Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Achmad Humaidy

Bentang Kebaikan sebagai Penulis

Curhat | Monday, 04 Oct 2021, 11:37 WIB
Lebih baik sebar yang baik

Keadaan yang tidak menentu entah sampai kapan, kadang bikin kita menyerah dengan kondisi sekarang. Sebenarnya darimana latar belakang kita, pasti ada kebaikan sekecil apapun yang bisa dilakukan bersama dan berharap akan membuat kondisi menjadi lebih baik dari saat ini. Teruslah berbuat baik, karena kebaikan itu menular.

Menjadi seorang penulis dituntut menuliskan hal-hal yang mudah terlebih dahulu agar bisa saling menebar kebaikan di sekitar. Diawali menulis kehidupan sehari-hari, menceritakan lingkungan sekitar, teman, atau benda kesayangan yang ada dihadapan kita. Semua objek yang dilihat dan dirasa bisa diungkap dalam bentuk kalimat.

Literasi kita bisa diasah dari panca indera yang dipunya. Tulis apa yang mau kamu katakan dan katakan apa yang sudah kamu tulis. Tak perlu memakai bahasa formal, kita bisa pakai bahasa sendiri, bahasa sehari-hari untuk asah ketajaman ide pikiran atau lancarkan peredaran pola pikir supaya bisa menuangkan ide kreatif dalam kerangka tulisan.

Menulis itu pekerjaan jiwa dan raga. Kita harus mempersiapkan kesehatan jasmani dan kesehatan mental yang maksimal setelah kerangka tulisan dibuat. Konon mind mapping juga penting agar penulisan kreatif bisa lancar sehingga penulis tidak terjebak writer’s block.

Kita tak perlu mengikuti tren untuk menemukan ide dari tulisan. Seorang penulis harus bisa berkompromi untuk cari cara lain dalam mengembangkan sudut pandang penulisan. Ada tren yang berguna buat orang lain, belum tentu relate dengan diri sendiri.

Dari sekian banyak ide yang melayang di kepala, coba tulis di atas kertas atau notes yang ada pada ponsel. Catatan tersebut bisa menjadi target untuk diri sendiri sehingga terbentuk bank ide. Setelah itu, tentukan tenggat waktu untuk menyelesaikannya. Jangan sampai kita terdistraksi dengan ide-ide lain diluar fokus pikiran. Menulis merupakan salah satu cara untuk mengikat ide.

Beri nyawa pada tulisan dengan unsur kejujuran sehingga orisinalitas mampu terbentuk. Menulis dengan jujur bisa dilakukan saat kita sudah mengenal dan menerima keadaan diri sendiri. Kalau ingin mengenal diri sendiri, coba biasakan untuk bercakap dengan diri atau berbicara di depan cermin.

Ketika tulisan itu jujur, maka tulisan akan lekat dengan semua orang. Ibaratnya, tulisan kita panjang umur. Konsep tulisan seperti itu terbilang simpel dan efeknya mampu memengaruhi orang lain. Bagaimana kita bicara, itulah yang kita tulis.

Untuk menumpahkan perasaan dengan jujur, semua bisa dituang dalam bentuk tulisan fiksi. Sementara tulisan non fiksi harus selalu mengingat ada peredaman ego saat menulis didalamnya. Hal ini dilakukan supaya impresi tulisan kita tidak mencari bentuk pembenaran paling hakiki.

Saat tulisan kita dikomentari, anggap itu bagian dari suara negatif yang menjadi tantangan untuk menulis lebih baik lagi. Sedangkan suara positif seperti pujian bagi tulisan kita jadikan teguran agar tetap jadi penulis yang membumi.

Beri jeda untuk heningkan cipta sejenak sudah sejauh mana tulisan kita bisa menghasilkan kebaikan bagi banyak orang. Perkuat lagi niat, ide, eksekusi, fokus, dan konsistensi dengan topik tulisan yang dipilih.

Jadikan menulis aktivitas yang menyenangkan dan menjadi penulis punya banyak bentang kebaikan. Apalagi bagi para penulis yang tidak pernah menyia-nyiakan waktu. Bisa jadi tulisannya merupakan ladang pahala untuknya dan orang lain juga. Berikut bentang kebaikan sebagai penulis, yaitu:

1. Menyebarkan ilmu yang bermanfaat

Ilmu tak boleh disimpan sendiri. Ilmu yang kita punya harus dibagi kepada orang banyak. Bila penulisnya menguasai ilmu agama dan menyebarkannya, bisa jadi tulisanmu ibarat mimbar dakwah. Ditambah lagi ketika sebuah tulisan disebar dari satu orang ke orang lainnya sehingga semua bisa mendapat kebaikan dari isi tulisan yang kita buat.

2. Menambah wawasan

Menulis berkorelasi dengan membaca. Ada banyak bacaan yang akan dibaca oleh orang yang ingin jadi penulis. Pun saat seorang ahli menulis, dia tetap butuh tambahan referensi atau bahan literatur lain untuk tulisan atau bukunya. Banyak membaca sebelum mulai menulis tentu bisa menemukan ragam referensi atau sudut pandang lain. Dengan banyak membaca, penulis juga bisa punya pengetahuan, lebih cerdas, dan cara berpikir akan maju.

3. Mengelola waktu

Seorang penulis harus pandai kelola waktu. Meski jam kerjanya terlihat bebas, penulis harus punya skala prioritas. Kapan waktunya untuk mulai menulis dan kapan waktunya untuk beribadah atau melakukan aktivitas lain. Intinya, atur jadwal secara fleksibel sehingga kebaikan dalam setiap aktivitas bisa didapatkan.

4. Memperbanyak relasi

Kebaikan seorang penulis didapat saat tulisan itu berhasil dibagikan. Sebagai seorang penulis, kita juga harus terhubung dengan banyak orang. Rajut silaturahmi dengan para relasi, seperti pembaca, editor, narasumber, atau bahkan sesama penulis. Dari jaringan pertemanan itu akan membuka keran rezeki atau pekerjaan lain yang bisa didapat kemudian hari.

5. Manfaat tulisan sampai ke anak dan cucu

Siapa yang tidak ingin mewariskan hal-hal bermanfaat untuk generasi berikutnya? Karya tulis atau buku akan tetap ada nilainya meski kita sudah meninggal dunia. Generasi selanjutnya harus belajar dari generasi sebelumnya. Dengan begitu warisan berupa virus menulis bisa tertular lintas generasi.

Royalti dan penghasilan sebagai penulis memang tak seberapa. Salurkan hobi menulismu dan gapai terus keinginan untuk menjadi seorang penulis. Manfaatkan waktu untuk menulis agar karyamu terus dikenang sepanjang hayat. Hasilkan karya yang bisa dimulai dari hal-hal sederhana.

Siapkah menjadi bagian dari gerakan kebaikan menulis??

Saatnya kalahkan jarak untuk berbuat kebaikan bagi sesama.

Semoga tertular semangat nulisnya!

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image