Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Oase kata

PELUANG DAN TANTANGAN PONDOK PESANTREN DI ERA DISRUPSI (Bag. I)

Eduaksi | Thursday, 30 Sep 2021, 07:15 WIB

Oleh : Dr. Dede R. Misbahul Alam, M.Pd.

(Ketua Umum Pemuda Dewan Da’wah, Alumni Santri Hidayatullah)

Teknologi komunikasi dan informasi telah banyak mengubah kehidupan manusia. Komunikasi dan informasi tidak lagi dinilai hanya sekedar urusan teknologi, ia telah menjelma pada sebuah proses perubahan sosial, dimana teknologi menjadi elemen yang tak terpisahkan dari tren sosial itu sendiri, ekonomi, politik, pendidikan, agama sampai tata aturan nilai hidup. Kemunculan HP (handphone) menjadi salah satu tren yang telah menenggelamkan budaya tulis kirim surat berprangko hingga nyaris merontokkan induk perusahaannya.

Nokia adalah salah satu perusahaan telekomunikasi yang sangat canggih. Dengan motonya “connecting people” telah benar-benar mampu menghubungkan manusia tanpa batas diseluruh dunia. Maka wajar Nokia kemudian menjadi perusahaan raja dalam bidang perangkat komunikasi handphone. Namun siapa yang menyangka perusahaan raja itu kemudian bisa runtuh seketika. Sthephen Ellop CEO Nokia dalam mengumumkan pelepasan saham perusahaannya mengatakan, “kami tidak membuat kesalahan dimasa lalu, tapi kesalahan kami adalah memberi kesempatan Google meluncurkan Android yang pada prosesnya tak mampu kami saingi”. Penyesalan Ellop yang ia sampaikan melihat kondisi perusahaannya telah hancur. Itulah dampak dari disrupsi yang sangat dahsyat. Tidak terlihat, tapi nampak nyata. Secara radikal dampak disrupsi telah menghancurkan sampai keakar-akarnya.

Kehadiran internet sebagai media baru dengan interaktifitas dan konektivitasnya yang tinggi telah menjadikan media ini sebagai agen dari proses globalisasi informasi. Perkembangan internet dan PC (personal computer) telah menyulut pada sebuah perdebatan yang sangat dilematis mengenai pengaruh hubungan-hubungan sosial. Ditengah perdebatan yang sengit, justru lahir produk terdahsyat komunikasi berbasis internet smartphone yang semakin mendekatkan manusia kepada kehidupan maya. Kehidupan yang serba pragmatis, instan, tanpa sekat batas jarak, waktu, tempat bahkan nilai sekalipun. Kehidupan yang mengancam kepada tata aturan nilai hidup secara disruptif.

Fenomena disrupsi telah mewabah seperti ‘virus corona’ yang mematikan dan menyerang semua sendi kehidupan manusia. Sebuah era dimana situasi pergerakan dunia industri atau persaingan kerja tidak lagi teratur dan tidak dapat diprediksi. Era yang ditandai dengan industri 4.0 dan digitaliasi internet. Perubahannya sangat cepat, fundamental dengan mengacak-acak pola tatanan lama untuk menciptakan tatanan baru. Disrupsi menginisiasi lahirnya model bisnis baru dengan strategi lebih inovatif dan disruptif. Cakupan perubahannya luas mulai dari dunia bisnis, perbankan, transportasi, sosial masyarakat, hingga pendidikan. Disrupsi bahkan menyasar iman dan akhlak umat Islam. Era dimana akan menuntut manusia untuk berubah atau punah.

Era disrupsi mendorong proses digitalisasi sistem pendidikan. Munculnya inovasi aplikasi teknologi seperti Grab atau Gojek akan menginspirasi lahirnya aplikasi sejenis dibidang pendidikan. Perkembangan teknologi digital telah melahirkan revolusi belajar yang bernama Massive Open Online Courses (MOOCs). MOOCs adalah inovasi pembelajaran daring yang dirancang terbuka, dapat saling berbagi dan saling terhubung atau berjejaring satu sama lain. Prinsip ini menandai dimulainya demokratisasi pengetahuan yang menciptakan kesempatan bagi siapa saja untuk memanfaatkan dunia teknologi dengan produktif. MOOCs adalah revolusi belajar mengajar baru yang terpusat pada siswa/mahasiswa dan menggunakan teknologi dengan jangkauan tak terbatas, melewati batas ruang kelas, kampus, dan bahkan negara, memungkinkan konsumen memperoleh pengetahuan dan atau keterampilan secara gratis, bahkan diajarkan oleh guru besar dari perguruan tinggi ternama dunia. Di Indonesia pola MOOCs hari ini sudah semakin dekat dikalangan generasi milenial, sehingga dapat diprediksi MOOCs akan dapat muncul secara disruptif di Indonesia seperti banjir bandang melibas apa saja yang berada di depannya (avalanche).

Dalam kondisi seperti ini, lembaga pendidikan seperti Pondok Pesantren menghadapi tantangan yang luar biasa beratnya. Namun disisi lain, Pondok Pesantren juga mempunyai peluang yang sangat terbuka untuk menjadi besar dan berkembang. Karena itulah pendidikan di Pondok Pesantren harus mampu menghadapi tantangan zaman dan mempunyai kewajiban untuk segera menyesuaikan diri dalam menghadapi era yang semakin berubah ini. Era disrupsi tidak boleh dihadapi apatis, jangan sampai karena kelambanan menyikapi kemajuan-kemajuan zaman justru menjadi bumerang bagi Pondok Pesantren itu sendiri.

Ditengah arus disrupsi yang sangat hebat, keberhasilan sejumlah Pondok Pesantren dalam mencerdaskan ummat baik dalam bidang agama maupun ilmu pengetahuan bahkan teknologi merupakan suatu hal yang patut diteladani. Jika Pondok Pesantren dapat dikembangan secara maksimal maka Pondok Pesantren akan menjadi satu lembaga pendidikan yang lebih potensial ditengah arus kemajuan teknologi yang serba digital untuk menghasilkan para lulusan yang sanggup menjadi pemimpin, ilmuwan, dan tenaga professional dalam bidang-bidang tertentu yang dijiwai oleh semangat moral keagamaan sebagaimana cita-cita pendidikan nasional. Tetapi sebaliknya, tidak mustahil lembaga Pondok Pesantren akan terdisrupsi oleh kecanggihan zaman. Neil Postman dalam bukunya "The End Of Education" mengingatkan bahwa matinya pendidikan karena pengelolaan pendidikan kehilangan arah, yang terlihat hanya orang sibuk mengurus pendidikan yang tidak terarah itu.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image