Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Alchu Dzaifi

5 HAL YANG HARUS DILAKUKAN KAUM REBAHAN KETIKA PANDEMI PERGI

Lomba | Saturday, 25 Sep 2021, 23:30 WIB
https://www.pexels.com/id-id/foto/kucing-oranye-tidur-di-ranjang-putih-1560424/

Hai gengs!

Sebelumnya gue peringatin dulu nih, tulisan ini hanya buat kalian yang benar-benar kaum rebahan sejati, bukan kaleng-kaleng, kaum mendang-mending atau yang baru magang. Tapi nggak apa-apa juga ding kalau kalian ikut membaca tulisan ini, siapa tahu dengan kalian membaca ini, embrio rebahan dalam diri kalian bangkit dan menemukan kesejatiannya.

Oke dah, kita mulai tulisan ini dengan biasa aja ya. Soalnya kaum rebahan sejati tidak suka bertele-tele, umbar kata-kata indah di awal tulisannya atau ngeluh-ngeluh pingin ini itu banyak sekali (gak usah dibaca ulang pakek nada wei). Karena bagi kaum rebahan keadaan pandemi seperti ini merupakan hal yang normal-normal aja, entah itu senjata biologis lah, pembunuhan ekonomi global lah atau semua dah yang berbau konspirasi, toh semua itu nggak bakal ngerubah kita nggak rebahan lagi. Apapun keadaan dunia saat ini, asal nggak bikin kita nggak rebahan, semuanya masih dalam taraf normal.

Nggak pedulian amat sih lo! Lah ngapa juga perduli sama elu-elu semua tong. Apa yang elu harapin dari kami, ngasih uatangan! Emang elu mau ngebalikin tepat waktu? Hanya di Wakanda orang yang di tagih lebih nge-gas daripada yang nagih. Prokes woi, jaga kesehatan, lindungi keluarga! Ya ampun tong, emang orang rebahan kerjaannya keluyuran ke mall gitu ya, plesir ngabisin duit di Las Vegas, nongkrong di angkringan, apel sama pacar teman gitu ya. Maaf ya, maaf (pake “a” yang banyak biar dibacanya panjang kayak mad wajib muttashil) banget, sini aku tiupin mata kamu, kali aja kemasukan proyek pembangunan jalan raya. Selama pandemi, hanya kaum rebahanlah yang seharusnya menjadi Duta Pandemi, karena hanya kami yang benar-benar melindungi bangsa ini dari penyebaran virus yang membagongkan seluruh dunia ini. Dan jangan merusak kebanggaan kami akan hal itu.

Sabar Bang, sabar. Terus ngapain bikin tulisan yang harus dilakukan kaum rebahan ketika pandemi usai, katanya engga ngefek apa-apa, hayo gimana coba. Pembaca yang budiman, sebenarnya kami tidak mau membanggakan diri sendiri, karena itu tidak baik untuk kesehatan hati. Tetapi demi meluruskan kesalahpahaman, kami rela mengambil resiko amal baik kami tidak diterima. Jadi begini, sebenarnya kaum rebahan termasuk dalam golongan yang memiliki rasa sosial yang tinggi. Sehingga apapun yang dilakukan kaum rebahan sebelum, ketika dan setelah pandemi, akan selalu berhubungan dengan orang di sekitar kami. Jadi lima hal yang akam kami lakukan adalah;

1. Menerima takdir Tuhan

Segala yang akan, sedang dan telah terjadi di dunia ini merupakan keputusan dan takdir Tuhan. Jika Tuhan sudah menggariskan, apa pun itu, tidak bakal ada yang mampu membatalkannya.

Setiap bencana yang terjadi di bumi dan

yang menimpa dirimu sendiri semua

terlah tertulis dalam kitab sebelum

Kami mewujudkannya. Sungguh,

yang demikian itu mudah bagi Allah.

Biar kamu tidak bersedih hati atas

apa yang luput dari kamu, dan

jangan juga terlalu gembira atas

apa yangdiberikan-Nya padamu.

Allah tidak menyukai kepada

yang sombong dan membanggakan diri.

(QS. al-Hadid: 22-23)

2. Bersyukur dan bersabar

Kaum rebahan akan menghadapi dua keadaan itu dengan tenang. Apabila mendapat kebahagiaan dan kesenangan kami bersyukur. Apabila mendapatkan cobaan dan kesengsaraan kami bersabar. Jika keduanya berjalan berdampingan sesuai porsinya, akan membuahkan hasil yang baik. Jadi intinya adalah bagaimana mengandalikan hati.

Itulah kenapa Tuhan nempatin hati ditengah tubuh kita, karena jika dia di tarik ke akal sehat, maka hati akan berkerja dengan hal-hal yang bermanfaat baik pada dirinya dan lingkungannya. Sebaliknya, jika dia di tarik ke bawah alian syahwat, maka hati akan menjadi tempat berkumpulnya nilai-nilai kejelekan semata.

3. Mengambil pelajaran untuk kehidupan setelah mati

Kabahagiaan dan penderitaan di dunia merupakan miniatur kehidupan di akhirat nanti. Kami menyadari bahwa ketenangan dan kesenangan selama rebahan merupakan miniatur kehidupan di surga dengan segala kenikmatannya.

Sebaliknya, berbagai gangguan yang merusak kenikmatan rebahan adalah replika dari penderataan di akhirat nanti. Maka kaum rebahan harus bisa mengambil pelajaran dari apa yang didapatkan di akhirat nanti.

4. Mengukur kecitaan dan kemurkaan Tuhan

Anggapan bahwa kaum rebahan adalah kaum yang paling santai tidak sepenuhnya benar, dan kami tidak terlena dengan hal itu karena kaum rebahan tahu kalau ketika seseorang mendapatkan kesenangan di dunia bukan berarti Tuhan mencintainya. Bisa jadi hal itu merupakan istijraj (pembiaran).

Sebaliknya, seseorang yang mendapatkan kesengsaraan di dunia bukan berarti Tuhan tidak mencintainya. Bisa jadi Tuhan sengaja membuatnya menderita sebagai sarana untuk meninggikan derajatnya. Terus cara mengukurnya adalah dengan sejauh mana seseorang tersebut mengabdi kepada Tuhan dengan sebaik-baiknya.

5. Mengambil pelajaran kehidupan

Sejarah akan terus berulang, sampai kapan pun. Seperti pandemi yang sekarang mengelilingi kita. Maka yang harus kita sadari dan lakukan adalah mengambil pelajaran dari apa yang telah ada dahulu. Ambil yang baik-baik dan tinggalkan yang tidak perlu, lebih baik lagi jika kebaikan-kebaikan yang sudah ada ditingkatkan.

Jadi gini tong, dalam hidup kita selalu dan terus berhadapan dengan dua hal yang saling melengkapi; kebaikan dan keburukan. Kebahagiaan dan kesengsaraan. Kenikmatan dan ketidaknyamanan. Sehat dan sakit. Menangis dan tertawa. Pasang dan surut. Pokoknya mirip lagunya Endank Soekamti yang judulnya Sampai Jumpa itu.

Manusia bijak seperti kaum rebahan akan mengambil semua hal tersebut dengan hati seluas semesta dan mengambil pelajaran dari peristiwa-peristiwa dalam kehidupan untuk menjadi manusia yang terbaik.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image