Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Hidayatullah

Surat Terbuka dari Covid-19

Lomba | Saturday, 25 Sep 2021, 17:27 WIB

Jakarta, 25 September 2021

Kepada manusia di mana saja berada.

Bersama surat ini, aku sertakan infografis yang dimuat Republika.co.id pada Sabtu 18 September 2021:

Kalian lihat sendiri wahai manusia. Tugasku di dunia ini hampir berakhir, sebagian besar dari kalian akan mengenangku sebagai pengacau nomor satu di dunia. Pengambil jutaan nyawa kaum kalian. Kalian adalah manusia, diberi kelebihan akal budi, alih-alih nyinyir bisa kalian gunakan untuk berpikir.

Sebagai kenang-kenangan terakhir, bolehlah kubuka beberapa fakta untuk membantu kalian berpikir :

1. Jaga Jarak. Selama keberadaanku kalian dipaksa menjaga jarak. Keberadaanku membuat kalian tahu, betapa ibadah berjamaah itu bisa ngangenin juga. Ternyata kalian juga butuh berkumpul dengan sahabat dan kerabat. Tuhan menciptakan kalian sebagai makhluk sosial, yang sialnya dicegah fitrah berkumpulnya selama ada aku.

Kuharap setelah kepergianku, kalian menuntaskan rindu dengan merapatkan barisan di tempat ibadah. Mensyukuri bisa berkumpul dengan manusia lain, tanpa sibuk sendiri dengan gadget di tangan.

2. Masker. Selama ini kalian kebanyakan menilai dari wajah, belakangan ini kalian kupaksa untuk mengabaikan rupa. Menggunakan masker membuat kalian semua kelihatan serupa tapi tak sama. Itu juga bentuk tanggung jawab kalian untuk tidak menularkanku ke orang sekitar.

Kuharap meski nanti aku pergi, bermasker ini jadi kebiasaan baru kalian jika flu atau ada di tempat penuh polusi. Jadikan masker sebagai bentuk kepedulian pada diri sendiri dan orang lain.

3. Di Rumah Saja. Ini adalah ujian, apakah kalian benar-benar peduli dengan orang terdekat? Tidakkah kalian selama ini memperlakukan rumah tak lebih sebagai tempat numpang tidur saja? Tak heran ada beberapa dari kalian yang tak tahan ujian. Ini beberapa judul berita yang ada saat itu, “Mengapa Angka Perceraian Tinggi Saat Pandemi Covid-19” (Republika.co.id tanggal 27 Agustus 2020), “Banyak Orang Bercerai Saat Pandemi Covid-19” (Republika.co.id 13 September 2020).

Semoga setelah aku pamit, kalian yang lulus ujian dengan orang terdekat akan tetap memupuk rasa itu. Mampu memaknai waktu kebersamaan dengan rasa syukur.

4. Ekonomi Sulit. Maaf ya, ada banyak PHK terjadi saat aku datang. Semua sektor mulai dari kantoran hingga wiraswasta, dari pengusaha hingga pedagang asongan semua terkena dampaknya.

Sebenarnya pepatah lama sudah mengingatkan “Sedia payung sebelum hujan”. Bahkan kalian bisa meneladani kisah Nabi Yusuf.

Kalian lupa? Hmm, baiklah sebagai pengingat biar kuceritakan ulang :

Dikisahkan bahwa Nabi Yusuf memiliki mukjizat dapat menafsirkan mimpi, maka saat seorang Raja mendapat mimpi tujuh ekor sapi gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi kurus dipanggilah Nabi Yusuf, karena para ahli mimpi dari Raja tak ada yang kuasa menafsirkan mimpi aneh tersebut. Maka Nabi Yusuf dengan izin Allah bisa menafsirkannya sebagai : “Bahwa akan ada 7 tahun masa panen yang melimpah ruah, tapi akan disusul dengan 7 tahun kemarau yang berkepanjangan.” Maka Raja pun melakukan antisipasi, persiapan dilakukan selama 7 tahun masa panen dengan tidak mengonsumsi secara berlebihan, tapi menyimpan hasil panenan ke dalam lumbung. Maka di 7 tahun kemarau kerajaan itu pun jadi satu-satunya negeri yang tidak menderita, bahkan mampu membantu negeri sekitar yang kelaparan.

Maka kusarankan, segera kalian merencanakan betul keuangan, bukan untuk berlebih-lebihan, lebih sebagai persiapan agar kelak tidak menyusahkan di masa depan. Kalian belajarlah wiraswasta atau investasi. Jangan bergantung pada satu pekerjaan, sebab tak ada pekerjaan yang abadi, tapi dengan perencanaan yang matang kalian bisa mengatasi situasi yang akan datang. Bisa menolong diri sendiri, syukur-syukur bisa membantu sekitar.

5. Jaga Kebersihan. Kalau dulu kalian meyakini “Kebersihan Sebagian dari Iman”, hanya sebagai slogan kosong, kalian mulai mengamalkannya saat aku datang. Terbukti kebersihan juga sebagian dari aman dan imun.

6. Vaksinasi. Sebelum tawakal ada yang namanya ikhtiar. Vaksin adalah bagian dari usaha kalian. Kerjasama antar kalian tergambar di soal vaksin ini, menyingkirkan sekat-sekat perbedaan. Seperti Allah sudah mengingatkan di Al-Hujurat : 13 “..bahwa kita diciptakan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa untuk saling mengenal.”

Maka aku melihat kalian bekerjasama. Vaksin yang awalnya agak seret, belakangan malah datang banyak bantuan vaksin dari berbagai negara.

Sebagai penutup, aku ingin berandai-andai. Jika kelak aku benar-benar pergi

Aku bisa memprediksi yang kalian lakukan saat dinyatakan bebas pandemi :

Pasti Sosmed akan ramai dengan hashtag tentang kelegaan bebas dariku, tentang bebas liburan lagi. Bermunculan beragam quotes ucapan syukur dengan macam-macam gaya, dari yang bijak hingga kocak. Pasti akan ada juga meme tentang kepergianku.. :p

Pegawai kantoran akan makan siang bareng dan foto-foto. Mall dan pasar mulai hidup, jumatan dan ibadah Minggu akan lebih penuh dari biasa.

Belajar dari rumah perlahan akan kembali ke sekolah. Para orangtua sebagian besar akan lega karena menjadi guru di rumah terbukti sangat susah. Sementara sebagian besar murid akan kecewa karena tidak bisa lagi belajar sambil main game, tidak bisa cuci muka langsung belajar karena harus belajar tatap muka.

Percayalah, di tiap musibah ada hikmah, entah apa hikmah yang bisa kalian ambil dari keberadaanku? Mungkinkah kalian jadi bisa lebih menghargai kesehatan? Bisa lebih berempati pada guru? Bisa lebih dekat dengan keluarga? Semoga kalian termasuk golongan manusia yang mampu mengambil hikmah dari kehadiranku.

Akhir kata, selamat tinggal wahai manusia, semoga kita tidak akan pernah berjumpa lagi. Biarlah hikmah keberadaanku dipelajari anak cucu kalian dari buku sejarah saja. Aamiin

Tertanda,

(COVID-19)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image