Menjaga Semangat Ibadah Umat Islam Setelah Pandemi Pergi
Lomba | 2021-09-25 22:52:45Sudah hampir dua tahun, Indonesia turut mengalami pandemi Covid-19. Berbagai kebijakan dirumuskan untuk menekan kasus Covid-19. Kebijakan-kebijakan tersebut acap kali menganggu pola kehidupan normal masyarakat, salah satunya kehidupan umat Islam Indonesia.
Ada hal yang menarik untuk dikaji dari repson umat Islam terhadap kebijakan yang diberikan. Selama pandemi Covid-19, semangat ibadah umat Islam begitu berkobar. Mari kita lihat kebijakan-kebijakan apa saja yang pernah keluar selama pandemi.
Shaf yang berjarak. Pandemi Covid-19 yang mengharuskan umat Islam untuk menjaga jarak mengakibatkan shaf-shaf shalat menjadi renggang. Padahal dalam Islam dianjurkan agar shaf shalat dirapatkan dan diluruskan. Pola shalat ini pun dianggap aneh oleh masyarakat dan masih banyak yang menolaknya dengan tetap shalat secara rapat.
Shalat Jumat dua kloter. Shaf shalat yang berjarak mengakibatkan daya tampung masjid menjadi sedikit. Akibatnya, Dewan Masjid Indonesia (DMI) pun mengusulkan agar shalat Jumat dilaksanakan dua kloter. Usulan ini dianggap ribet oleh banyak orang, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyarankan solusi yang lain, yakni mencari tempat shalat yang lain.
Larangan shalat jamaâah di masjid. Shalat jamaah mendapatkan pahala yang lebih besar dibandingkan shalat sendirian. Tidak hanya shalat secara berjamaah, melaksanakan shalat di masjid sangat ditekankan terutama laki-laki yang mendengar adzan. Adanya larangan shalat jamaah di masjid mendapat penolakan di kalangan masyarakat. Masjid yang ditutup, dibuka kembali oleh beberapa orang demi tetap melaksanakan shalat jamaah di masjid.
Shalat âId bersama keluarga di rumah. Dalam Islam, shalat âId harus dilaksanakan secara berjamaah, bahkan dianjurkan dilaksanakan di tanah lapang agar bisa menampung jamaah lebih banyak. Meskipun sudah ada larangan shalat secara ramai, umat Islam ada juga yang bersikukuh dan tetap melaksanakan shalat âId di luar, walaupun hanya dalam lingup RT.
Larangan mudik lebaran. Hari raya âId menjadi momentum masyarakat Indonesia untuk bertemu sanak keluarganya. Silaturahmi sangat dianjurkan dalam Islam. Walaupun sudah ada penyekatan di jalan, tetapi masih banyak orang yang nekat atau mencari alternatif jalan lain agar tetap pulang ke kampung halamannya.
Walaupun kebijak-kebijakan di atas banyak yang menanggapi secara kontra dan di samping adanya kerugian yang diakibatkan pandemi Covid-19, tetapi kita juga bisa mendapat hal positif selama pandemi Covid-19. Ada optimisme umat Islam yang terlihat selamat pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Andaikan pandemi pergi, akankah semangat ibadah umat Islam terus berkobar?
Pasalnya, dulu sebelum pandemi Covid-19 ada, masjid di Indonesia memang sudah tidak banyak diisi oleh jamaah. Bahkan, ada beberapa masjid yang mengumandangkan adzan hanya pada waktu tertentu saja, waktu shalat Magrib misalnya. Itu pun jamaah yang datang tidak membuat masjid menjadi penuh.
Begitupun dengan shalat Jumat. Alih-alih shalat Jumat dua kloter, shalat Jumat yang hanya satu waktu saja masih sering dilalaikan. Alih-alih mencari tempat shalat yang lain, membersihkan masjid di kompleks rumah saja masih jarang. Bahkan, masih ada juga yang tidak shalat Jumat karena masih ada perkerjaan yang udah deadline.
Selama pandemi Covid-19 berlangsung begitu banyak kabar kematian. Kabar pahit ini mengajarkan kita bahwa kematian bisa datang kepada siapa dan kapan saja. Apabila bila pandemi Covid-19 telah usai, setiap libur lebaran tidak boleh disia-siakan untuk salin memohon maaf dan menjaga silaturahmi.
Memang, tidak bisa dipungkiri bahwa orang-orang yang bersikeras tetap shalat berjamaah, dengan shaf yang berjarak merupakan orang-orang yang juga rajin sebelum pandemi Covid-19. Namun, ada orang-orang yang ikut eksis melakukan penolak atas kebijakan tersebut. Berbagai video yang terpublish dan sempat viral juga ikut disebarkan oleh orang-orang yang belum bisa konsisten dalam shalat lima waktu.
Ikut menyeru kepada kebaikan memang tidak harus menunggu kita menjadi pribadi yang baik dulu. Masa lalu yang kelam biarkan itu menjadi bahan intropkesi diri. Untuk itu, agar semangat ibadah bukanlah semangat musiman marilah kita mulai menata niat lillahi taala.
Saat ini, kebijakan shalat jamaah sudah dibolehkan denga tetap menjaga protocol kesehatan. Mari kita mulai membiasakan shalat berjamaah. Apabila Covid-19 ini teleh pergi, mari kita bersama menjaga semangat ibadah umat Islam. Jejak-jejak digital yang ada dapat kita jadikan sebagai acuan untuk menagih semangat ibadah umat Islam. Semoga pandemi segera pergi dan kita tetap bisa menjaga semangat dalam beribadah. Wallahu a'lam.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.