Dampak Negative Broken Home
Curhat | 2022-05-24 20:32:59Penulis: Peni Aprilia (Mahasiswa Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, Unissula)
Keluarga adalah suatu kelompok atau kumpulan manusia yang hidup bersama dengan hubungan darah atau ikatan pernikahan . berdasarkan undang-undang No. 52 tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri suami, istri dan anak-anaknya.
Pada kehidupan keluarga tidak sedikit terjadi perselisihan dan keributan antar anggota, yang disebabkan dari berbagai banyak hal, yaitu masalah ekonomi, kesetiaan, anak, suami tidak memberi nafkah pada istri dan masih banyak lagi.
Seringkali terjadi pertengkaran antara suami dan istri di depan anak, hal ini dapat berpengaruh bagi anak yaitu, membuat anak lebih mudah cemas, bahkan despresi. Hal ini akan menyebabkan pemikiran negative yang berkembang dalam pikiran anak dan kekhawatiranya kalau pertengkaran ini akan berujung pada perceraian kedua orang tuanya.
Perceraian sacara langsung dan tidak langsung dapat memberikan dampak psikologis yang buruk bagi anak dalam keluarga. Dampak langsung yang dirasakan oleh anak adalah perasaan kehilangan salah satu sosok orang tua yang biasanya mereka jumpai setiap hari.
Islam menganjurkan pasangan suami istri untuk mencari jalan keluar lain untuk menyelesaikan masalah. Perceraian pun bisa dijadiakan jalan terakhir untuk menyelesaikan masalah.
Allah tidak mengharamkan sebuah perceraian namun, Allah sangat membenci adanya perceraian.
Dalam Q.S Al Baqarah ayat 227:
“Dan jika mereka berketetapaan hati hendak menceraikan,maka sungguh,Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.(Qs. Al-Baqarah: 227)
Anak-anak atau remaja yang menghdapi perceraian orang tuanya, biasanya akan mengalami gejala gangguan kesehatan mental jangka pendek, yaitu strees, cemas, dan depresi.
Seperti yang dilansir menurut healtmeup.com (dalam Kusumaningrum,2015) terdapat delapan dampak bagi anak sebagai korban perceraian orang tuanya. Dampak tersebut adalah penurunan akademik, kecenderungan untuk terpengaruh hal buruk, kualitas kehidupan yang rendah, mengalami pelecehan, obsitas dan gangguan makan, tekanan psikologis, apatis dalam berhubungan, dan melakukan seks bebas.
Menjadi anak dari keluarga broken home tidak selalu buruk, dan tidak menutup kemungkinan latar belakang keluarga broken home selalu buruk, dapat diambil dari sisi yang positif. Sikap mandiri yang tercipta karena tuntutan beradaptasi dengan keadanan hidup yang harus dijalani tanpa perhatian orang tua. Sikap kedewasaan muncul karena terbiasa menghadapi masalah sendiri dan bertanggung jawab atas dirinya sendiri.
Pesan dari penulis:
Dalam berkeluarga saling menasehati dan saling membantu.Jika ada permasalahan di selesaikan dengan cara baik-baik,jangan sampai terjadi pertengkaran di depan anak.Berkeluarga bukanlah perkara kesenangan cinta semata, namun berkeluarga perlu ada sinergi dengan sikap saling membantu dan menasehati satu sama lain.
Hal ini di jelaskan dalam Q.S At-Tahrim Ayat 6:
Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat yang kasar dan keras, yang tidak durhaka kepada ALLAH SWT terhadap yang dia perintahkan kepada mereka yang selalu mengerjakan apa yang dia perintahkan.(Qs.At-Tahrim:6)
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.