Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Kurniawan Patma

PANDORA (Pandemi Corona) vs PUSAT (Pustaka Sahabat Anak Terpencil)

Guru Menulis | Friday, 08 Oct 2021, 09:02 WIB
Dok: Ketua Tim LiFE (Kurniawan Patma) saat mengajar anak anak di Balai Kampung Sawanawa, Kabupaten Keerom- Papua

PROLOG

“Kaka guru besok kalo turun ke kota, balik bawa banyak buku cerita bergambar lagi e. Kita sudah lama tidak bisa ke sekolah jadi, ini karena korona!”

(Pak guru besok saat turun ke kota, jangan lupa bawa buku cerita bergambar yang banyak saat kembali. Sudah lama kita tidak masuk ke sekolah sejak corona)

Di atas adalah petikan kalimat dari adik Yohanes, seorang anak didik kami di komunitas bernama LiFE (Library For Everyone) pada kampung Sawanawa, Kabupaten Keerom[1]-Papua pada awal Agustus tahun 2021 yang lalu. Sebuah kalimat berisi pesan penuh harapan agar kami bisa membawakan buku cerita bergambar saat kembali ke kampung.

Potret di atas adalah cerminan ideal bagaimana buku (ternyata) masih menjadi sahabat bagi anak anak di pedalaman Papua. Jauh dari sentuhan digitalisasi membuat mereka masih menjadikan buku sebagai sarana utama untuk menghibur diri.

Pandemi telah menjadi ‘kotak pandora’ bagi anak anak terpencil karena aturan mengenai proses pembelajaran yang ditiadakan menjadi pembelajaran daring, sayangnya saran dan prasarana untuk mengakses internet sangat terbatas. Potret yang dialami oleh anak anak ini sangat dilematis karena mereka otomatis tidak lagi dapat mengakses proses pembelajaran sama sekali.

Kampung Sawanawa adalah sebuah desa terpencil yang letaknya berada di Kabupaten Keerom dengan jarak tempuh dari bandara Sentani, Kabupaten Jayapura sekitar 4 jam menggunakan mobil. Tidak ada trayek resmi menuju kampung ini sehingga harus menggunakan mobil rental.

Mereka terpinggirkan di pedalaman namun mereka tetap memiliki hak yang sama dengan semua anak anak lain dalam hal mendapatkan pendidikan yang adil. Salah satu cara sederhana untuk menghadirkan keadilan di bidang pendidikan bagi mereka adalah melalui buku-buku bacaan.

GERAKAN SIRBE[2] (SEDERHANA, INSPIRATIF, RIL & BERDAMPAK)

Nelson Mandela[3] pernah berkata bahwa The Most Powerfull Weapon To Change The Word Is Education (senjata paling ampuh untuk mengubah dunia adalah lewat Pendidikan). Harus ada gerakan sebagai concern dan komitmen bersama untuk membawa keadilan dalam pendidikan bagi mereka di pedalaman. LiFE dalam berkegiatan mengunjungi dan mengajar anak anak di pedalaman selama pandemi membuat time schedule selama satu minggu penuh menggunakan beberapa konsep:

LOW (Local Wisdom) LEARNING, sebuah pendekatan yang kami gunakan untuk menciptakan proses belajar mengajar lebih menyenangkan dengan tujuan membangkitkan minat serta menstimuli keterlibatan penuh dari anak didik dengan menggunakan media lokal yang ada seperti permainan/games tradisional lokal yang ada pada kampung tersebut

TERLIBAT (Terapkan Literasi Baca Tulis) LEARNING, konsep literasi dengan mengajar membaca dan menulis untuk anak anak didik di kampung terpencil yang saat pandemi juga terkena imbas karena tidak ada proses belajar mengajar. Kami mengkombinasikannya dengan penggunaan video edukasi tentang membaca huruf dan angka yang lebih menarik dengan menggunakan lagu.

PUSAT (PUstaka Sahabat Anak Terpencil): LiFE sudah membangun 3 (tiga) taman baca yang berdasarkan inventarisasi tim LiFE masing masing taman bacaan terdiri dari 173 buku di kampung Sawyatami, 103 buku di kampung Ubiyau dan 107 buku di kampung Sawanawa.

EPILOG

Anak anak yang berada di pedalaman terpinggir pun adalah generasi emas yang perlu diberikan perhatian. Masa depan adik adik yang ada di pedalaman akan berpengaruh terhadap masa depan bangsa ini, karena kita adalah suatu kesatuan yang tak terpisahkan. Mari menjadi sahabat bagi mereka dengan menginisiasi gerakan yang juga bisa bersahabat dengan kondisi mereka yang terpencil dan terpinggirkan.

Mereka harus menjadi PUSAT dari inovasi dan PUSAT dari perubahan oleh karenanya mari menghadirkan PUSAT (PUstaka Sahabat Anak Terpencil). Walaupun corona seakan telah menjadi Kotak Pandora bagi anak anak di pedalaman tetapi kita tidak boleh menyerah dan tetap harus membawa secercah harapan bagi mereka. Hal ini sejalan dengan mitologi Yunani tentang kotak pandora yang pada kisah akhirnya tetap menyisahkan harapan.

[1] Daerah di Papua yang secara geografis berbatasan langsung dengan perbatasan Papua New Guniea (PNG)

[2] SIRBE adalah istilah gaul kaum milenial di Papua untuk mencerminkan sesuatu yang fantastis dan fenomenal

[3] Seorang revolusioner yang berfokus pada penghapusan apartheid, rasisme, kemiskinan dan kesenjangan di Afrika Selatan. Nelson Mandela menjadi orang Afrika Selatan berkulit hitam pertama yang menjadi presiden pertama lewat keterwakilan penuh.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image