Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nafi'ah al-Ma'rab

Pandemi dan Persahabatan dengan Teknologi

Lomba | Saturday, 25 Sep 2021, 17:02 WIB
Foto: Pixabay

Era pandemi sejak akhir tahun 2019 hingga saat ini tidak selamanya memberikan sisi kehidupan negatif bagi kehidupan manusia. Semuanya tergantung sudut pandang, ada juga hal-hal positif yang kita rasakan. Kabar banyak, sisi kehidupan positif itu juga bisa tetap kita lanjutkan, walaupun pandemi nantinya sudah usai.

Kita memang rindu jalan-jalan, rindu bisa pergi dengan bebas keluar kota tanpa harus mengalami pemeriksaan ini dan itu. Kangen juga dapat tiket-tiket penerbangan murah. Sekarang seiring pandemi, praktis biaya perjalanan semakin mahal, kesempatan untuk bertemu banyak orang semakin sedikit.

Kalau itu dimaknai sebagai kesedihan, ya memang kesedihan. Namun, ada juga kok sisi baiknya, apa itu?

Persahabatan dengan Teknologi

Ya, ini fakta yang harus kita akui bersama. Dulu, awal-awal pandemi kita terasa kaget memakai aplikasi Zoom, mencoba bayar berbagai kebutuhan pakai e-wallet, rapat dan belajar pakai Google Meet, Whatsapp, Telegram Chat atau lainnya.

Banyak alasannya, mulai dari kuota, jaringan, tidak interaktif, pembodohan, atau apalah itu. Semua alasan kita kemukakan oleh sebab tidak siapnya kita dengan teknologi.

Tapi lihat, makin ke sini semua makin bersahabat. Bahkan Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate di tahun 2020 saja sudah menyampaikan, terjadi pergeseran penggunaan internet yang cukup signifikan dari perkotaan ke pedesaan. Dahulu internet hanya akrab bagi masyarakat kota, tetapi sekarang rumah-rumah di pedesaan sudah mengakses berbagai layanan internet yang mendukung berbagai aktivitas hidup.

Ini fakta, lihat saja meskipun di bulan September tahun 2021 telah diberlakukan kembali belajar tatap muka di berbagai daerah di Indonesia, aktivitas daring masih tetap menjadi hal yang tak ditinggalkan banyak orang. Entah itu untuk rapat, pengiriman tugas, webinar atau yang lainnya.

Bagaimana dengan dunia kerja, bisnis, dan aktivitas sosial masyarakat?

Ini lebih menarik lagi. Semua orang sudah terbiasa bertemu di dunia maya, ngobrol, membuat acara besar hingga bersilaturrahim dengan tatapan layar Zoom. Pekerjaan menjadi lebih cepat dan mudah dikomunikasikan melalui layar kecil ponsel atau laptop. Jarak, waktu tak lagi jadi alasan.

Lihat juga semua orang sekarang bisa eksis di dunia maya. Pandemi mengajarkan banyak orang bagaimana bisa populer dengan modal teknologi saja. Cukup rajin membuat acara gratisan melalui Zoom atau Instagram Live, popularitas meningkat, follower bertambah, dan pastinya closing-closing bisnis dan peluang lainnya bisa lebih mudah didapatkan.

Pandemi mengajari orang bahwa teknologi itu penting. Mau bikin acara murah, mudah, dan jangkauan lebih luas bisa pakai teknologi. Mau terhubung dengan banyak orang di manapun dan kapanpun, ya pakai teknologi.

Baiknya lagi tanpa perlu diedukasi, dilatih atau disuruh-suruh, kini orang mulai berpikir dan belajar otodidak tentang teknologi. Ibu-ibu rumah tangga mulai belajar edit video TikTok atau Youtube, belajar memotret produk, belajar membuat copywriting untuk kebutuhan bisnis, dan banyak lagi.

Para guru beramai-ramai membuat akun Youtube, mendulang ribuan subscriber dari murid-murid, sesama pengajar cukup dari media sosial. Ada juga yang memanfaatkan TikTok untuk media belajar sekaligus juga numpang eksis dengan follower yang fantastis. Semua bisa terkenal dengan cepat, siapapun itu, tanpa harus memiliki latar belakang tertentu. Cukup hanya dari layar ponsel saja.

Semua terdorong begitu cepat, dengan semangat karena kebutuhan yang mendesak dan tak bisa ditawar lagi. Anak SD pun sudah mahir menggunakan aplikasi belajar, apalagi cuma posting video TikTok. Ibu dan anak apalagi ayah biasanya sudah cukup mahir membuat konten-konten sekelas video.

Percayalah, ternyata persahabatan kita dengan teknologi di era pandemi ini semakin akrab, dan akan terus akrab walaupun pandemi berlalu.

Jika Pandemi Benar-Benar Pergi

Bagaimana jika pandemi benar-benar pergi? Ya, walaupun gosip-gosipnya varian baru sudah menanti lagi, tetapi semua orang berdoa agar pandemi ini segera berlalu. Semoga doa perginya pandemi lebih diijabah oleh Tuhan dibandingkan doa mereka yang senang dengan pandemi tetap ada.

Setelah pandemi berlalu apakah persahabatan kita dengan teknologi akan berhenti?

Tentu saja tidak. Disrupsi teknologi telah lebih cepat terjadi, dan semua itu akan tetap kita jalani bahkan semakin dinamis dan harmonis.

Lihatlah sekarang mulai bermunculan lembaga pendidikan sekolah hingga kampus yang menawarkan sistem pembelajaran full online. Lebih murah, mudah dan bisa diakses oleh siapapun.

Sistem kerja hibrid, sistem pertemuan kelembagaan atau organisasi lintas negara secara daring, rapat, kegiatan webinar atau apalah itu, semuanya akan tetap memanfaatkan media secara daring.

Kenapa?

Efisiensinya lebih terasa. Lebih murah, mudah, cepat, tak memberikan alasan tidak bisa. Semua bisa dengan adanya teknologi.

Saat pandemi telah pergi, percayalah inovasi-inovasi kehidupan manusia di bidang teknologi semakin terbuka. Dulu orang tak berpikir semua aktivitas bisa dilakukan melalui ponsel, tetapi pandemi sudah menjadi era pembelajaran global yang membuat semua mata terbuka, â eh ternyata via online lebih mudah yaâ .

Bagaimana dengan jalan-jalan?

Keseruan menikmati kesejukan udara di tepi pantai atau keindahan suasana pegunungan memang tak akan tergantikan dengan keindahan video virtual tour dengan teknologi tercanggih apapun. Jalan-jalan tetap penting secara luring, tetapi percayalah, untuk melakukan jalan-jalan itu pun orang akan terus bersahabat dengan teknologi.

Ya, misalnya kamu boleh jalan-jalan ke luar negeri atau kota oleh bos, tetapi tetap harus ikut rapat kantor via Zoom.

Nah, demikianlah persahabatan kita dengan teknologi di masa depan akan semakin lekat, meskipun pandemi telah mangkat.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image