Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Michelle Batsyeba

Diet Ekstrem ala Idol K-Pop, Amankah bagi Kesehatan?

Gaya Hidup | Saturday, 04 Jun 2022, 15:33 WIB

Menjadi seorang idol K-Pop dituntut memiliki paras yang menarik dan tubuh yang langsing. Bukan lagi hingga mencapai tubuh yang ideal, tetapi mereka memiliki berat badan yang sangat kurang dari kata ideal. Standar kecantikan di Korea ini membuat banyak orang, khususnya perempuan, terobsesi untuk memiliki tubuh seperti idol K-Pop sehingga mengikuti cara diet mereka.

Namun, pada realitanya, tak jarang cara diet yang dilakukan idol K-Pop sangat ekstrem dan membahayakan kesehatan tubuh.

Idol K-Pop yang melakukan diet ekstrem, salah satunya ialah seorang penyanyi solo, IU. Ia dikenal memiliki pola diet yang sangat ekstrem hingga bisa menurunkan berat badan 5 kilo gram hanya dalam 5 hari. IU hanya mengonsumsi 300-500 kkal perharinya, sedangkan kebutuhan kalori yang dibutuhkan ialah 2000 kkal perhari. Pencipta lagu ‘LILAC’ ini hanya mengonsumsi satu buah apel di pagi hari, satu hingga dua buah ubi untuk siang hari, dan minuman protein pada malam hari. Ia mengaku hanya melakukan ini ketika ada agenda seperti konser, promosi album, ataupun lainnya.

Di balik badan mungil yang IU capai, pada acara "Healing Camp, Aren't You Happy" tahun 2014, ia mengaku mengalami gangguan makan yaitu bulimia. IU mulai membenci diri sendiri, cemas, dan takut karirnya merosot. Ia juga selalu memuntahkan apa yang ia makan dan kemudian tidur.

JinE yang merupakan mantan member grup Oh My Girl, juga melakukan diet ketat dan membuat ia mengidap anoreksia. Hal ini mengharuskan ia untuk vakum dari grupnya untuk beberapa waktu tetapi pada akhirnya harus keluar dari Oh My Girl demi kondisi kesehatannya.

Salah satu member grup TWICE, Momo, juga pernah melakukan diet sangat ekstrem yaitu hanya dengan memakan satu kubus es batu tanpa mengonsumsi makanan lain sama sekali dan melakukan gym tiap harinya. Selama satu minggu penuh ia melakukannya dan berhasil menurunkan berat badan sebanyak 7 kilo gram. Hingga saat ia ingin tidur, ia takut tidak akan terbangun lagi dari tidurnya.

Menu diet jauh di bawah angka BMR (Basal Metabolic Rate). BMR menujukkan kebutuhan kalori minimal yang dibutuhkan manusia untuk melakukan aktivitas tubuh seperti bernapas, mencerna makanan, memompa jantung, memperbaiki sel tubuh, hingga membuang zat-zat racun dalam tubuh. Karena itu, kalori yang kurang terpenuhi akan menyebabkan gangguan kesehatan.

Diet ekstrem mengakibatkan gangguan secara fisik yang dapat dilihat dari rambut rontok, tubuh gemetaran, gangguan pendengaran, menurunkan metabolisme tubuh, gangguan pada siklus menstruasi pada wanita, dan banyak lagi. Tidak hanya secara fisik, tetapi juga secara mental seperti gangguan makanan, cemas, depresi, mudah tersinggung, sulit tidur, konsentrasi terganggu, dan lainnya.

Setiap orang memiliki target bentuk badan yang berbeda-beda dan punya cara masing-masing dalam mencapainya. Hal tersebut tidak salah tetapi harus mengingat bahwa tujuan diet yang benar ialah untuk mendapatkan tubuh yang sehat dan bugar, bukan malah memberikan dampak negatif kepada diri sendiri.

Diet yang benar tidak melewatkan waktu makan, tiga hari sekali yaitu pagi, siang, dan malam. Hanya saja dengan porsi makan harus sesuai dengan kebutuhan, tidak kurang dan tidak lebih. Diet yang tidak menyiksa dapat dilakukan dengan mengurangi jumlah karbohidrat dan memperbanyak protein, sayur, buah, dan air. Contohnya yaitu diet clean eating yang merupakan pola makan ‘bersih’, yang berarti hanya mengonsumsi bahan makanan utuh dan alami, tanpa makanan olahan, dan menghindari garam dan gula. Selain itu, pola tidur yang teratur, mengelola stres dengan baik, dan melakukan aktivitas fisik dapat mendukung diet.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image