Bagaimana Bisa Tuan?
Sastra | 2022-05-28 21:41:29Terlalu banyak kebajikanmu tuan yang dulu kuanggap sebagai keharusan seorang laki-laki terhadap wanitanya. Aku begitu ego dan harus diratukan olehmu tuan padahal harusnya kita saling menyeimbangi. Kau banyak luangkan waktumu tapi dengan egoisnya aku hanya mencarimu kala ingin bercerita dan sepi. Saat aku sakit kaulah yang pertama ku cari tuan, aku menyaksikanmu berusaha mengantarkan yang aku perlukan, menghiburku, memberiku semangat agar aku kembali ceria.
Tentunya kau sangat lelah menghadapiku, tapi saat kau butuh aku dengan malasnya membantumu, lambat sehingga kau harus sabar menungguku. Lalu bagaimana aku membencimu tuan meskipun aku kau lukakan, kau kecewakan. Tahukah tuan aku hanya menangis sebentar saja mengadu di sajadah di pertengahan malam. Esoknya ketika komunikasi sudah tak sehangat dulu aku mengingat banyak kebajikanmu yang berjejak di ingatan ku, sehingga rasa benci dan kecewaku terkubur dengan rasa syukurku yang dulu pernah kau bahagiakan tuan. Rasa syukur karena Allah menitipkanmu kepadaku. Sangat wajar bila pencipta mengambil miliknya yang dititipkan kepadaku. Agar aku tau diri dan batasan.
lalu bagaimana aku bisa lupa tuan? Aku menjadikanmu guru yang dititipkan Allah untuk mentatihku menuju kedewasaan. Kita berproses menuju dewasa bersama bukan? Tapi kau terlahir lebih bijak. Bagaimana tidak ketika kau lahir aku baru di titipkan di rahim ibuku. Entahlah tuan aku hanya mampu ridha melepaskan mu untuk mencari kebahagianmu, karena bersamaku mungkin tidak kau temui kebahagiaan.
Aku pernah meminta agar Allah lupakan ingatanku tentangmu. Namun aku salah, harusnya aku terus mengingat sosok baik yang banyak mengajariku banyak hal. Sehingga doaku berubah, ya Allah berilah dia kebahagian yang dia cari, titip rinduku padanya. Katakan padanya bahwa aku tidak pernah lupa namun hanya ingin melihatnya lebih bahagia dari sebelumnya.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.