Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Djoko Soegiyanto, S.Pi, S.Pd, M.Pd.I

Pendidik Berbahagialah

Guru Menulis | Monday, 04 Oct 2021, 04:21 WIB

Menjadi seorang guru merupakan sesuatu hal yang mendasar dan menjadi pilihan bagi setiap orang. Guru merupakan seseorang yang sudah seharusnya untuk digugu dan ditiru baik dalam aktivitas kesehariannya, tutur katanya, sikapnya terlebih lagi bagaimana dia menyampaikan pelajaran kepada siswanya di dalam kelas.

Terlepas dari hal itu semua sebenarnya ada nilai tambah apabila kita bisa menjadi seorang guru (baca:pendidik) yang benar-benar dirindukan oleh siswa kita. Karena tidak semua orang mampu melakukannya, karena di dalamnya terkandung nilai keikhlasan untuk benar-benar menjalani profesinya sebagai seorang guru (baca: pendidik).

Kita sebagai seorang guru harus memiliki visi dan misi yang besar agar dapat menjadikan siswa kita seperti apa. Cerdas? Berkarakter? atau hal positip lainnya yang sudah kita rencanakan dalam tujuan pembelajaran. Namun perlu digarisbawahi bahwa kita akan menebarkan kebaikan dengan mengajar apabila kita benar-benar memiliki niat, komitmen, ridho dan ikhlas. Karena dengan hal tersebut akan menjadikan diri kita akan lebih termotivasi apabila kita mengajar dengan sepenuh hati.

Siswa dapat menilai dari cari mengajar kita sehari-hari di dalam kelas, mereka pasti memiliki kesan yang berbeda-beda dan terekam dalam memori alam bawah sadar mereka guru si A pemarah, guru si B baik hari dan lain sebagainya. Tentunya kita tidak ingin dikenal seperti guru A karena sifat kita yang mudah sekali marah dalam setiap mengajar di kelas, mengajar sekedar mentransfer ilmu tanpa memberikan perbaikan kepada sikap dan perilaku siswa kita di dalam kelas.

Sehingga kita harus membekali diri kita dengan ilmu pengetahuan, metode mengajar yang baik serta pengelolaan kelas yang baik sehingga dalam proses penyampaian materi pembelajaran dapat diterima dengan siswa yang notabenenya memiliki gaya belajar yang berbeda-beda.

Ada yang visual artinya siswa akan dapat belajar dengan sesuatu yang dia lihat baik media pembelajaran msalnya berupa gambar atau video. Ada juga siswa yang hanya bisa belajar dengan mendengarkan yang disebut dengan auditori. Kemudian ada pula siswa yang senang bergerak dan keliling di dalam kelas yang dikenal dengan kinestetik. Keberagaman gaya belajar siswa tersebut harus kita fasilitasi dengan metode pembelajaran yang tepat. Karena akan sangat sulit sekali apabila guru tidak bisa memahami gaya belajar siswa, sehingga dia hanya mengajar dengan metode ceramah.

Efeknya adalah siswa cepat merasa bosan, asyik dengan aktivitasnya sendiri, banyak mengobrol dengan teman dan mudah hilang konsentrasinya. Tentunya hal tersebut akan sangat mempengaruhi kepada tujuan akhir pada pembelajaran yang sudah kita buat dan rencanakan. Misalnya banyak nilai siswa yang belum maksimal, siswa merasa bosan di kelas serta kurang kondusifnya proses belajar mengajar di dalam kelas.

Oleh karena itu pentingnya seorang guru terus belajar dan mengupgrade kemampuan dirinya agar senantiasa menjadi seorang guru (baca:pendidik) yang mumpuni, artinya mampu menjadi seorang guru yang bisa menjadi teladan, menginspirasi dan dirindukan oleh siswanya.

Penulis merasakan sendiri manfaat yang akan kita dapatkan sehingga hal tersebut akan sangat membantu dalam mencapai tujuan pembelajaran yang sudah kita rencanakan, nilai-nilai siswa mencapai ketuntasan dan siswa memiliki adab dan perilaku yang positip. Teruslah mendidik dengan hati karena disanalah kita akan menemukan kepuasan batin yang tidak ternilai karena hanya pahala dan amal jariyah yang akan kita terima kelak di akhirat apabila kita benar-benar mengajar dengan niat, komitmen, ridho dan ikhlas. Teruslah menjalani taqdirnu dengan ikhlas dan ridho, jangan bertanya kenapa karena sesungguhnya Allah swt Maha Mengetahui yang terbaik bagi hamba-Nya. Wallahua'alam bisshowab

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image