Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Indra Mannaga

Dinilai lebih rendah risiko, tembakau alternatif kini mulai jadi gaya hidup

Gaya Hidup | Friday, 24 Sep 2021, 18:34 WIB

Angka pengguna rokok di Indonesia terbilang masih tinggi. Maka dari itu, hadir upaya untuk menurunkan angka pengguna rokok dengan menggaungkan produk tembakau alternatif atau rokok elektirik.

Menurut Peneliti Senior Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik (YPKP), Prof. Achmad Syawqie, negara Indonesia masih menghadapi permasalahan tingginya prevalensi perokok. Beralih ke penggunaan produk tembakau alternatif adalah sebuah upaya untuk mengurangi risiko negatif dari penggunaan rokok pada umumnya.

Achmad menyebutkan, untuk mengurangi penggunaan rokok dan beralih ke produk yang rendah akan risiko, masyarakat harus lebih sadar akan kandungan dan mekanisme produk alternatif yang akan digunakannya.

Mengonsumsi produk tembakau alternatif atau rokok elektrik yang dinlai bisa lebih sehat, maka penelitian dan para pemberi edukasi harus lebih gencar agar calon konsumen produk ini lebih yakin untuk menggunakannya.

Dengan mengantikan rokok yang mengandung TAR sebagai zat pemicu kanker, ada baiknya memanfaatkan perkembangan teknologi yang dikembangkan menjadi inovasi untuk menghasilkan sebuah produk tembakau alternatif ataupun rokok elektrik (vape) yang dapat memberikan pengurangan risiko bagi kesehatan.

Rokok elektrik saat ini juga sudah banyak dikonsumsi di Indonesia. Hadirnya vape atau rokok elektrik ini tentu membantu mengurangi kecenderungan terhadap rokok, dan mulai menjadi gaya hidup masyarakat.

Selain itu, kehadiran vape sangat membantu untuk mengurangi konsumsi dengan jumlah yang drastis. Banyaknya pengguna rokok elektrik ini dikarenakan vape merupakan rokok elektrik yang tidak ada proses pembakaran.

Tembakau alternatif ini seperti produk tembakau yang dipanaskan, tidak menghasilkan TAR, karena dalam proses penggunaannya tanpa menerapkan sistem pembakaran.

Proses pembakaran tembakau menghasilkan lebih dari 7.000 senyawa kimia, dan 2.000 diantaranya terdapat pada TAR. Dalam TAR terkandung zat yang memicu penyakit seperti kanker paru-paru, kardiovaskular, dan juga emfisema.

Mengonsumsi tembakau alternatif ini tidak mengandung TAR, hanya menghirup uap dan nikotin. Hal ini dapat meminimalisasi tubuh terpapar dari bahaya senyawa kimia. Walaupun rendah akan risiko negatif, tembakau alternatif juga tetap memiliki kekurangan tersendiri.

Dengan bukti ilmiah, tembakau alternatif bisa menjadi solusi yang baik untuk perokok dewasa yang ingin beralih bahkan mengurangi konsumsi rokok.

Public Healty England Departemen Kesehatan dan Pelayanan di Inggis menerbitan laporan independen yang merangkum bukti mengenai produk tembakau alternatif. Sebanyak 27,2 persen pengguna produk tembakau alternatif bisa menjadi solusi terbaik untuk upaya berhenti merokok dalam waktu 12 bulan.

Laporan ini juga menyatakan bahwa Inggris memperoleh manfaat dari penggunaan tembakau alternatif untuk menurunkan angka pengonsumsi rokok. Dengan adanya inovasi dan menghasilkan tembakau alternatif, hasil survei Kementrian Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Jepang menyatakan bahwa tahun 2019 angka perokok turun dari 30% menjadi 28,8 %.

Achmad Syawqie berharap, para peneliti dan Pemerintah Indonesia dapat mendukung penggunaan tembakau alternatif yang didukung dengan kajian ilmiah, sehingga dapat menciptakan dan menghasilkan perbaikan kualitas kesehatan publik.(*)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image