Tuliskan, Lepaskan, Sembuhkan
Edukasi | 2024-10-07 12:13:49“Tapi kini dia menghilang, dan tak tau entah dimana, Diaryku, ku merindukannya...”, pernahkah Anda mendengar lirik dari lagu tersebut?, ya itulah penggalan dari lirik lagu “Dear Diary” dari Duo Ratu. Lagu itu saya dengar sewaktu iseng scroll Instagram dan ada postingan reels yang dengan back sound lagu tersebut.
Ketika kita berbicara tentang Diary, tentu hal tersebut seolah menjadi barang jadul yang mungkin sekarang jarang digunakan. Menurut Naning Pranoto dalam bukunya From Diary to be Story, dikatakan bahwa Diary disebut juga sebagai catatan harian yang dipakai untuk menuliskan kejadian atau peristiwa yang dialaminya sehari-hari.
Dalam hal ini saya bisa menyimpulkan, bahwa ketika seseorang menulis di buku Diary, bukan hanya tentang merangkai kata, melainkan sebagai salah satu cara kita berbicara dengan diri sendiri. Di sinilah, sebuah tulisan bisa menjadi terapi bagi kesehatan mental kita.
Manfaat Menulis untuk Kesehatan
Berdasarkan hasil penelitian dari Indonesia-National Adolescent Mental Survey tahun 2021, disebutkan bahwa prevalensi gangguan cemas sebesar 3,7% terjadi pada remaja usia 10-17 tahun dan 1,4% di antaranya memiliki pikiran untuk melakukan bunuh diri dalam 12 bulan terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa permasalahan kesehatan mental perlu lebih diperhatikan.
Di tengah segala tekanan hidup, mulai dari tuntutan pekerjaan hingga masalah pribadi, banyak orang merasakan dampaknya pada kondisi kesehatan mental mereka. Namun, tidak semua orang punya akses mudah ke terapi profesional. Entah karena biaya yang mahal atau terbatasnya sumber daya. Maka, alternatif lain yang mungkin dapat dilirik sebagai salah satu terapi kesehatan mental, adalah dengan menulis.
Menulis sering dianggap sebagai kegiatan kreatif, tetapi sebenarnya menulis juga bisa menjadi alat penyembuhan atau terapi. Menulis bisa menjadi “surat” bagi diri kita sendiri, di mana kita bebas menumpahkan segala perasaan, mencurahkan beban, dan akhirnya, merasakan suatu kelegaan.
Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa aktivitas menulis berdampak positif pada kesehatan, termasuk kesehatan mental. Salah satunya adalah studi dari Harvard Medical School pada tahun 2005 yang membuktikan bahwa menulis dapat meningkatkan kesehatan mental, fisik, dan emosional.
Penelitian yang dilakukan oleh Baikie KA dan Wilhelm tersebut juga menemukan bahwa menulis membantu memperbaiki suasana hati, meningkatkan fungsi sistem kekebalan tubuh, fungsi paru-paru, kesehatan fisik, mengurangi rasa nyeri, meningkatkan fungsi hati, dan menurunkan tekanan darah.
Selain itu, penelitian yang diterbitkan dalam Advances in Psychiatric Treatment tahun 2005, menyebutkan bahwa menulis selama 15-20 menit setiap 3-5 hari dalam jangka waktu 4 bulan dapat menurunkan tekanan darah dan meningkatkan fungsi hati.
Selain hasil dari beberapa penelitian tersebut, menulis memiliki ragam manfaat bagi kesehatan, di antaranya: membantu kita mengelola emosi. Ketika kita sedang marah, sedih, atau bingung, menuliskan perasaan-perasaan tersebut dapat menjadi jalan keluar yang aman. Kata-kata yang tertulis bisa menjadi jembatan antara perasaan yang tersembunyi di dalam diri dan kesadaran kita. Dengan menulis, kita bisa lebih mudah mengenali emosi-emosi yang kompleks dan mengurainya sedikit demi sedikit.
Selanjutnya, menulis juga memberikan ruang untuk refleksi diri. Ketika kita menuliskan pengalaman atau perasaan, kita sering kali mendapatkan perspektif baru. Menulis membantu kita untuk lebih memahami pikiran dan tindakan kita, memberikan kita kesempatan untuk melihat masalah dari sudut pandang yang lebih jernih. Dengan menulis, kita bisa mengevaluasi apa yang telah kita lakukan, apa yang kita rasakan, dan apa yang bisa kita ubah.
Selain itu, menariknya menulis juga dapat mengurangi kecemasan. Saat pikiran kita terasa kacau atau penuh, menuliskan segala hal yang ada di kepala dapat membantu mengorganisir pikiran tersebut. Proses menuliskan sesuatu membuatnya lebih konkret dan mudah dikelola. Hal ini dapat memberikan rasa kontrol yang lebih besar terhadap situasi yang sebelumnya terasa di luar kendali.
Mengenal Terapi Menulis
Menulis sebagai cara untuk mengobati kesehatan dikenal juga dengan terapi menulis. Terapi menulis pertama kali diperkenalkan oleh seorang profesor Psikologi Sosial, yaitu Prof. Pennebaker pada tahun 1989. Dalam penelitian awalnya, ia meneliti manfaat menulis bagi penderita Post Traumatic Disorder (PTSD).
Terapi menulis ini dikenal sebagai Expressive Writing, yang fokus pada penulisan hal-hal emosional dengan gaya bebas tanpa memperhatikan format atau aturan tata bahasa. Terapi ini lebih menekankan pada proses menulis itu sendiri daripada hasil akhirnya, menjadikannya aktivitas personal yang bebas dari kritik dan aturan bahasa.
Menulis mungkin terlihat sederhana, namun banyak dari kita yang merasa kebingungan ketika harus memulainya. Berdasarkan panduan dari University of Rochester Medical Center, ada beberapa cara yang dapat membantu membangun kebiasaan menulis sebagai sarana terapi.
Pertama, sediakan waktu sekitar 15 menit setiap hari untuk menuliskan perasaan tentang apa saja, seperti pengalaman selama pandemi, tantangan di tempat kerja, dan pelajaran yang didapat, atau jenis tulisan kreatif lainnya. Kedua, usahakan untuk menulis setiap hari agar terbiasa melakukannya secara rutin. Ketiga, catat aktivitas sehari-hari, misalnya melalui ponsel. Keempat, menulislah dengan nyaman, tanpa harus memikirkan struktur bahasa. Terakhir, biarkan ide-ide mengalir bebas tanpa khawatir akan kesalahan ejaan.
Bagi mereka yang kesulitan memulai, ada banyak alat bantu yang dapat digunakan, seperti jurnal khusus atau aplikasi menulis di smartphone. Aplikasi ini memungkinkan kita untuk menulis kapan saja tanpa harus membawa buku catatan fisik, sehingga lebih fleksibel dalam menjadikan menulis sebagai bagian dari rutinitas harian.
Dengan memahami dan menerapkan praktik-praktik ini, menulis bisa menjadi terapi pribadi yang efektif. Menulis bukan hanya tentang menghasilkan karya, tetapi juga tentang menemukan kedamaian di tengah kesibukan dan tekanan hidup yang tak terhindarkan.
Menulis sebagai terapi pribadi memberikan kita kebebasan untuk melepaskan emosi, memahami diri, dan menemukan ketenangan di tengah kesibukan hidup. Dengan menulis, kita bisa membuka jalan menuju kesehatan mental yang lebih baik, tanpa harus merasa tertekan oleh aturan atau ekspektasi dari luar. Kata-kata yang kita tuliskan, meski sederhana, memiliki kekuatan untuk menyembuhkan dan membawa kedamaian.
Bagi Anda yang tertarik untuk mengasah kemampuan berbicara sekaligus meningkatkan kemampuan mengekspresikan diri dalam menulis, saya mengajak Anda untuk bergabung dalam kegiatan webinar Final Project "Speak Improvement Program" Batch III yang diselenggarakan oleh Komunitas Trainer Pemula pada Sabtu, 12 Oktober 2024, dengan tema: “Sukses Menulis Artikel Populer dengan DNA Menulis.” Webinar ini akan menjadi ruang yang tepat untuk belajar dan berbagi, sekaligus membantu Anda menemukan cara terbaik untuk menemukan DNA menulis Anda dan belajar menulis artikel populer.
Menulis adalah proses penyembuhan yang personal dan dapat membantu kita mengurai benang kusut pikiran, karena setiap orang punya cerita yang berharga untuk dituliskan. Oleh karena itu, mari kita jadikan menulis sebagai sarana untuk tumbuh dan memperkuat diri!
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.