Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Alisia Kurnia R

Urgensi Bioetika dalam Isu Perang Biologi

Eduaksi | Sunday, 05 Jun 2022, 08:31 WIB

Biologi telah mengalami perkembangan pesat sejak akhir abad ke-20. Fokus penelitian biologi telah berubah secara signifikan tidak hanya pada tingkat biologis dan seluler, akan tetapi juga pada tingkat molekuler. Perkembangan biologi molekuler dimulai pada tahun 1953 dengan ditemukannya struktur kimia DNA oleh Watson dan Crick (Jenie, 1997). Sehingga produk-produk pengembangan biologi molekuler tersebut menjadi dasar pengembangan biologi modern.

Pesatnya perkembangan biologi modern telah diprediksi akan memunculkan masalah yang berkaitan dengan etika juga membawa pertanggungjawaban baru terhadap masyarakat, sehingga perlu kehatihatian dalam mengaplikasikannya. Hal tersebut diwujudkan dalam bentuk kajian aspek etika pada saat penerapan teknologi. Sejalan dengan ini, Johansen & Harris (2000) dan Hasan (2001) mengemukakan bahwa hasil penelitian yang tidak mempertimbangkan aspek moral, etika, sosial, dan budaya akan menimbulkan banyak permasalahan di masyarakat. Demikian perlunya suatu dialog antara etika dan ilmu pengetahuan sebagai pertimbangan etik, apakah ilmu pengetahuan tersebut baik bagi manusia dan tidak hanya berorientasi pada kebutuhan tertentu saja. Oleh karena itu, aspek etika yang berkaitan dengan aplikasi biologi modern sangat urgen untuk diperhatikan.

Bukan menghambat, namun haruslah `dikawal` agar tetap berjalan pada kemaslahatan umat dan alam semesta. Berkaitan dengan senjata biologi dimana merupakan senjata yang menggunakan patogen (bakteri, virus, atau organisme penghasil penyakit lainnya) sebagai alat untuk membunuh, melukai, atau melumpuhkan musuh. Dalam cakupan luas, senjata biologis tidak hanya menjadi penyebab penyakit, tetapi menjadi racun berbahaya yang tidak hanya menyerang manusia tetapi juga hewan dan tumbuhan. Contoh organisme yang digunakan adalah virus, bakteri, atau jamur.

Senjata biologis memiliki sejarah dan menimbulkan tantangan kesehatan masyarakat karena dapat menyebabkan kematian yang tinggi dalam waktu singkat. Selain itu, dapat menyebabkan epidemi dan sebagai senjata pemusnah massal.

Sebelum abad ke-20, senjata biologi berupa racun biologi atau bakteri dari hewan dan tanaman busuk. Setelah abad ke-20 senjata biologis beralih ke bakteri (antraks) virus serta racun (botulium).

595 - 585 SM

Pengepungan kota chirra oleh pasukan Yunani. Mereka meracuni sumber air kota memakai racun tanaman helleborus

1260 - 1180 SM

Raja Sparta Merelaus menggunakan anak panah dan tombak yang dilumuri bisa ular pada perang Troya.

1346

Pada pengepungan kota Caffa pasukan Tartar menggunakan mayat terinfeksi pes sebagai senjata.

1624

Pasukan Mataram menggempur Surabaya. Mereka menyumbat aliran Sungai Brantas lalu menceburkan bangkai binatang dan berkeranjang buah Aren.

1939 - 1945

Perang dunia II. Inggris menguji cobakan efektivitas bacillus anthracis di udara terbuka.

1941 - 1945

Jepang pada perang Pasifik diketahui memproduksi ribuan kilogram bakteri antraks serta ratusan bakteri glanders.

1964 - 1979

Pada perang kemerdekaan Zimbabwe dengan bakteri kolera.

1990 – 1991

Pada perang teluk, Irak mengaku pada tim inspeksi PBB telah menghasilkan 19.000L racun botolinum.

Menengok kejadian yang lalu, urgensi bioetika sangat diperlukan dalam perputaran zaman yang adap. Dengan begitu para ahli biologi tidak semena mena dalam melakukan sesuatu berdasarkan suatu tujuan, namun dapat diintegrasikan kepada kemaslahatan.

1. Bioetika dibutuhkan untuk mengontrol dan mendampingi perkembangan biologi modern, agar sesuai tujuan keamanan lingkungan dan kemaslahatan kehidupan manusia serta penelitian yang sesuai dengan nilai moral dan agama.

2. Bioetika erat kaitannya dengan etika, moral, norma, budaya dan Agama. Etika dan moral sebagai kajian tentang baik dan buruk suatu perbuatan, dimana dituntut untuk kebaikan bersama.

3. Dalam pandangan Islam, prinsip dasar bioetika yakni otonomi, keadilan, berbuat kebaikan dan tidak merugikan.

Perlunya etika dalam ilmu biologi bukan hanya untuk kepentingan Biologi itu sendiri, akan tetapi juga pada kemaslahatan dan kehidupan mendatang. Telah kita ketahui bersama, kehidupan manusia termasuk dalam biologi, adapun hal hal yang berkaitan dengan kehidupan merupakan hal hal yang perlu dijaga dan dihukumi karena semua perbuatan memiliki tata cara atau etika masing masing, begitu pula biologi yang selalu bersinggungan dengan etika agar sesuai dengan berkehidupan yang baik dan sehat secara hukum, agama dan berkemanusiaan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image