Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image april lia

EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN DARING KALA PANDEMI

Guru Menulis | 2021-09-22 18:44:48
Dokumen pribadi

Pandemi merubah segala kebiasaan yang terjadi pada manusia. Tak terkecuali pada pembelajaran, baik tingkat dasar, menengah maupun atas. Sebelum pandemi, pembelajaran dilakukan melalui tatap muka atau luring di sekolah. Namun sejak pandemi, kebiasaan bergeser pada online atau daring. Seperti melalui zoom, google classroom, googlemeet dan sebagainya. Tentu kebiasaan ini dijalankan di rumah masing-masing.

Dalam webinar yang dilakukan oleh Universitas Sebelas Maret (UNS), berdasarkan hasil survey, rata-rata anak Generasi Z menggunakan gawai dengan durasi 7 jam setiap hari. Konten-konten teks mengalami perubahan menjadi tampilan visual yang menarik.

Tujuan dari pembelajaran daring sendiri, menurut saya adalah untuk menggantikan metode pembelajaran tatap muka di sekolah dengan menggunakan fasilitas internet dari rumah masing-masing. Cara ini memudahkan seorang pendidik untuk berkomunikasi dan menyampaikan materi ajar kala pandemi.

Dalam perkembangannya, cara ini akan terus mendapat evaluasi. Terutama dari sasaran pembelajaran daring itu sendiri, yaitu pelajar. Yang sangat menjadi perhatian adalah anak yang masih berusia sekolah dasar. Efektifitas pembelajaran daring ini akan menjadi santapan pokok mereka, selama pandemi ini belum berakhir.

Beralih sejenak kepada orangtua, sebagai pengawas anak di rumah. Sebagian mereka mengungkapkan pembelajaran daring ini berdampak cukup signifikan. Orang tua yang bekerja di kantor hampir 8-9 jam merasa belum bisa mengawasi anaknya untuk belajar. Terlebih untuk anak yang masih usia kelas 1, 2, 3. Mereka tentu belum bisa mengoperasikan perangkat.

Saya sering mendengar dari orangtua murid, bahwa mereka juga tak jarang banyak menggunakan gawai untuk berselancar di internet. Seperti menggunakan youtube, instagram, whatsapp dengan berlebihan. Biasanya lewat tengah malam, yang sontak membuat mereka tidak bisa bangun pagi. Kebetulan saya adalah seorang guru les privat. Begitulah keluhan orangtua.

Saya rasa ini wajar. Dimana ketika anak-anak sudah banyak mendapat tugas dari sekolah, mereka perlu beristirahat. Mungkin bagi anak yang suka keluar rumah, mereka akan berjalan-jalan atau bermain bersama tetangga. Namun bagi mereka yang senang di rumah dan mungkin penasaran dengan isi gawai saat modern ini, mereka akan senang berada 24 jam menggenggamnya.

Sebagai seorang guru privat yang datang ke rumah anak, pembelajaran seperti ini kurang efektif. Karena fokus konsentrasi anak pada umumnya ketika ada guru yang mengajar atau mengawasi. Walaupun tidak sedikit anak yang belajar mandiri tanpa harus didekte. Selain itu, bagi orangtua yang tidak mempunyai gawai, mereka harus rela merogoh kocek dalam untuk membelinya. Ada yang sampai beli kredit demi anaknya bisa mendapat tugas sekolah.

Saya mendapat siswa kelas 3 yang belum bisa membaca. Tentu sangat miris. Karena di rumah, ia tak mendapat perhatian juga dari orangtuanya. Adalagi yang masih belum bisa menulis sama sekali ketika masuk SD. Padahal selama TK juga sudah belajar dari rumah masing-masing.

Di sisi seorang guru sekolah, segala hal yang dilakukan untuk pembelajaran anak-anak sudah segala cara dilakukan. Meskipun merasa kurang efektif. Namun jika situasi semacam ini dijalani dengan sabar, maka suatu saat akan ada titik terang. Mungkin salah satunya, adanya guru privat yang datang ke rumah anak.

Diharapkan, orangtua juga dapat terlibat dalam proses belajar. Orangtua tidak mengenal lelah demi kecerdasan anak yang akan menjadi generasi penerus bangsa. Dan seorang anak atau pelajar diharapkan mempunyai kemandirian belajar. Kemandirian belajar ini meliputi bagaimana motivasi, manajemen waktu, dan kontrol diri. Solusi lain yang ditawarkan adalah peningkatan literasi, kreatifitas, inovasi dan jejaring. Kerjasama orangtua, guru dan anak nampaknya akan memudahkan pembelajaran daring menjadi lebih efektif.

Optimisme dalam menghadapi situasi ini sangat diperlukan. Bahwa anak akan bisa melewati pandemi ini bersama orangtua dan guru. Kita bisa bersama-sama mengejar ketertinggalan kita dalam hal pendidikan anak di usianya. Sertai dengan doa, maka atas izin Allah semua akan baik-baik. Dan untuk orangtua, jangan pernah lengah dan terus waspada terhadap perkembangan jaman.

#GuruHebatBangsaKuat

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image