Corona Bermutasi Guru Berevormasi
Guru Menulis | 2021-09-23 13:37:51Setelah COVID-19 mewabah di 50 Negara, akhirnya pada Senin, 2 Maret 2020 kemarin Indonesia resmi mengkonfirmasi kasus COVID-19 di Indonesia, Compas.com (11/05/2020). Dampak wabah ini benar-benar menghantam sendi perekonomian, sosial, politik, kesehatan dan pendidikan di Negara ini sehingga setiap pihak terus bergerak untuk menyesuaikan diri dengan kondisi pandemi yang kian mengkhawatirkan. Menilik lebih jauh, permasalahan tidak sederhana muncul ke permukaan dunia pendidikan. Dikutip dari jabar.kemenag.go.id (09/04/20) menyebutkan berbagai dampak dalam dunia pendidikan:
1. Rendahnya penguasaan guru dan peserta didik terhadap teknologi pembelajaran yang merupakan solusi atas masalah pembelajaran di masa pandemi sehingga kualitas pembelajaran terbilang rendah.
2. Keterbatasan sarana dan prasarana pendukung teknologi pembelajaran juga menghambat proses pembelajaran.
3. Kestabilan jaringan internet yang tidak merata di seluruh wilayah Indonesia, menyebabkan sebagian anak Indonesia tidak memiliki pembelajaran yang mumpuni.
4. Biaya internet untuk pembelajaran daring adalah momok tersendiri untuk guru, peserta didik dan orang tua sehingga beban perekonomian juga kian mencekik leher.
Selain beberapa masalah tersebut, terdapat beberapa masalah yang tidak kalah memusingkan. Kecemasan belajar terjadi pada siswa akibat menumpuknya tekanan akan banyaknya tugas-tugas sekolah. Menurunnya kemampuan anak dalam menerima materi pelajaran sehingga tidak mampu mencapai target pembelajaran yang semestinya. Tekanan juga dirasakan orang tua yang harus menyediakan berbagai fasilitas. Orang tua harus merangkap pekerjaan, dengan bekerja dan mendampingi anak-anak belajar mengerjakan tugas yang sangat banyak membuat para ibu lelah jiwa dan mulai bermain tangan kepada anak.
Sekarang kita mendengar kabar bahwa Covid terus bermutasi. Dampaknya, PPKM terus berlanjut dan pembelajaran masih akan berlangsung dari rumah, meskipun wacana PTM digadang-gadang akan mulai dibulan oktober tahun ini. Jika melihat wajah pendidikan saat ini, saat anak kehilangan motivasi dan lingkungan belajar yang baik, kehilangan pola hidup disiplin dan pembentukan karakter yang digalakkan disekolah, hal ini dapat menyebabkan rusaknya generasi penerus bangsa ini. Republika.co.id, Jakarta- Menyebutkan bahwa Kementrian pendidikan dan kebudayaan (Kemendikbud) Dr. Muhammad Hasbi mengatakan, pandemi Covid-19 mendatangkan risiko rusaknya potensi dan kemampuan belajar anak. Ia mengungkapkan hal tersebut dalam webinar "Pendidikan yang Membahagiakan Anak di Era Covid-10" di Jakarta, Senin.
Sebagai penggiat pendidikan, guru tidak bisa mengelak dan tinggal diam dengan adanya tantangan ini. Terlebih seorang guru, yang bersentuhan langsung dengan peserta didik. Guru menjadi pihak yang berada pada posisi paling strategis dalam pembinaan, harus menyadari peran dan tugas penting apa yang tengah mereka emban. âGuru adalah seorang pengajar (transfer of value), seorang yang mendidik anak, karena memiliki wewenang dari Negara, Ia mempunyai hak mendidik dan mengatur atas wewenang yang dilimpahkan Negara kepadanya. Guru adalah jabatan professional yang memberikan wewenang kepada seseorang untuk memiliki professi, ia adalah harus dan ahli di bidangnya (expertise), ia harus memiliki tanggung jawab atas professi yang ia tekuni dan mempunyai kejawatan professi (carpara tenasa)â. (Nugroho Notosusanto, 1984, p. 2). Poin pentingnya, guru merupakan wewenang yang diberikan oleh Negara yang tentunya berkaitan dengan tujuan pembangunan bangsa ini. Guru bertanggung jawab membentuk generasi penerus bangsa ini. Tidak luput pula pada masa pandemi yang kritis ini. Seorang guru semestinya memberikan komitmen dan kontribusi maksimal pada Negara dengan menjalankan tugasnya sebagai tenaga pendidik.
Faktanya, masih ada guru yang kurang faham dan menjiwai akan arti penting profesinya. Sehingga kesadaran dan komitmen guru untuk beradaptasi dengan kondisi masih perlu ditingkatkan agar tidak tergilas oleh keadaan. Enggan belajar dan enggan mengupgrade kulitas dan profesionalisme. Dampaknya, pembelajaran yang diterima oleh siswa menjadi tidak maksimal dan kurang berkualitas, meskipun ada juga guru yang sadar dan berkomitmen dengan profesinya. Pada saat ini komitmen seorang pendidik diuji dan ditantang. Dapatkah seorang guru dan pendidik selangkah lebih maju dalam menanggapi berbagai masalah dan kondisi? Kemajuan teknologi dan berkembangnya informasi harusnya menjadikan guru semakin berkomitmen dalam memberikan pengalaman belajar yang terbaik di masa ini. Karena jika guru bangsa ini benar-benar memberi makna serta komitmen terhadap dunia pendidikan, bahwa merekalah yang akan membentuk wajah bangsa ini dimasa depan maka kita pasti bisa keluar dari pandemi sebagai bangsa yang menang.
Belajar dari Negara Jepang tentang bagaimana memaknai arti penting guru dalam mengahadapi masa krisis. Ketika kota Hirosima dan Nagasaki hancur di bom bardir bom atom, partanyaan yang paling pertama ditanyakan oleh pemimpinnya adalah berapa jumlah guru yang selamat bukan berapa petinggi negara dan pejabat yang masih hidup. Padahal seharusnya, yang ditanyakan adalah berapa dokter yang hidup untuk menyelamatkan para korban. Hal ini bukan merendahkan profesi lain, namun dari sudut pandang ini kita bisa melihat bahwa pada masa-masa krisis peran penting seorang guru tidak tergantikan. Karena mereka menjadi pilar yang akan membawa perubahan dengan membentuk sumber daya manusia yang mumpuni. Hasilnya, kita bisa melihat bahwa Jepang keluar dari masa krisis berkembang hingga menjadi Negara maju.
Tidak dipungkiri, bahwa tantangan yang dihadapi seorang guru bukan perkara mudah bahkan sangat kompleks. Akan tetapi, yang ingin ditekankan dalam tulisan ini adalah dalam menghadapi pandemi, guru sebagai wewenang yang dipercayakan Negara harus berrevormasi. Beberapa pola pikir dan tindakan yang mestinya dimiliki guru mulai saat ini sebagai berikut:
1. Menyadari arti akan peran penting yang tengah diembannya, bahwa ia adalah pembentuk wajah generasi penerus bangsa ini dengan dengan penuh kesadaran.
2. Berkomitmen memberikan pengajaran dan pendidikan yang terbaik ditengah berbagai kekurangan masa pandemi dengan ikhlas dan tulus.
3. Belajar dan mengembangkan diri dalam aspek pengajaran yang ditekuninya, termasuk penguasaan terhadap teknologi dengan sungguh-sungguh.
4. Memberikan arahan dan dukungan bagi murid dan orang tua agar pembelajaran tetap berjalan selaras dan seimbang.
Demikian opini ini diutarakan dalam tulisan bertajuk pendidikan. Tentu saja suatu masalah jika dilihat dari sisi yang berbedah akan melahirkan kesimpulan dan sikap yang berbeda pula. Untuk itu sebagai pendidik mari kita melihat dari dalam dan berbenah, dengan pola pikir dan komitmen yang baru kita siap hadapi pandemi.
Guru dan komitmen tanpa batas saat pandemi
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.