Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dinda Maryam Imanuela Surbakti

Benarkah Gen Z tak Bisa Kerja? Menghadapi Realitas Dunia Kerja di Era Digital

Humaniora | 2025-01-08 17:13:24
@CNN Indonesia

Generasi Z, atau Gen Z, adalah generasi yang lahir di tengah riuhnya layar ponsel dan kilatan notifikasi. Mereka dibesarkan dengan internet sebagai oksigen kedua, dunia maya sebagai taman bermain, dan media sosial sebagai panggung. Namun, di balik gegap gempita itu, muncul kekhawatiran tentang kesiapan generasi ini menghadapi dunia kerja yang nyata. Generasi ini dikenal dengan kecepatan beradaptasi terhadap teknologi, namun ada kecemasan apakah mereka siap menghadapi tantangan pekerjaan yang memerlukan kedisiplinan, kemampuan komunikasi, dan ketahanan mental.

Fenomena tahun ini, Gen Z menjadi bahan obrolan hangat di meja-meja rapat HR. Banyak perusahaan mengeluh bahwa mereka kesulitan mengintegrasikan generasi ini ke dalam dunia kerja. Media sosial, yang sering jadi cermin mereka, penuh dengan narasi pekerjaan Impian “remote work” sambil rebahan, gaji selangit tanpa lembur, dan kantor yang Instagramable. Namun, realitas kerja berbeda jauh. Dunia kerja menuntut kedisiplinan, kemampuan komunikasi yang matang, dan daya tahan mental yang sering diuji atasan yang menantang. Nilai-nilai ini sering kali luput dari pembekalan bagi Gen Z.

Menyalahkan Gen Z sepenuhnya tidak adil. Dunia kerja modern juga memiliki kontribusi dalam masalah ini. Banyak perusahaan masih mengedepankan sistem yang terlalu kaku, budaya lembur tanpa batas, dan bos yang kurang memahami kebutuhan generasi muda. Gen Z, yang lebih vokal, menuntut “work-life balance”, namun sering dianggap malas. Fenomena "quiet quitting" bekerja hanya sesuai job desk tanpa usaha lebih , menjadi strategi mereka melawan budaya kerja yang dianggap usang dan tidak manusiawi.

Gen Z juga memiliki pandangan berbeda tentang passion. Bagi mereka, bekerja bukan hanya soal gaji, tetapi juga makna. Mereka ingin pekerjaan yang relevan dengan nilai-nilai pribadi mereka. Namun, tidak semua passion mampu membayar kebutuhan hidup, dan banyak dari mereka yang terjebak dalam siklus mencoba berbagai pekerjaan demi menemukan yang sesuai dengan hati. Ini menunjukkan keberanian untuk mencari kebahagiaan, tetapi juga mencerminkan ketidaksiapan menghadapi kenyataan dunia kerja.

Ketergantungan pada teknologi juga menjadi tantangan bagi Gen Z. Kemampuan digital mereka luar biasa, tetapi terlalu mengandalkan teknologi bisa membuat mereka kehilangan keterampilan dasar, seperti komunikasi tatap muka dan empati. Teknologi bisa membantu menyelesaikan tugas, namun tidak dapat menggantikan nilai-nilai manusiawi yang dibutuhkan dalam dunia kerja. Keterampilan sosial dan komunikasi interpersonal tetap menjadi hal yang sangat penting dalam bekerja.

Gen Z memiliki pendekatan berbeda terhadap hierarki di tempat kerja. Mereka tidak ragu menyuarakan pendapat dan menantang otoritas jika merasa ada yang tidak sesuai. Generasi sebelumnya mungkin menganggap ini kurang sopan, tetapi bagi Gen Z, ini adalah bentuk keberanian untuk memperjuangkan kebenaran. Sayangnya, keberanian ini tidak selalu diiringi dengan strategi komunikasi yang efektif, terutama di lingkungan kerja yang lebih konservatif. Hal ini terkadang menambah kesulitan bagi mereka dalam menavigasi dunia kerja yang penuh hierarki.

Tekanan ekonomi global juga menjadi tantangan besar bagi Gen Z. Harga kebutuhan yang terus meningkat dan lapangan pekerjaan yang semakin sempit membuat banyak dari mereka merasa bahwa pendidikan formal tidak cukup membekali mereka untuk bertahan. Akibatnya, mereka banyak yang memilih untuk berkarier sebagai freelancer atau membangun usaha sendiri. Walaupun ini memberikan kebebasan, tanpa jaminan kestabilan, hal ini juga membawa risiko besar. Banyak dari mereka harus belajar melalui pengalaman, yang sering kali penuh dengan kegagalan dan pembelajaran.

Namun, Gen Z juga membawa angin segar bagi dunia kerja. Mereka berani mencari jalan baru, banyak yang memilih sektor-sektor yang sebelumnya dianggap remeh oleh generasi sebelumnya, seperti teknologi, seni kreatif, atau bahkan game. Mereka memanfaatkan peluang yang ada di sektor-sektor baru ini untuk membangun karier, meskipun tanpa jaminan kestabilan. Bagi mereka, dunia kerja adalah ruang eksplorasi, bukan hanya soal stabilitas.

Generasi ini juga mendorong perubahan positif di lingkungan kerja. Mereka mengangkat isu kesehatan mental, mengkampanyekan inklusivitas, dan menuntut transparansi dari perusahaan tempat mereka bekerja. Nilai-nilai ini seharusnya diapresiasi karena membawa perbaikan yang relevan dengan perkembangan zaman. Gen Z memanfaatkan platform digital untuk menyuarakan aspirasi mereka, menunjukkan kepedulian mereka terhadap isu-isu yang lebih besar, seperti lingkungan dan kesetaraan gender. Mereka ingin memastikan bahwa dunia kerja tidak hanya memberi keuntungan finansial, tetapi juga memberikan dampak positif bagi masyarakat.

Tantangan terbesar bagi Gen Z adalah bagaimana menggabungkan idealisme dengan realitas. Dunia kerja tidak selalu ramah, dan sering kali tidak peduli pada passion atau visi pribadi. Namun, generasi ini memiliki kelebihan fleksibilitas dan keberanian untuk berubah. Mereka bisa menjadi agen perubahan yang signifikan, asalkan mau belajar dari kesalahan dan tidak terjebak dalam kenyamanan sesaat.

Gen Z adalah generasi yang penuh warna, membawa harapan sekaligus tantangan. Dengan segala drama dan intriknya, mereka terus menjadi sorotan. Masa depan ada di tangan mereka. Apakah mereka akan membawa perubahan besar atau hanya mengisi layar-layar media sosial dengan konten viral, perjalanan mereka akan selalu menarik untuk diikuti.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image