Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image ventin yurista

PERSIAPAN MENJADI ALUMNI PANDEMI

Lomba | 2021-09-24 07:18:24

Pandemi Covid-19 belum juga berlalu meski sudah melanda hampir dua tahun. Akhir-akhir ini jumlah kasus positif Covid-19 di Indonesia memang menurun. Tapi tak ada yang menjamin pandemi ini akan segera berakhir.

Sementara itu, kita mulai terbiasa dengan berbagai protokol kesehatan. Masker selalu dipakai jika bepergian. Belajar daring telah menjadi rutinitas harian. Bekerja dan beribadah di rumah pun sudah tak canggung lagi dilakukan.

Kebiasaan-kebiasaan baru mulai terbentuk. Berkomunikasi lewat media sosial. Mudik dan berhari raya secara virtual. Membeli makanan via layanan pesan antar. Menghabiskan waktu di rumah dengan laptop atau pun ponsel pintar.

Bahkan, wabah ini pun telah memunculkan sedentary lifestyle alias gaya hidup kurang gerak. Aktivitas didominasi dengan gerak duduk atau rebahan di atas kasur tanpa ada latihan tubuh. Survei LIPI pada Desember 2020 pun menunjukkan, 1 dari 3 orang telah mengubah gaya hidup, dari yang sebelumnya aktif menjadi tidak aktif (republika.co.id, 15/09/2021).

Kelak, ketika pandemi pergi, tentu kita harus kembali beradaptasi. Kehidupan sebelum dan sesudah ternyata sangat berbeda. Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu kita persiapkan, agar tidak kaget ketika kehidupan normal kembali datang.

Pertama, siapkan diri untuk menghadapi rutinitas pra pandemi. Setelah pagebluk, kita akan kembali sibuk. Berurusan lagi dengan tugas yang menumpuk. Wara-wiri ke sana ke mari. Bermacet-macet di jalanan kota. Berkerumun di fasilitas umum. Capek!

Waktu senggang akan berkurang. Tak ada kesempatan lagi untuk rebahan. Mari siapkan diri menghadapi segala aktivitas yang - walaupun melelahkan - ternyata sangat kita rindukan. Jangan lagi bersantai-santai, pandemi sudah selesai!

Kedua, siapkan diri untuk kembali ke keramaian. Kita sudah bebas bepergian. Sudah boleh menghadiri berbagai perhelatan. Otomatis, kita akan bertemu dengan banyak orang. Berkomunikasi dengan orang di dunia maya, tentu berbeda dibandingkan berhadapan di alam nyata.

Bersiaplah, orang-orang sudah bisa mengomentari segala tindak tanduk kita. Jangan sampai kita malah jadi canggung ketika sudah bertemu langsung. Jangan lupa, siapkan jawaban ketika orang yang sekian lama tak berjumpa tiba-tiba bertanya, "Kok tambah gemuk?"

Terutama bagi kaum introver, yang saat wabah malah lebih bahagia. Tak ada lagi kenyamanan saat sendirian di rumah. Saat pandemi pergi, kita harus kembali berbaur dengan hiruk-pikuk duniawi. Tak apa, berjumpa dengan beragam sifat orang, akan membuat kita makin berkembang.

Ketiga, siapkan keuangan. Bagi sebagian masyarakat, pandemi ini justru membuat mereka bisa berhemat. Tak ada anggaran makan-makan di restoran. Tak usah mengeluarkan dana untuk jalan-jalan. Jika menggelar hajatan, tak perlu mengundang banyak orang. Penelitian IPB bahkan menyebut, selama pandemi 77,5 persen keluarga menghemat pengeluaran untuk pangan (republika.co.id, 05/10/2020).

Namun, setelah pandemi berakhir nanti, keuangan harus dikelola dengan cakap. Terutama jika kegiatan kumpul-kumpul kembali menjadi agenda tetap. Bagi yang mengadakan hajatan, persiapkan biaya dengan lebih matang. Jika ingin piknik lagi, pastikan dananya tak habis dipakai belanja online selama pandemi.

Keempat, siapkan kesehatan. Pandemi ini memang yang pertama kita alami, tapi bisa jadi bukan yang terakhir kali. Wabah virus lain bisa saja melanda lagi. Kita tak ingin itu terjadi, tapi tak ada salahnya selalu berhati-hati.

Tetap jaga kesehatan agar terhindar dari segala penyakit. Selama pandemi, kita sudah belajar hidup sehat agar imun terus menguat. Makanlah dengan gizi seimbang. Jangan menjajal kuliner ekstrem yang mengandung banyak kuman. Sering-sering cuci tangan dan jaga kebersihan. Olahraga dan istirahat jangan dilupakan. Plus, selalu berpikir positif dan jauhi stres berlebihan.

Selain itu, untuk memastikan tak terjangkit penyakit penyerta atau komorbid, mulailah untuk cek kesehatan secara rutin. Jangan takut untuk divaksin. Tingkatkan juga literasi kesehatan. Jangan mudah percaya dengan hoaks yang bertebaran.

Kelima, siapkan hati. Saat pandemi usai, kita harus berdamai. Bukan cuma berdamai dengan orang lain, tapi juga dengan diri sendiri. Bahkan kita bisa melakukannya mulai dari saat ini.

Selama wabah, banyak kekacauan yang terjadi di masyarakat. Saling curiga antar sesama. Saling menyalahkan yang berujung pertikaian. Media sosial pun ramai dengan berbagai perdebatan.

Ketika pandemi berakhir nanti, mari saling memaafkan. Jangan lagi memendam benci. Saat kita akhirnya bertemu langsung dengan orang-orang, pastikan kita menyambutnya dengan senyuman dan saling berjabat tangan.

Siapkan pula hati untuk menjalani hidup lagi. Jika selama pandemi ada duka atau musibah, ikhlaslah untuk menerimanya. Jika sempat merasakan kehilangan, cobalah untuk merelakan. Pasti ada rencana indah di balik setiap takdir-Nya. Cobalah menemukan hikmah yang bisa menjadi pelajaran berharga, bagi diri sendiri, juga untuk kita kisahkan pada anak-cucu nanti.

Kelak, ketika pandemi berakhir, kita akan menjadi sosok yang lebih tangguh dan bijaksana. Lebih produktif dan kreatif. Lebih peduli dan berempati dengan sesama. Dan lebih siap menghadapi beragam ujian di masa depan.

Semoga kita benar-benar bisa merasakan kehidupan pasca pandemi. Karena di saat wabah seperti ini, tak ada yang tahu siapa yang bisa lolos dari mati. Mampu keluar dari pandemi dalam keadaan sehat adalah sebaik-baik nikmat. Semoga Allah mengaruniakan nikmat itu pada kita semua. Secercah nikmat yang tak akan habis kita syukuri, sekaligus gelar yang sangat berarti: menjadi alumni pandemi.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image