Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Apron IDN

Mengenang Mathilda Batlayeri, Namanya Dipakai untuk Bandara di Saumlaki

Sejarah | 2021-09-27 22:28:41

Penulis Tri Otraputri

Dini hari pada tanggal 28 September 1953, gerombolan gerakan pengacau keamanan (GPK) yang menamakan diri Kesatuan Rakyat yang Tertindas (KRyT) menyerang pos dan asrama polisi di Kurau, Kalimantan Selatan. Serangan yang dipimpin Suwardi itu berkekuatan 50 orang. Sementara di pos itu hanya ada lima orang anggota polisi bersenjata.

Walau begitu GPK KRyT kesulitan untuk melumpuhkan kekuatan pos/asrama polisi tersebut. Terlebih setelah seorang Bhayangkari ikut dalam pertempuran tersebut. Bhayangkari itu melibatkan diri dalam pertempuran karena melihat kekuatan anggota polisi yang tidak berimbang. Bahkan Suwardi, pemimpin penyerangan itu, tertembak oleh senjata jenis moser yang digunakan Bhayangkari itu. Senjata ini milik suaminya.

Mengutip banjarbaru.kalsel.polri.go.id, Bhayangkari pemberani ini bernama Mathilda Batlayeri. Setelah pertempuran kurang lebih satu setengah jam, Mathilda pun gugur. Bahkan anak Mathilda ikut gugur yaitu Alex (9 thn) dan Lodewijk (6 thn) yang gugur di kamar asrama yang mereka tempati, sementara Max (2,5 thn) gugur di pelukan ibunya.

Setelah tidak ada perlawanan lagi dari pihak polisi, maka GPK KRyT membumihanguskan Pos/Asrama Polisi Kurau. Jenazah Mathilda dan ketiga anaknya turut terbakar dalam kobaran api tersebut.

Untuk mengenang jasa-jasa Mathilda dibangunlah “Monumen Bhayangkari Teladan Mathilda Batlayeri” di Kurau dan selesai dikerjakan pada 15 Oktober 1983. Kemudian bertepatan dengan Hari Pahlawan 10 November 1983, monumen tersebut diresmikan oleh Ketua Umum Pengurus Pusat Bhayangkari Ny. Anton Soedjarwo (isteri Kapolri Jenderal Polisi Anton Soedjarwo, periode 1982-1987). Pada bagian depan Monumen Bhayangkari Teladan Mathilda Batlayeri terukir tulisan yang berbunyi, “Kepada Penerusku, Aku Bhayangkari dan Anak-anakku Terkapar Di Sini, di Bumi Kurau Yang Sunyi, Semoga Pahatan Pengabdianku Memberi Arti pada Ibu Pertiwi”

Bandara Mathilda Batlayeri di Saumlaki, Maluku ( Foto:mathilda-airport.com)

Nama Bandara

Nama Mathilda Batlayeri juga disematkan pada bandara di Saumlaki. Di manakah? Saumlaki adalah ibu kota dari Kabupaten Kepulauan Tanimbar yang mencakup seluruh Kepulauan Tanimbar. Sebelumnya bernama Maluku Tenggara Barat. Terbentuk setelah berpisah dengan Kabupaten Maluku Tenggara pada tahun 2002. Saumlaki juga merupakan kelurahan yang berada di Kecamatan Tanimbar Selatan, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku. Letak Saumlaki tepatnya berada di Pulau Yamdena yang merupakan bagian dari Kepulauan Tanimbar. Jika dilihat peta, Saumlaki berada di bawah.

Posisi Saumlaki [ panah merah] di Kepulauan Tanimbar (ilustrasi Google)

Muncul juga pertanyaan, gugurnya Mathilda di Kalimantan Selatan, sementara bandara berada di Maluku, mengapa pakai nama Mathilda? Pertimbangan utama bahwa Mathilda adalah asli dari Kepulauan Tanimbar. Ia menikah dengan Adrianus Batlayeri, tahun 1944. Adrianus masuk Polisi saat Polri berdiri dan menerima anggota pertama kali. Lalu bertugas di Kurau Kewedanaan Tanah Laut, Kalimantan Selatan, Adrianus berpangkat Agen Polisi II.

Bandara di Saumlaki itu akhirnya bernama Bandara Mathilda Batlayeri. Info dari Humas Bandara Mathilda Batlayeri, sekarang ini bandara berkode WAPS/SXK itu mempunyai panjang runway 2.000 m x 45 m, taxiway 110 m x 23 m, dan apron 200 m x 75 m. Jenis pesawat terbesar di antaranya ATR -72. Untuk sisi darat, bandara kategori domestik dan kelas III ini mempunyai terminal 1.440 m2.

Kepala Bandara Mathilda Batlayeri Akhmad Romi saat upacara Harhubnas 2021 ( Foto: mathilda-airport.com)

Sejak 20 November 2020 Kepala Bandara Mathilda Batlayeri dijabat oleh Akhmad Romi. Sebelumnya sebagai Kepala Bandara Amahai. Kabandara mempunyai tekad untuk membawa bandara ini menjadi lebih baik lagi kedepannya dalam hal pelayanan publik.

Apalagi tahun depan (2022), Bandara Mathilda Batlayeri ini menjadi salah satu dari 21 bandara yang masuk prioritas pengembangan. Sebagaimana dikemukakan Dirjen Perhubungan Udara Novie Riyanto dalam RDP dengan Komisi V DPR RI, Rabu (1/9/21) lalu, bahwa terdapat 21 kegiatan prioritas di 21 bandara yang sudah terakomodir pada rincian pagu anggaran Ditjen Perhubungan Udara tahun anggaran 2022.

Berbagai proyek tersebut terakomodir melalui berbagai cara. Misalnya Surat Berharga Syariah Negara (SBSN), multi year contract (MYC) 2021-2022 serta pinjaman dan hibah luar negeri (PHLN).

Nah, Bandara Mathilda Batlayeri Saumlaki masuk skema SBSN. Selain Saumlaki, skema SBSN ini ada juga bandara baru Siboru-Fak Fak, bandara baru Nabire, bandara baru Mentawai, Bandara Kepi, Bandara Wamena, Bandara APT Pranoto, bandara baru Mandailing Natal serta Bandara Rendani-Manokwari. ( yh / Apron IDN )

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image