Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Indar Cahyanto

Meneguhkan Pembelajaran Pancasila

Guru Menulis | Saturday, 04 Jun 2022, 22:10 WIB
Facebook Prof. Haedar Nashir

Meneguhkan Pembelajaran Pancasila

Oleh : Indar Cahyanto

Ketika pemerintah Republik Indonesia dipimpin oleh Presiden Joko Widodo Melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 24 Tahun 2016, Pemerintah menetapkan tanggal 1 Juni 1945 sebagai Hari Lahir Pancasila. dan diperingati sebagai bagian hari Libur Nasional. Bahkan Kemendikbudristek pun dalam kerangka kurikulum merdeka mengeluarkan kebijakan profil pelajar Pancasila. Lahirnya kebijkan itu karena Pancasila sebagai ideology Negara menjadi hal yang pokok dalam membangun karakter bangsa dan menjadi perekat kehidupan kebangsaan yang penuh warna di dalamnya.

Rumusan Pancasila yang lahir dari falsafah kehidupan kebangsaan bangsa Indonesia itu sendiri dicetuskan oleh Bung Karno pertama kali di sebuah kota bernama Ende Flores di Nusa Tenggara Timur. Pada 1934, Soekarno atau kerap disapa Bung Karno diasingkan ke Ende. Kala itu, Bung Karno yang berusia 35 tahun dibawa ke Ende bersama sang istri, Inggit Ganarsih, mertuanya yang bernama Amsih, dan dua anak angkatnya yaitu Ratna serta Kartika.

Hari peringatan Lahirnya Pancasila 1 Juni dijadikan momentum untuk bangkit bersama membangun peradaban. Setelah hampir dua tahun kehidupan kebangsaan diwarnai dengan pandemic Covid 19. Tatanan kehidupan kebangsaan dan kehidupan sehari-hari berubah dengan pembatasan interaksi social masyarakat secara langsung. Warna kehidupan secara daring mewarnai aktifitas masyarakat setiap hari mulai dari belajar, rapat hingga pelaksanaan upacara pun virtual.

Ruang-ruang virtual dalam media social pun ramai dengan tulisan dan narasi yang terkadang membuat perpecahan dan konflik sesama anak bangsa. Muncul yang kelompok yang pro Pancasila dan kotra dengan Pancasila dengan narasi yang saling penuh kecurigaan. Pancasila pun pada akhirnya menjadi slogan dan semboyan yang membisu ditengah gejolak kehidupan masyarakat yang penuh dinamika.

Padahal ketika dirumuskan dalam Sidang Badan Penyelidikan Persiapan Kemerdekaan narasi ideology dan Pancasila dikemukakan oleh Bung Karno, Muhammad Yamin dan Soepomo disyahkan menjadi Piagam Jakarta oleh Panitia Sembilan dari anggota BPUPK. Kemudian dalam proses selanjutnya setelah Proklamasi Kemerdekaan pada siadang PPKI tangga; 18 Agustus 1945 ditetapkan UUD 1945 dan Pancasila sebagai Ideologi Negara.

Dalam proses perumusan Pancasila oleh pendiri bangsa yang membangun bentuk negara oleh sebagian besar pendiri bangsa dipercaya bisa menjamin persatuan integralistik yang kuat bagi negara kepulauan Indonesia adalah Negara Kesatuan. Pengalaman politik devide et impera yang dikembangkan oleh kolonial memperkuat keyakinan bahwa hanya dalam persatuan yang bulat-mutlak, yang mengesampingkan perbedaan, membuat Indonesia bisa meraih dan mempertahankan kemerdekaan. Semangat persatuan yang bulat-mutlak itu dirasa lebih cocok diwadahi dalam bentuk negara kesatuan. (Yudi Latief : 2011)

Pengalaman sejarah terbentuknya pemerintahan dari Proklamasi hingga masa Orde Reformasi mengalami suatu hambatan dan tantangan penyimpangan dalam pelaksanaan praktek bernegara dan praktek bermasyarakat pun juga mengalami proses penyimpangan. Penyimpangan yang kemudian menimbulkan praktek kekuasaan yang absolut pada masa pemerintahan Orde Lama dan Orde Baru serta praktek korupsi, kolusi dan nepotisme.

Proses pembelajaran Pancasila yang sebagai Ideologi Negara menjadi hal yang patut menjadi acuan mendasar dalam membentuk karakter Bangsa. Menjadi tantangan bagi para pendidik dan komunitas pendidikan di Indonesia melakukan transformasi pendidikan Pancasila dalam ruang-ruang kelas dan ruang-ruang public untuk dipelajari serta dilakukan. Pancasila bukan lagi menjadi slogan dan jargon kepentingan kelompok sesaat tapi harus dijadikan sebagai bagian pandangan hidup bersama.

Profil Pelajar Pancasila yang hari ini menjadi bagian pendidikan karakter diharapkan mampu mengejawantahkan nilai-nilai Pancasila dalam setiap elemen kehidupan bermasyarakat serta bernegara. Profil Pelajar Pancasila sesuai Visi dan Misi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagaimana tertuang dalam dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020-2024. Pelajar Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dengan enam ciri utama: beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.

Dalam proses pembelajaran penanaman karekter profil pelajar Pancasila dengan beberapa pendekatan. Pertama Contextual artinya pembelajaran diarahkan kepada pengalaman kehidupan peserta didik sehari-hari. Sehingga peserta didik dapat memahami persoalan yang terjadi di dalam lingkungan masyarakatnya. Pembekajaran menjadi bermakna apabila dihubungkan dengan peristiwa dan kejadian yang telah dialami oleh peserta didik.

Pemahaman kedua adalah dengan pendekatan Obyektif menurut KBBI mengenai keadaan yang sebenarnya tanpa dipengaruhi pendapat atau pandangan pribadi. Peserta didik dapat mempelajari segala macam permasalahan yang terjadi dimasyarakat melalui diskusi kelompok berdasarkan sumber data yang didapat. Seperti ketika ada seseorang yang melanggar lalu lintas di jalan raya maka peserta didik dapat mengkaji materi masalah tersebut secara obyektif.

Pemahaman ketiga adalah pembelajaran visioner dari guru sebagai fasilitator. Guru memberikan stimulus pembelajaran yang bermakna bagi peserta didik dengan penguatan pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan zaman. Dalam KBBI visioner diartikan orang yang memiliki khayalan atau wawasan ke depan. Guru mengajak peserta didik untuk membuka cakrawala berfikir ke depan dengan memberikan stimulus narasi yang mengajak peserta didik untuk berliterasi.

Guru dalam pembelajaran harus memahami startegi pembelajaran, Guru diharapkan menjadi pemimpin visioner didalam kelas membutuhkan kreativitas, intuisi, pertimbangan subyektif atau kebijaksanaan yang istimewa. Kemampuan dasar tersebut hanya terdapat pada orang-orang yang cerdas dan kritis. Kecerdasan dan daya kritis seorang guru yang pemimpin visioner diperlukan untuk; 1) memberi respon yang flksibel terhadap situasi, dan 2) menghasilkan gagasan-gagasan

yang baru.

http://staffnew.uny.ac.id/upload/131656343/penelitian/MAKALAH+SEMINAR+INTERNASIONAL.pdf

Pemahaman Keempat dalan pembelajaran Pancasila adalah dengan pembelajaran interaktif dalam hal ini harus terjalin komunikasi antara guru dan peserta didik. Dalam KBBI interaktif dijelaskan bersifat saling melakukan aksi; antar-hubungan; saling aktif. Proses pembelajaran interaktif dapat juga menggunakan media-media yang dapat mendukung keberhasilan pemahaman nilai-nilai karakter Pancasila.

Pemahaman Kelima dalam pembelajaran karakter Pancasila adalah penerapan disiplin waktu kepada peserta didik. Guru dan peserta didik sama-sama komitmen untuk disiplin dalam pembelajaran. Membangun disiplin diperlukan sebagai langkah awal pembelajaran kebermaknaan.

Dalam peraktik pendekatan pembelajaran dalam memahami pancasila yang disingkat dengan kata COVID merupakan upaya seorang guru mendekatkan pembelajaran di dalam kelas dan diluar kelas secara optimal. Dengan kata COVID kita mencoba mendekatkan metode pembelajaran agar berlangsung secara bermakna. Kita punya pengalaman dengan pandemi COVID 19 yang menjadi pegangan pembelajaran kehidupan yang penuh warna.

Kata COVID merupakan pendekatan pembelajaran yang hemat penulis secara kontekstual yang berlandaskan kontruktivisme, terdapat lima elemen yag perlu diperhatikan yaitu

1. Activating knowledge yaitu pengaktifan pengetahuan yang sudah ada.

2. Aquiring knowledge yaitu pemerolehan pengetahuan dengan cara keseluruhan terlebih dahulu kemudian memperhatikan detailnya.

mempelajari secara

3. Understanding knowledge yaitu pemahaman pengetahuan dengan cara (1) merumuskan hipotesis, (2) melakukan tukar pendapat (sharing) dengan orang lain agar memperoleh tanggapan (validasi), dan (3) merevisi dan mengembangkan konsep yang telah dipahaminya.

4. Applying knowledge yaitu mengaplikasikan pengetahuan dan pengalamannya dalam situasi baru.

5. Reflecting knowledge yaitu merefleksikan strategi pengembangan pengetahuan tersebut

https://media.neliti.com/media/publications/225006-pembelajaran-kontekstual-cotextual-teach-b68b1e69.pdf

Profil Pelajar Pancasila harus didekatkan dengan konsep pembelajaran yang bermakna sebagai contoh bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia dapat dilakukan dengan pelaksanaan ibadah secara langsung sesuai dengan keyakinan peserta didik seperti sholat dhuha, kebaktian salam, tadarus. Pembelajaran pendekatan secara kontektual diharapkan timbul kedasaran dalam proses pembelajaran kehidupan.

Mari kita renungi dalam Bait Puisi Prof. Haedar Nashir terdapat akun media sosialnya bait puisi yang berjudul Pancasila Dunia Nyata :

Pancasila diperingati,

Pancasila dipidatokan,

Pancasila dijadikan Jargon,

Pancasila diteorikan,

Pancasila saatnya dijadikan gerakan menjadi Praktik hidup di bumi nyata.

Pancasila Menjadi Alam Pikiran,

Pancasila menjadi sikap laku,

Pancasila menjadi Tindakan.

Bagi seluruh elit dan warga bangsa.

Dalam kehidupan bernegara sebagai nilai utama berindonesia.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image