Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Fauzi M

Pandemi Covid-19: Hikmah Dibalik Musibah

Lomba | Saturday, 25 Sep 2021, 23:46 WIB
Sumber gambar: Republika.co.id

“...Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (Q.S.Al-Baqarah: 216). Pandemi Corona Virus Disease (Covid-19) masih berlangsung di negeri ini. Virus ini mulai dideklarasikan pada tanggal 11 Maret 2020 sebagai pandemi dunia oleh World Health Organization (WHO) atau yang dikenal sebagai Badan Kesehatan Dunia dan telah ditetapkan sebagai bencana nasional oleh presiden RI pada 13 April 2020 setelah meneken Keputusan Presiden nomor 12 tahun 2020. Sejak penyebaran Covid-19 berlangsung aktivitas masyarakat pun ikut terganggu dan tidak berjalan sebagaimana biasanya. Hal tersebut merupakan akibat dari program pembatasan sosial seperti Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dan program-program semisalnya seperti lock down dan work from home (WFH) menyebabkan aktivitas-aktivitas yang berlangsung di luar rumah (outdoor) dapat dikatakan lumpuh dan tidak berjalan sebagaimana mestinya. Masyarakat merasakan dampak berupa terbatasnya ruang gerak dan sulitnya memenuhi kebutuhan finansial. Dari sekelumit musibah tersebut tentunya tidak dapat memungkiri bahwa didalamnya terdapat hikmah yang besar yang telah disiapkan oleh sang pencipta alam semesta kepada hamba-hambanya.

Pandemi dan Perbaikan Alam Semesta

Alam semesta khususnya planet bumi kian hari kian memanas (global warming) pemanasan global ini terjadi akibat padatnya aktivitas yang dilakukan manusia didalamnya. Di antara penyebabnya adalah Karbon monoksida dan polusi kendaraan yang diciptakan kendaraan bermotor. Selain itu pandemi membawa hal positif terhadap perbaikan lapisan ozon sebagaimana yang diutarakan oleh seorang peneliti bernama Antara Banerjee yang dari Universitas Colorado Boulder. Lapisan ozon adalah bagian dari atmosfer yang ada di lapisan stratosfer bumi. Lapisan ini berfungsi untuk melindungi penduduk bumi dari radiasi ultraviolet yang bersumber dari matahari menurutnya lapisan ozon berangsur membaik di tengah pandemi akibat berkurangnya pemakain gas Chloro Fluoro Carbon (CFC) pada kulkas dan botol spray disertai menurunnya kadar karbondioksida. Juga semenjak diberlakukannya pembatasan sosial polusi-polusi kendaraan terkurangi secara drastis.

Pandemi dan Reformasi Pendidikan

Sejak pandemi Covid-19 berlangsung terjadi perubahan drastis pada sektor pendidikan diantaranya dengan terwujudnya reformasi pendidikan. Reformasi tersebut berupa perubahan cara dan media untuk melangsungkan pembelajaran. Para pelajar yang semulanya belajar bersama di dalam kelas kini harus belajar secara Dalam Jaringan (DARING), pembelajaran online, dan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) menggunakan berbagai jenis alat dan aplikasi untuk menunjang pembelajaran. Hikmahnya dengan adanya model pembelajaran tersebut para pelajar dan guru di Indonesia khususnya lebih terbiasa dengan inovasi-inovasi baru dalam dunia pendidikan dan dapat memanfaatkan aplikasi dan media pembelajaran yang belum pernah diketahui sebelumnya. Selain itu kegiatan seperti seminar, workshop, pelatihan dan semisalnya dapat dengan mudah dilaksanakan dan diikuti tanpa harus khawatir akan kehabisan banyak biaya dan waktu, karena cukup dengan duduk di rumah dan dapat langsung mengikutinya dimanapun dan kapanpun kegiatan itu dilaksanakan.

Pandemi dan Kepedulian Sesama

Sebagaimana kita ketahui bahwasanya banyak para pekerja yang kehilangan pekerjaannya, bahkan pekerjaan satu-satunya yang ia miliki untuk menafkahi keluarga. Pemerintah membuat program pembatasan sosial sebagai langkah untuk mengurangi jumlah kasus penyebaran virus covid-19. Nyatanya ini menjadi musibah bagi masyarakat yang terdampak pandemi ini. Perusahaan-perusahaan banyak yang harus melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) bagi para pekerjanya akibat harga pasar yang anjlok dan tidak stabil. Di saat-saat krisis seperti sekarang ini rasa simpati dan empati serta kepedulian kepada sesama harus kita miliki dan galakkan.

Pandemi mengajarkan kepada kita untuk memiliki rasa saling tolong-menolong dan kepedulian antar sesama, membantu kesusahan dan kesulitan ekonomi masyarakat. Bantuan dan pertolongan tersebut dapat dilakukan walaupun dengan sedikit sumbangan atau apapun yang dapat kita lakukan untuk meringankan sedikit beban mereka. Pandemi ini mengajarkan kita bahwasanya untuk keluar dari musibah perlunya rasa saling peduli, tolong-menolong antar sesama dalam menghadapi setiap kesulitan dan musibah yang menghadang.

Pandemi dan Rasa Syukur

Di antara hikmah pandemi ini adalah kita mengerti arti syukur. Pembatasan-pembatasan sosial baik skala kecil maupun besar mengakibatkan perubahan drastis dalam tatanan hidup masyarakat. Di masa pandemi ini masyarakat diharuskan untuk menjaga jarak antara satu dengan lainnya. Bahkan silaturahmi di hari lebaran yang biasanya diadakan meriah di rumah orang tua, harus berakhir secara virtual akibat larangan mudik dan semisalnya. Adapun masyarakat yang terinveksi virus korona ini bahkan terengut kebebasannya dari dunia luar akibat terisolasi di ruang isolasi rumah sakit. Sehingga kita sebagai manusia harus memperbanyak syukur karena masih diberikan kesehatan dan kecukupan untuk melangsungkan kehidupan di dunia ini. Dari beberapa aspek diatas dapat kita ketahui bahwasanya pandemi Covid-19 ini selain merupakan musibah juga membawa dampak positif dalam tatanan kehidupan serta didalamnya terdapat hikmah-hikmah yang harus kita syukuri dalam menjalankan kehidupan di dunia ini. Andai pandemi ini berakhir kita berharap dapat terus menyemai nilai-nilai positif dan kebajikan yang telah kita lakukan di masa pandemi ini untuk terus kita lanjutkan implementasinya di dalam kehidupan sehari-hari.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image