya (esensial). Oleh karena itu, materi-materi yang diajarkan kepada siswa tidak lagi terpaku pada materi yang sudah dituliskan di dalam buku. Jelas dari hal ini sebenarnya ada keuntungannya, karena itu berarti guru dapat menyusun materi yang akan diajarkan sesuai dengan kebutuhan siswa di kelas atau sekolah tersebut. Namun jika hanya sampai memilih materi yang sesuai dengan kebutuhan siswa saja, guru belum mengerjakan tugas dan tanggungjawab sepenuhnya sebagai pendidik. Supaya pengajaran yang guru berikan dapat maksimal, guru harus memberikan pembelajaran yang relevan dengan kondisi masa kini. Maka pengajaran guru perlu berubah, yaitu mengajar agar siswa bukan hanya menerima materi saja, tetapi membuat pengajaran itu dekat dengan siswa agar mampu menghadapi kondisi dunia yang terus berubah. Tentu saja hal ini tidaklah mudah, sehingga diperlukan komitmen yang luar biasa supaya guru dapat memberikan pengajaran yang hidup. Maka dari itu, meskipun pembelajaran dilakukan secara online dan materi yang diberikan sangat sedikit, guru tetap bisa mempersiapkan siswa yang mampu menghadapi perubahan dunia.
Pelaksanaan pembelajaran online juga membuat guru harus mampu beradaptasi dengan teknologi dan aplikasi berbasis online. Dengan kondisi seperti ini tentu tidak semua guru mampu menyesuaikan dirinya yang mengharuskan mereka menggunakan aplikasi online serta jaringan internet untuk mengajar sepenuhnya. Mungkin banyak guru sudah bisa menggunakan internet untuk browsing, akan tetapi apakah semua guru bisa menggunakan internet beserta aplikasi online untuk mengajar, mengirimkan dan mengumpulkan tugas, atau bahkan mengomunikasikan materinya tanpa tatap muka? Jawabannya pasti tidak semua guru. Data yang didapat dari Ikatan Guru Indonesia (IGI), Lestari Moerdijat, bahwa skitar 60% guru memiliki kemampuan yang buruk dalam penggunaan teknologi untuk mengajar di kelas. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa masih banyak guru yang sama sekali tidak paham dengan teknologi, sehingga mereka harus belajar lagi mengenai teknologi yang ada. Maka dari itu, perlu adanya campur tangan baik dari pemerintah atapun sekolah untuk memberikan pelatihan agar guru mampu memahami teknologi pendidikan yang dapat digunakan untuk mengajar. Akan tetapi bukan hanya pemerintah ataupun sekolah saja yang bergerak, guru juga harus mengambil langkah berani untuk keluar dari zona nyamannya (mengajar secara langsung). Jika guru hanya mampu mengajar dengan cara yang sama seperti sebelum masa pandemi, maka guru tidak akan mampu untuk menghadapi perkembangan zaman atau bahkan tidak akan bisa memberikan pengajaran kepada siswa. Oleh karena itu, perlu ada satu sikap yang harus dimiliki oleh setiap guru supaya tidak tertinggal dan mampu tetap mengerjakan tugasnya, yaitu mau berproses. Ya, mau berproses dan berkomitmen untuk terus memperkaya dirinya dengan aplikasi-aplikasi berbasis online dalam menunjang pembelajaran masa kini.
Dampak dari pandemi pasti sulit diterima oleh semua orang termasuk para guru, karena mereka harus rela untuk mengajar siswa yang dipisahkan oleh jarak. Namun terpisahkan oleh jarak bukan berarti guru tidak lagi mampu untuk mengajar, melainkan guru harus terus mengembangkan dirinya di tengah banyaknya informasi dan teknologi, agar mampu menghadapi jarak yang membatasi. Maka satu hal yang harus guru miliki supaya jarak tidak lagi menjadi halangan untuk mengajar, yaitu berkomitmen. Guru harus berkomitmen untuk membuat pengajarannya menjadi pengajaran yang kontekstual dan dapat dihidupi oleh siswa. Dengan begitu, siswa tidak lagi hanya memahami teori saja, melainkan praktik dan siap menghadapi kondisi dunia yang selalu berubah. Selain itu, guru juga harus berkomitmen untuk tetap belajar banyak hal yang berkaitan dengan media-media pembelajaran online. Namun komitmen itu bukan hanya dalam hal menunggu pelatihan dari sekolah ataupun luar sekolah saja, tetapi guru harus memulai dari dirinya sendiri. Misalnya mencari dari internet, belajar dari youtube, bertanya kepada rekan guru yang lebih ahli, atau hal-hal lainnya yang tidak membuat guru hanya berdiam diri saja. Maka sekali lagi, semua itu butuh komitmen yang tiada batasnya dari diri guru sendiri. Dengan begitu, guru tetap bisa mengajar dan tetap dibutuhkan meskipun jarak membuat guru dan siswa tidak bisa saling bertemu secara langsung. Dan yang paling penting, guru tidak hanya menjadi pribadi yang âmentransfer informasiâ, melainkan pribadi yang âmembawa transformasiâ.
#GuruHebatBangsaKuat
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.