Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Tresiana Sari Diah Utami, S.Pd, M.Pd

Andai Pandemi Pergi, Masihkah Banyak Orang Menulis?

Lomba | Thursday, 23 Sep 2021, 13:17 WIB

Pandemi yang terjadi memang memberi dampak yang cukup besar dan menyeluruh. Salah satunya adalah munculnya berbagai ekspresi kesedihan.

Tentu masih kuat dalam ingatan kita beberapa waktu lalu lini masa media sosial kita penuh dengan berita duka. Satu per satu orang yang kita kenal akhirnya meninggalkan kita.

Kepergian orang yang dekat dan kita kenal itulah yang akhirnya membuat banyak orang menghindari media sosial untuk beberapa waktu. Salah satu alasannya untuk sedikit mengurangi kesedihan.

Memang gelombang kedua pandemi yang lalu membuat kita merasa lelah secara mental. Pemberitaan dan berita kesedihan itulah yang membuat banyak orang akhirnya mencari berbagai cara untuk kembali bersemangat.

Menurut Journal of Death and Dying, ada lima tahap kesedihan. Seseorang akan mengalami fase denial atau penolakan. Setelah itu, ada tahapan marah. Setelah melalui kemarahan itu, seseorang mulai berkompromi dengan situasi sulit yang dihadapinya. Tahap depresi menjadi tahap keempat. Dan tahap terakhir dari tahapan kesedihan itu adalah penerimaan.

Kesedihan memang tidak bisa ditolak kehadirannya. Dengan demikian, seseorang perlu mengelola dirinya agar tidak terlalu lama berada dalam kesedihan.

Salah satu teknik yang bisa dilakukan seseorang untuk menyelesaikan kesedihan ini adalah menulis. Beberapa teman menuliskan di lini masa sosial medianya tentang pengalaman menulis yang dilakukan di masa pandemi.

Di masa ini, terutama dengan adanya pembatasan aktivitas di luar rumah, banyak orang memanfaatkan waktunya untuk menulis. Teman-teman saya pun demikian.

Ada banyak kelas menulis online yang bisa diikuti. Kompetisi menulis pun banyak diselenggarakan. Hasil menulis dapat berupa cerita pendek atau artikel di media massa, atau bisa pula berupa antologi dan buku solo.

Dengan demikian, saya melihat pandemi memberi dampak di bidang menulis. Setidaknya dalam lingkup orang terdekat saya.

Aktivitas menulis tidak hanya menjadi sarana katarsis saja. Menulis juga bisa menjadi wujud nyata bahwa seseorang mampu menuangkan gagasannya.

Sebagai bentuk keterampilan produktif, menulis erat terkait dengan keterampilan berbahasa lain. Bahkan banyak penulis besar yang menyampaikan bahwa tulisan yang baik dihasilkan oleh pembaca yang baik pula.

Dengan demikian, aktivitas tinggal di rumah ini membuat kita semua akhirnya berdiam di dalam rumah. Aktivitas membaca dan kemudian menulis kemudian menjadi satu pilihan mengisi waktu.

Namun, bisa jadi begitu pandemi berakhir, banyak di antara kita yang memilih berlari ke arah lain. Arah di mana kita bisa mendapatkan sesuatu yang lain, yang tidak didapat selama masa berdiam di rumah. Dan itu bisa saja bukan membaca dan menulis.

Tentu kita semua berharap pandemi segera berlalu. Namun, jauh di lubuk hati saya, saya berharap produktivitas menulis ini pun tetap berlanjut.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image