Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image merry kumanireng

PANDEMI DAN WARISANNYA

Lomba | Wednesday, 22 Sep 2021, 18:42 WIB

Apa kabar pandemi yang nyaris dua tahun ini? Berapa banyak rencana dan harapan yang tertunda?

Berapa banyak luka tak terperi yang tak pernah terbayangkan ?

Mari bercerita tentang mimpi, mimpi ketika pandemi berakhir, dari kacamata seorang rakyat biasa, ibu rumah tangga biasa, bukan dari kacamata medis apalagi politik.

Sejauh apa pandemi mengubah keadaan?

Sampai penulis menulis opini ini, Alhamdulillah kami masih terlindungi dari virus covid. Ketika inner circle semakin banyak yang terpapar, alhamdulillah Allah masih menjauhkannya. Semoga teman-teman yang mengalami kehilangan mendapatkan ketabahan lebih dalam menjalani hari.

Andai pandemi berlalu, tentunya yang paling berdampak adalah rutinitas anak ke sekolah, selama nyaris dua tahun ini saya memilih full daring untuk anak saya, padahal dia baru saja akan lulus TK masuk SD sekolah baru, dan tahu-tahu, sekarang sudah kelas 2 lagi. Anak saya ASD, yang artinya sangat butuh tatap muka, alhasil selama dua tahun mendadak jadi guru, terkadang saya berubah menjadi ‘momster’. Tetapi pilihan daring adalah yang paling aman untuk anak-anak kita. Karena kita tidak pernah tahu dimana bisa terpapar dan dampak paparannya pada tubuh kita.

Saya rindu dengan rutinitas pagi yang riuh ketika hendak ke sekolah. Pandemi berakhir berarti anak-anak kembali aktif, mengejar ketertinggalan selama ini, bersosialisasi dengan teman-teman seumurnya, mengikuti kegiatan ekstra kurikuler, dan hal-hal seru lainnya yang terenggut dua tahun ini. Menurut saya anak-anak lah yang paling merasakan dampak pandemi ini bagi perkembangan masa emas mereka.

Ibu-ibunya ? tentu ikut senang, bisa bergaul lagi, bisa kumpul-kumpul lagi dengan geng arisan, melanjutkan gosip di dunia maya ke dunia nyata, bisa lebih sabar mengurus rumah tangga. Ibu-ibu bekerja apalagi, bisa mengatur waktu lebih baik lagi antara pekerjaan dan kebutuhan sekolah anak-anak. Bapak-bapaknya ? mungkin lebih tenang, istri dan anak ada kegiatan lain di luar rumah, bisa meminimalisir konflik, karena tidak dipungkiri kejenuhan memicu stres yang bisa membuat kita lebih tidak stabil mengelola emosi. Dan semoga tagihan market place istri berkurang. Roda kehidupan bisa berjalan seperti sebelumnya.

Apakah WFH dan sekolah daring memiliki nilai positif selama ini ?

Tentu saja tidak semua pandemi tentang hal 'negatif', keadaan yang mengharuskan aktifitas lebih banyak di rumah membuat kita semakin menjadi ‘orang tua’ bagi anak-anak kita. Hal yang sungguh mahal dan berarti. Saya pribadi sangat mensyukurinya, walaupun kadang tadi itu, berubah jadi momster terutama saat mengajar numerasi. Ketika nanti pandemi berakhir, mungkin anak-anak kita akan lebih sibuk dengan teman-temannya, pulang ke rumah dalam keadaan lelah dan segera beristirahat. Mungkin kita akan merindukan kebersamaan itu.

Juga kebersamaan bersama pasangan yang dipaksa lebih banyak bersama selama WFH, semoga meluweskan ketegangan yang mungkin saja sudah lama perlu dibicarakan. Sehingga menghasilkan keluarga yang lebih akrab dan bahagia.

Apa yang tertinggal dari pandemi yang perlu kita pertahankan ?

Kebiasaan hidup sehat tentunya. Kebiasaan cuci tangan dengan benar, makan makanan sehat demi menjaga imun, dan mungkin budaya memakai masker tetap harus dibiasakan di tempat-tempat ramai. Karena kebiasaan-kebiasaan baik itu bukan saja ikhtiar dari menjaga paparan covid, tetapi dari penyakit-penyakit lainnya.

Pandemi membuat kita semakin menerima takdir. Qada dan qadar dalam agama saya. Ikhtiar dan doa adalah hal pasti, kemudian semua kehendak Allah , apakah kita yang dipilih untuk melaluinya, atau belum waktu kita. Ketika kematian terasa sangat dekat, hal yang kadang kita pikir tidak akan terjadi pada kita, pada keluarga kita , namun nyatanya sungguh dekat. Semoga kita semua dalam lindunganNya. Lalu apakah kita memanfaatkan waktu pandemi dengan mendekatkan diri secara spiritual kepadaNya ? Sehingga ketika pandemi pergi dan kita siap menuju new normal, kita siap menjadi seseorang yang lebih baik dunia akhirat.

Yang perlu kita tinggalkan? Mungkin mengurangi screentime anak , mengurangi pantauan sosial media yang kadang meracuni pikiran sendiri, dan memperbanyak aktifitas positif kembali.

Sebelum itu mari kita bersama-sama saling mendukung , taat prokes demi mengantar sang covid pergi dan melanjutkan warisan baik yang tertinggal dimasa pandemi ini.

Semoga.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image