Efektifkah Pembelajaran Daring di Masa Pandemi?
Guru Menulis | 2021-09-22 16:03:54Akhir tahun 2019, masyarakat umum digemparkan dengan adanya pandemi dengan maraknya penyebaran virus varian baru yang dikenal dengan corona virus disease 2019 (COVID-19). Virus ini pada mulanya dianggap sebagai konspirasi dari pihak tertentu yang ingin membawa kepentingan terhadap tatanan kehidupan dunia ini akhirnya diklarifikasi oleh organisasi kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO) pada jumpa pers 24 Maret 2020 di Jenewa. Menurut WHO (2020), virus corona merupakan virus yang berasal dari hewan dan sifatnya menular bukan sesuatu yang yang dimanipulasi di laboratorium manapun.
Pemerintah telah berusaha mencegah mata rantai penyebaran virus COVID-19 dengan menerapkan kebijakan mulai dari sosial distanching, physycal distanching, PSBB sampai PPKM (mikro, level & darurat). Hal ini menyebabkan kegiatan masyarakat terbatas. Begitu pula dengan bidang pendidikan, pembelajaran yang awalnya tatap muka diganti belajar secara online atau daring. Aturan ini tercantum dalam surat edaran No. 3 Tahun 2020 tentang pencegahan COVID-19 pada satuan pendidikan yang menyatakan meliburkan semua sekolah dan perguruan tinggi.
Pembelajaran daring menurut Hartanto (2016) yaitu pembelajaran yang dilakukan secara online menggunakan aplikasi pembelajaran maupun jejaring sosial. Tentunya pembelajaran daring ini membutuhkan perangkat pendukung seperti smartphone, tablet atau laptop yang terhubung dengan koneksi internet. Perangkat ini memiliki kontribusi besar di dunia pendidikan termasuk mencapai tujuan pembelajaran jarak jauh. Media pembelajaran juga tidak kalah penting untuk mendukung ketercapaian tujuan pembelajaran. Contohnya kelas virtual pada grup whatsapp, google classroom, edmodo dan schoology.
Beralihnya pembelajaran tatap muka menjadi daring memang membutuhkan adaptasi. Guru harus mampu menjelaskan materi pembelajaran agar siswa bisa memahami materi yang disampaikan. Adapun siswa harus menyesuaikan dengan karakter mengajar guru dimana siswa biasanya diminta belajar mandiri. Orang tua memiliki peran penting dalam mendampingi belajar siswa. Masalahnya tidak semua orang tua bisa meluangkan waktunya untuk mendampingi anaknya saat belajar.
Era digital seperti sekarang ini guru dituntut untuk memiliki kecakapan digital. Mau tidak mau guru harus menguasai IT karena perkembangan zaman sangat pesat. Tentunya akan merugikan guru itu sendiri jika tidak dapat mengikuti perkembangan zaman. Penguasaan IT pada guru sangat penting untuk menunjang pembelajaran salah satunya adalah membuat media pembelajaran. Banyak kreasi media pembelajaran menarik yang bisa dibuat seperti video animasi, PPT dengan template menarik, game edukasi, minecraft khusus pendidikan dan masih banyak lainnya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ade Safri Fitria dan Theresia Pinaka Ratna Ning Hapsari pada Agustus 2020 menunjukkan bahwa dari angket yang dibagikan kepada 93 responden didapatkan hasil 91,3% (92 responden) justru lebih sulit memahami materi yang diajarkan saat daring daripada luring. Hal ini disebabkan karena sebagian besar 45,2% (42 responden) merasa kurang mampu mencari sumber informasi dengan inernet, 39,8% (37 responden) tidak puas jika hanya mencari sumber informasi tanpa kehadiran guru dan 15% (14 responden) tidak bisa belajar mandiri di rumah. Banyak faktor yang menyebabkan kurangnya efektivitas pembelajaran, diantaranya banyak siswa yang kesulitan dalam menggunakan aplikasi pada komputer untuk mengerjakan tugas, kesulitan mengakses internet dengan maksimal, guru kurang responsif terhadap siswa, kurangnya motivasi belajar mandiri pada masing-masing siswa dan guru kurang kreatif dalam membuat media pembelajaran.
Keefektifan pembelajaran ditentukan oleh kerja sama guru dan siswa. Keduanya memiliki peranan penting dalam menciptakan pembelajaran yang interaktif demi tercapainya tujuan pembelajaran. Guru harus mampu merancang, meramu dan mengolah materi yang dikemas dengan media pembelajaran menarik serta disampaikan dengan model dan strategi pembelajaran yang baik tentunya akan menambah motivasi belajar siswa. Hal lain yang tidak boleh luput adalah guru harus bisa memberikan motivasi belajar siswa meskipun secara daring. Begitu pula dengan siswa, mereka harus punya niat untuk belajar dan kesadaran belajar adalah suatu kewajiban.
Dengan demikian, belajar daring adalah suatu solusi untuk memutus mata rantai COVID-19 meskipun dalam praktiknya masih jauh dari kata âefektifâ. Kerja sama antara guru, siswa, orang tua dan lingkungan sekolah sangat menentukan faktor efektivitas pembelajaran secara daring.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.