Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Vinna Lam

Hybrid Learning: Cek Fakta Penerapannya

Guru Menulis | Tuesday, 05 Oct 2021, 11:38 WIB

18 bulan sudah pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Ini bukanlah waktu yang singkat. Banyak sekali aspek kehidupan kita yang terpaksa menyesuaikan dengan kondisi pandemi ini. Salah satu perubahan yang terlihat cukup signifikan adalah perubahan yang terjadi pada sistem pendidikan kita. Di mana sistem pendidikan kita yang awalnya menggunakan metode PTM (Pembelajaran Tatap Muka) menjadi metode PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh).

Metode Pembelajaran Jarak Jauh yang telah diterapkan selama hampir satu tahun setengah ini pada kenyataannya berjalan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Banyak orangtua yang mengeluhkan mengenai biaya tambahan untuk kuota belajar, waktu ekstra untuk menemani anak-anaknya belajar, hingga akses gawai yang sulit bagi keluarga menengah ke bawah. Belum lagi kesulitan yang dialami oleh para siswa. Mereka harus mulai membiasakan diri untuk belajar mandiri, tugas yang banyak, dan durasi menatap gawai yang lama, yang berdampak buruk bagi kesehatan mata mereka, serta kejenuhan dalam proses pembelajaran daring. Guru-guru di sekolah juga terpaksa memutar otak agar proses belajar mengajar dapat berjalan, serta belajar keahlian baru agar dapat mengoperasikan berbagai perangkat lunak serta media sosial demi mendukung Pembelajaran Jarak Jauh ini.

Hal-hal di atas kemudian menjadi pertimbangan bagi pemerintah untuk membuka kembali sekolah, tentunya tidak dapat langsung berjalan seperti sedia kala. Dalam SKB (Surat Keputusan Bersama) 4 Menteri yang diterbitkan pada tanggal 30 Maret 2021 ditetapkan bahwa satuan pendidikan dapat membuka kembali proses belajar mengajar dengan sistem Pembelajaran Tata Muka Terbatas, dengan syarat pendidik dan tenaga kependidikan di satuan pendidikan tersebut telah melakukan vaksinasi lengkap dan tetap melaksanakan protokol kesehatan, serta diawasi oleh dinas setempat. Dan dalam sistem Pembelajaran Tatap Muka Terbatas ini, orangtua dapat memilih apakah anaknya ingin diikutkan pada Pembelajaran Tatap Muka Terbatas atau tetap melakukan Pembelajaran Jarak Jauh.

Pembelajaran Tatap Muka Terbatas yang dicanangkan pemerintah sampai saat ini masih menimbulkan berbagai pro kontra. Sebagian menyambut baik hal ini, namun sebagian lagi masih menganggap bahwa Pembelajaran Tatap Muka Terbatas ini dinilai tidak terlalu efektif, dan juga dapat menimbulkan kesenjangan antara siswa yang hadir di sekolah dengan siswa yang melakukan Pembelajaran Jarak Jauh dari rumah. Dari polemik-polemik inilah kemudian muncul istilah Hybrid Learning System, yang disebut-sebut sebagai solusi mengatasi permasalahan yang mungkin timbul dari wacana ini.

Hybrid Learning System adalah sistem pembelajaran yang menggabungkan antara sistem Pembelajaran Tatap Muka dengan sistem Pembelajaran Jarak Jauh dalam waktu yang bersamaan. Itu artinya dalam suatu waktu guru mengajar dua kelompok siswa, yaitu siswa yang hadir di kelas, serta siswa yang belajar secara daring di rumah.

Sekolah Taruna Bangsa yang terletak di kawasan Sentul, kecamatan Babakanmadang Kabupaten Bogor merupakan salah satu sekolah yang telah menerapkan sistem pembelajaran Hybrid Learning. Uji coba telah dilakukan sejak pertengahan September lalu dengan menyasar siswa SMA Taruna Bangsa yang telah menerima vaksinasi lengkap. Sebagai gambaran, seluruh kelas di Sekolah Taruna Bangsa ini dilengkapi dengan layar monitor berukuran besar yang memudahkan guru memantau siswanya yang bergabung secara daring, monitor ini juga dilengkapi kamera resolusi tinggi yang memudahkan para siswa yang mengikuti proses belajar mengajar dari rumah agar dapat melihat penjelasan guru di depan kelas secara langsung dengan kualitas visual yang baik. Dan guru juga dilengkapi dengan microphone agar suara yang dihasilkan ketika mengajar dapat terdengar jernih dan jelas oleh siswa yang berada di rumah.

Kelebihan dari sistem ini adalah dengan metode Hybrid Learning ini proses belajar mengajar dua kelompok siswa ini ternyata lumayan efektif, sekolah tidak perlu menjadwal terpisah antara kelompok siswa yang hadir di sekolah dengan yang belajar dari rumah. Kelebihan lainnya dari sistem ini adalah interaksi antara guru dan siswa yang hadir dalam proses belajar mengajar kembali dapat diterapkan. Hal ini membuat guru lebih mudah memantau perkembangan akademis peserta didiknya. Dengan metode ini, guru juga mempunyai kesempatan untuk kembali menjelaskan materi di depan kelas dengan segala perlengkapan yang bisa mendukung berkembangnya daya tangkap siswa, dibandingkan dengan metode Pembelajaran Jarak Jauh yang hanya menggunakan PowerPoint, video pembelajaran, serta layar perangkat lunak yang terbatas.

Selain membahas kelebihan dari sistem Hybrid Learning ini, tentunya penting juga bagi kita untuk membahas kelemahan dari sistem ini sehingga di kemudian hari dapat kita perbaiki bersama. Kelemahan yang paling signifikan terlihat adalah masalah penyediaan perangkat pendukung Hybrid Learning yang harganya masih tergolong besar. Selain biaya besar yang diperlukan untuk penyediaan perangkat, juga diperlukan jaringan internet yang stabil. Hal lainnya adalah guru masih sulit memantau perkembangan akademis siswa yang memilih belajar daring. Siswa-siswa yang memilih belajar daring pun berkecenderungan mengalami menurunnya semangat belajar dan rasa tanggung jawabnya. Dampaknya akan terjadi kesenjangan dalam proses penyerapan ilmu antara siswa yang hadir di kelas dengan yang di rumah.

Kesimpulan yang bisa kita garis bawahi dari penerapan Hybrid Learning ini adalah sistem ini jelas masih perlu dibenahi. Kita jangan mudah terlena pada kelebihannya saja, tapi juga perlu memikirkan bagaimana mengatasi kelemahan-kelemahan dari sistem ini, sehingga sistem baru yang berpotensi ini bisa bertahan dan berkembang dalam menyosong era industri 4.0, di mana kemajuan sistem pendidikan kita kedepannya harus mampu menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki daya saing dan mampu beradaptasi dengan perubahan yang akan semakin cepat. Semoga kedepannya dengan berkerjasama bahu-membahu antara pemerintah, satuan pendidikan, tenaga pendidik dan juga siswa bersama-sama memperbaiki kelemahan-kelemahan dari sistem Hybrid Learning yang muncul saat ini, sehingga Hybrid Learning dapat menjadi pilihan metode belajar yang dapat menghasilkan SDM Indonesia yang berkualitas.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image