Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image elmiya sari

TRIK AND TIPS MENGELOLA 7 ASET SEKOLAH BERBASIS ASSET BASED THINGKING .

Eduaksi | Friday, 20 May 2022, 12:07 WIB

TRIK AND TIPS MENGELOLA 7 ASET SEKOLAH BERBASIS ASSET BASED THINGKING .

ARTIKEL 13

Oleh: Elmiya Sari, S.Pd.

Tantangan Menulis 70 Hari PMA

Assalamualaikum wr.wb.

Apa kabar sahabat literat, semoga dalam keadaan sehat dan bahagia. Sebelum saya menulis pemaparan sesuai judul yang saya tulis, apa yang anda pikirkan tentang sebuah lembaga sekolah?

Ya, tepat sekali sekolah dapat dikatakanjuga sebagai suatu ekosistem karena di lingkungan sekolah terjadi interaksi antar makhluk hidup (unsur biotik) dan makhluk tak hidup ( unsur abiotik). Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis.

Faktor-faktor yang ada di lingkungan sekolah saling mempengaruhi satu sama lainnya dan saling terlibat aktif dalam suatu tindakan/kegiatan. Siapa saja faktor biotik yang ada di lingkungan sekolah? Iya .murid, guru, kepala sekolah, staf/tenaga kependidikan, pengawas sekolah, orang tua murid dankomite/masyarakat di lingkungan sekolah.

Sedangkan factor-faktor abiotic yang ada di lingkungan sekolah yaitu keuangan, sarana dan prasarana sekolah, lingkungan sekolah.

Ketahuilah kedua unsur biotik dan abiotik tersebut merupakan sumber daya besar yang dapat digunakan sebagai penunjang kemajuan pendidikan jika dikelola secara benar.

Pendekatan berbasis aset(Asset-Based Thingking) ditemukan oleh Dr. Kathryn Cramer seorang ahli psikologi adalah pendekatan yang tepat digunakan untuk mengelola aset-aset yang ada di sekolah karena pendekatan ini merupakan pendekatan yang tepat untuk mengelola aset sekolah karena pendekatan ini menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir yang mengajak untuk memusatkan perhatian pada cara bekerja untuk menjadi inspirasi , mencari kekuatan atau potensi yang positif yang dimiliki sekolah.

Sebelum ditemukan pendekatan berbasis aset untuk mengelola aset sekolah ini kita biasanya berfikir tentang kekurangan dan masalah-masalah yang sekolah hadapi dan mengidentifikasi apa saja kekurangan sekolah, isu-isu di sekitar sekolah sehingga seringkali untuk mencapai tujuan sulit rasanya untuk tercapai. Atau seringkali untuk mengatasi kekurangan dan sekolah mencari dana sponsor, bantuan atau intuisi lainnya.

Pada pendekatan berbasis asset ini kebalikan yang terjadi. Pendekatan ini focus pada asset dan kekuatan yang dimilki sekolah. Selalu berfikir positif dengan berfikir tentang kesuksesan dan bagaimana menggunakan kekuatan dengan mengorganisasikan kompetensi yang dimiliki sumber daya asset yang ada untuk mencapai kesuksesan tersebut.

Asset apa saja yang dimiliki sekolah yang akan digunakan sebagai kekuatan tersebut? Menurut Green dan Haines(2002) dalam asset building and community development, terdapat 7 aset sebagai modal kekuatan sekolah, antara lain:

1. Modal manusia ( kompetensi, pengetahuan, ketrampilan dan bakat attitude)

2. Modal sosial (norma, aturan jaringan/network, komunitas yang berdampingan, asosiasi(kegiatan dan fisik)

3. Modal fisik ( bangunan dan sarpras)

4. Modal lingkungan (potensi yang belum diolah dan pemanfaatannya).

5. Modal finansial (dukungan keuangan, tabungan, investasi dan pengetahuan konten, pengetahuan proses dan hasil pengelolaan sumber daya)

6. Modal politik ( hubungan komunitas dan keterlibatan sosial lembaga pemerintah dengan lembaga sekolah)

7. Modal agama dan budaya ( empati, karakter, moral, kebudayan yang unik)

Ke tujuh asset tersebut akan sia-sia tidak berarti jika tidak dimanfaatkan secara maksimal. Sumber daya manusia adalah penentu utama untuk mendorong pengelolaan ke enam sumber daya lainnya. Pola piker (mindset) positif adalah titik awal suatu perubahan. Maka merubah mindset warga sekolah adalah langkah pertama yang harus dilakukan.

Kedua, menciptakan perubahan yang positif dengan cara memulai dengan perbincangan yang sederhana dimana terjalin komunikasi efektif dan saling menghargai. Dari perbincangan sederhana tersebut dapat merangsang berfikir bersama untuk mencetuskan/memulai suatu tindakan. Yaitu tindakan untuk bersama-sama mengidentifikasi aset apa saja yang dimilki sekolahnya dan bersama-sama mencari cara bagaimana memanfaatkan aset tersebut.

Ketiga, Mengupayakan bertanya positif. Dalam proses perbincangan guna melakukan suatu tindakan dengan memberikan pertanyaan yang dapat mendorong energy dan kreativitas komunitas. Contoh pertanyaannya yaitu: Apa yang sudah berhasil anda lakukan? Apa yang anda lakukan supaya lebih berhasil lagi?

Keempat, Jika seluruh warga sekolah berkolaborasi dan berupaya melakukan perubahan tersebut sesuai kompetensi dan kekuatan yang dimiliki maka perubahan tersebut pasti akan terjadi. Karena perubahan besar berasal dari perubahan kecil yang dilakukan secara gotong royong.

Kelima, rasa tanggung jawab dari setiap individu yang ada di lingkungan sekolah. Tanggung jawab atas apa yang sudah direncanakan bersama, tanggung jawab pada apa yang telah dimulainya bersama komunitasnya.

Keenam, membangun dan membina hubungan dua arah antar warga sekolah. Dimulai dari guru, kepala sekolah, murid, staf sekolah. Hubungan ini sangat penting karena dari hubungan dua arah ini akan tercipta sekolah yang sehat dan inklusif. Dan hal ini dapat terjadi dimulai dengan keselarasan cara pandang, tujuan yang sama dan cara berfikir yang positif.

Ketujuh, Cara pandang dan pemikiran yang positif akan melihat potensi sekolah, dan tantangan menjadi suatu kekuatan untuk membentuk sekolah. Semua warga sekolah harus focus pada pembangunan sumber daya yang tersedia, kapasitas yang dimiliki sekolah, serta memanfaatkan kekuatan untuk mewujudkan aspirasi yang sudah ada.

Kedelapan, Kekuatan sekolah berbanding lurus dengan tingkat keberagaman keinginan unsur sekolah yang ada. Maksudnya antara kekuatan harus seimbang dengan tujuan yang beragam. Maka masing-masing unsur tersebut harus menyumbangkan kemampuan dan aset yang dimiliki demi kemajuan sekolah yang lebih baik lagi.

Kesembilan, dalam membangun sekolah diperlukan suasana yang harmonis. Hubungan yang baik antar warga sekolah, cara pandang yang sama, tujuan yang sama, semangat yang sama, komunikasi yang terjaga dengan baik, rasa empati yang tinggi dapat menumbuhkan suasana yang menyenangkan sehingga akan tercipta suasana yang harmonis antar warga sekolah.

Kesepuluh, faktor utama dalam perubahan berkelanjutan adalah kepemimpinan lokal dan pengembangan serta pembaruan kepemimpinan itu secara terus-menerus.

Demikianlah cara-cara terbaik yang dilakukan warga sekolah untuk memanfaatkan ketujuh aset yang ada disekolahnya, guna mendukung kemajuan pendidikan di sekolah.

Salam Merdeka Belajar,

Penggerak kebaikancgp4

Sumber Tulisan: Modul CGP angkatan 4.

Penulis adalah guru pada satuan pendidikan UPT SDN Wonokerto-Kabupaten Pasuruan-Jawa Timur.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image