Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image isna sofiatun

Sudah Siapkah Melaksanakan IKM?

Guru Menulis | Saturday, 28 May 2022, 11:24 WIB

Alhamdulillah, pertama kita perlu bersyukur karena pandemic covid-19 sudah berangsur turun. Kebijakan pemerintah untuk mengembalikan pembelajaran tatap muka 100% sudah kembali. Tahun ajaran baru pun sudah siap berganti. Tentunya, guru sebagai salah satu stakeholder pendidikan perlu merencanakan kembali bagaimana proses pembelajaran di tahun berikutnya. Mengingat, pemerintah melalui kemdikbud sudah menggaungkan kurikulum merdeka yang siap digunakan di sekolah-sekolah. Meskipun kurikulum merdeka belum diwajibkan secara nasional sebagai kurikulum nasional, namun sekolah sudah sangat dianjurkan untuk melaksanakan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM). Lalu, sudah siapkah kita sebagai guru untuk melaksanakan IKM?

Ada banyak pro dan kontra di setiap kebijakan baru, termasuk pada kebijakan pemerintah terkait kurikulum merdeka. Pendidikan adalah salah satu aspek yang terus berkembang mengikuti zaman, sehingga kurikulum yang merupakan salah satu komponen penting dalam keberlangsungan pendidikan juga akan terus berkembang mengikuti zaman. Adanya pandemic covid-19 telah memberikan pilihan bagi sekolah untuk melaksanakan kurikulum sesuai kemampuan dan kesiapan sekolah. Tiga diantara kurikulum tersebut adalah kurikulum 2013, kurikulum darurat (kurikulum 2013 yang disederhanakan), dan kurikulum merdeka. Namun seriring waktu, pemerintah akan menetapkan kurikulum merdeka menjadi kurikulum nasional yang akan di pakai oleh sekolah-sekolah pada tahun 2024 mendatang. Oleh karena itu, sekolah perlu berbenah dan menyiapkan bekal untuk menyongsong kurikulum baru ini.

Kurikulum merdeka memiliki beberapa perbedaan dengan kurikulum 2013. Kurikulum ini menyajikan kegiatan pembelajaran dalam kegiatan intrakurikuler, projek penguatan profil pelajar Pancasila, dan ekstrakurikuler. Projek penguatan profil pelajar Pancasila menjadi ciri khas pembeda di kurikulum merdeka dengan kurikulum 2013. Pada kurikulum 2013 terdapat Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD). KI digunakan untuk mengarahkan semua KD agar tercapai sesuai dengan tujuannya. KI terdiri dari 4, KI 1 sampai KI 3 digunakan untuk mengarahkan pembelajaran agar dapat mengamalkan sikap religius, sosial, dan pengetahuan kemudian pengetahuan tersebut diamalkan atau diterapkan melalui KI 4. Sedangkan pada kurikulum merdeka tidak ada KI dan KD, yang ada hanyalah Capaian Pembelajaran (CP). Sebenarnya, ada kesamaan makna antara keduanya. CP memuat karakteristik setiap mata pelajaran meliputi tujuan, karakteristik, elemen, dan proses. Misalnya pada mata pelajaran matematika, maka apa tujuan, karakteristik, dan elemen mata pelajaran matematika dapat kita maknai dalam kurikulum 2013 sebagai KI 3 dan KD 3. Elemen merupakan mathematics skill atau pengetahuan yang perlu dipunyai siswa seperti logaritma, aljabar, geometri dll. Dengan kata lain, elemen memuat materi yang akan diperoleh siswa selama belajar matematika.

Dalam pelaksanaannya sering kali kurikulum merdeka disebut dapat menyederhakan materi yang ada. Namun, dalam beberapa kajian tertentu justru kurikulum merdeka akan menambah bobot materi yang disajikan. Contohnya pada materi matematika tingkat SMA. Pada kurikulum 2013, mata pelajaran matematika dibedakan pada matematika wajib dan peminatan. Namun di kurikulum merdeka akan dijadikan satu yang tentu akan menambah bobot materi yang disajikan. Mengingat materi matematika tidak dapat kita pisahkan begitu saja karena materi matematika mempunyai materi prasyarat untuk belajar materi selanjutnya.

Kemudian pada keterampilan proses hampir sama dengan pengalaman pendekatan saintifik. Bedanya ada rincian yang jelas pada kurikulum merdeka. Contohnya, pada pendekatan saintifik terdapat mengamati, namun di kurikulum merdeka terdapat membaca. Tentunya kata mengamati akan lebih luas artinya dibanding kata membaca, karena mengamati dapat dilakukan dengan berbagai cara misalnya dengan mendengarkan, membaca, melihat dan seterusnya. Kemudian, dalam saintifik terdapat pengolahan informasi, namun di kurikulum merdeka terdapat pemetaan informasi dan analisis informasi. Dalam saintifik terdapat komunikasi, namun di kurikulum merdeka anak dapat memilih komunikasi verbal, grafis dan lainnya. Sejauh ini antara kurikulum 2013 dan kurikulum merdeka memiliki kesamaan makna hanya berbeda pada istilah yang digunakan.

Perbedaan yang dapat kita lihat yaitu pada proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran terdapat perbedaan nyata karena salah satu kegiatan pembelajaran di kurikulum merdeka adalah projek penguatan profil pelajar Pancasila. Pada awal tahun atau awal semester sekolah memilih tema dari 6 tema yang disajikan untuk dikembangkan selama satu tahun. Enam profil pelajar pancasila meliputi beriman, bertakwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia, mandiri, bernalar kritis, berkebhinekaan global, bergotong royong, dan kreatif. Sebenarnya pada kurikulum 2013 juga ada namanya Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang dilaksanakan dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila melalui pendidikan karakter untuk mendukung program NAWACITA. Pada projek penguatan profil pelajar Pancasila semua mata pelajaran harus berkontribusi pada projek. Jadi, satuan pendidikan perlu mengalokasikan waktu agar guru dapat bekerja secara kolaborasi. Kolaborasi menjadi kunci sukses/tidaknya sebuah projek. Projek bukan disajikan di setiap mata pelajaran, namun guru lintas bidang dapat merencanakan suatu projek, kemudian memfasilitasi dan menjalankan asesmen. Jadi, guru perlu mengembangkan modul yang sesuai dengan projek. Modul yang dibuat berisi konten masalah di sekitar yang relevan dengan tema projek penguatan profil pelajar Pancasila yang dipilih.

Ada PR besar bagi guru sebagai pelaksana langsung kurikulum merdeka. Bahwa sebelum sekolah memutuskan penggunaan kurikulum merdeka, guru harus sudah siap dengan pemahaman, ilmu, perencanaan, dan perangkat pembelajaran yang akan digunakan. Modul sebagai salah satu perangkat harus sudah siap ketika sekolah memutuskan untuk memulai melaksanakan IKM. Modul dapat memuat kearifan lokal yang dapat dikembangkan sesuai perkembangan zaman di daerah setempat.

Kurikulum merdeka sudah diputuskan oleh pemerintah sebagai kurikulum nasional pada tahun 2024. Seperti pepatah, kerjakan sesuatu yang dituliskan dan tuliskan sesuatu yang dikerjakan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image