Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image SAID EDY WIBOWO

Menangkal Gelombang Ketiga Demi Semangat Belajar Anak Bangsa

Guru Menulis | 2021-10-02 20:13:19

Indonesia berhasil melewati amukan pandemi covid-19 gelombang kedua. Itulah buah dari kerja sama apik semua anak bangsa. Meski begitu, kita pantang besar kepala karena virus corona masih ada dan setiap saat bisa kembali menghadirkan malapetaka.

Untuk sementara, kita boleh bersuka karena tingkat penularan corona bisa kita tekan. Kita bisa bernapas lega karena angka kasus positif yang sempat tembus 50.000 kini kasus semakin menurun. Pun demikian dengan tingkat kematian yang terus menunjukkan penurunan, sedangkan angka kesembuhan konsisten memperlihatkan peningkatan.

Sirene ambulans yang dulu begitu rajin meneror telinga kita, kini jarang lagi terdengar. Toa masjid yang dulu sering dibunyikan untuk memberitahukan ada warga yang meninggal akibat covid-19, kini kembali ke fungsi awal sebagai pengabar bahwa waktu salat telah tiba.

Tiada lagi situasi yang mencekam. Rumah sakit, klinik, atau fasilitas kesehatan lainnya juga telah normal, tidak seperti dulu ketika penderita covid-19 membanjiri hingga lorong-lorong bahkan tempat parkir.

Layakkah semua itu kita rayakan? Tidak. Kita tidak boleh larut dalam euforia, apalagi sampai mabuk kemenangan.

Kita memang mampu meredam sepak terjang korona gelombang kedua. Namun, harus dicatat tebal-tebal bahwa keberhasilan itu hanya sementara. Sekali lagi cuma sementara, karena korona belum sepenuhnya sirna. Corona masih ada, sangat dekat dengan kita, dan sewaktu-waktu bisa kembali menebar duka.

Fakta empiris membuktikan, ekspansi corona di dunia tak cukup dua gelombang. Tiga gelombang pandemi telah terjadi, yakni pada Januari 2021 sebagai puncak pertama, April 2021 puncak kedua, dan Agustus-September 2021 puncak ketiga. Itu pun belum sepenuhnya selesai karena sejumlah negara masih direpotkan dengan melonjaknya kasus positif.

Jika menilik fenomena tersebut, Indonesia jelas belum aman. Justru sebaliknya, negeri ini berada dalam ancaman besar karena baru mengalami dua gelombang pandemi Gelombang ketiga yang dampaknya tak kalah dahsyat bisa datang setiap saat.

Potensi itulah yang disadari betul oleh pemerintah maupun para epidemiolog. Bahkan, menurut ahli epidemiologi, gelombang ketiga diprediksi bakal terjadi akhir Desember nanti.

Prediksi itu bukan cerita fiksi untuk menakut-nakuti. Ia adalah pijakan bagi kita semua untuk menyiapkan antisipasi sejak saat ini, dan yang paling penting berusaha agar tak terealisasi.

Gelombang ketiga pandemi covid-19 memang telah menjadi fenomena dunia. Akan tetapi, ia bukanlah keniscayaan. Ia bisa melanda negeri ini, bisa juga tidak. Semua tergantung kita dalam menyikapinya.

Gelombang ketiga akan terjadi jika kita mabuk dalam euforia dan merasa kehidupan sudah normal lalu mengesampingkan 5M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun, menghindari kerumunan, mengurangi mobilitas)

Gelombang ketiga akan memapar jika kita mengendurkan 3T (tracing, testing, dan treatment). Gelombang ketiga akan menyerang jika pemerintah membuka seluas-luasnya pembatasan bagi mobilitas dan kegiatan. Bangsa ini masih butuh pengetatan aktivitas sebab kekebalan komunal masih jauh dari realitas karena 80% penduduk belum mendapatkan vaksin lengkap.

Pada konteks itulah kita mengingatkan pemerintah untuk terus mempertahankan politik intervensi. Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) terbukti ampuh meredam covid-19 sehingga harus dipertahankan dengan level tertentu.

Pelonggaran di segala sektor memang diperlukan demi kebangkitan ekonomi, tetapi jangan biarkan sampai lepas kendali. Gelombang ketiga pandemi bukan ilusi, tetapi kita semua bisa menangkalnya agar tak sampai terjadi.

Dunia pendidikan juga harus menjadi perhatian bersama, demi menyelamatkan anak bangsa agar tetap belajar maka semua pihak harus tetap menjaga protokol kesehatan ketat karena bisa berdampak penutupan lembaga pendidikan apabila terjadi claster tatap muka. Maka guru, tenaga pendidikan harus dengan semangat juang yang tinggi untuk selalu mengingatkan peserta didik agar pembelajaran tatap muka terbatas tetap bisa dilaksanakan dengan aman dan sehat. #Guruhebatbangsakuat

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image