Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image azra muzhaffar

Andai Masyarakat Sadar Akan Hilangnya Pandemi

Lomba | 2021-09-22 14:19:25
foto keiatan belajar tatap muka akan dilaksanakan jika hilangnya pandemi

Masa pandemi adalah dimana masa dimana wabah menyebar pada suatu daerah, pada beberapa waktu. Masyarakat pada daerah yang terkena wabah dibatasi pekerjaannya, agar wabah tesebut tidak mudah menyebar dikalangan masyarakat. Bahkan pada suatu daerah tidak diperbolehkan orang lain masuk ke daerahnya, sedangkan orang yang berada di daerah tersebut tidak diperbolehkan keluar dari daerah tersebut, dan kita sering menyebutnya dengan Lockdown.

Pandemi sendiri merupakan sebuah epidemi yang telah menyebar ke berbagai benua dan negara, umumnya menyerang banyak orang. Sementara epidemi sendiri adalah sebuah istilah yang telah digunakan untuk mengetahui peningkatan jumlah kasus penyakit secara tiba-tiba pada suatu populasi area tertentu.

Pasalnya, istilah pandemi tidak digunakan untuk menunjukkan tingginya tingkat suatu penyakit, melainkan hanya memperlihatkan tingkat penyebarannya saja. Perlu diketahui, dalam kasus pandemi COVID-19 ini menjadi yang pertama dan disebabkan oleh virus corona yang telah ada sejak akhir tahun lalu.

Sebelum pandemi COVID-19 ini menyerang, pada tahun 2009 yang lalu pernah merebak virus yang bernama flu babi. Penyakit ini bisa terjadi ketika strain influenza baru atau H1N1 menyebar ke seluruh belahan dunia, termasuk Indonesia.

Dampak Virus COVID-19 di Indonesia, tak hanya merugikan dari sisi kesehatan saja, Presiden Joko Widodo juga mengatakan bahwa virus corona sangat berdampak pada perekonomian di Indonesia. Bukan hanya karena produksi barang saja yang terganggu, tetapi investasi pun juga terhambat. Berikut beberapa dampak virus COVID-19 di Indonesia:

Beberapa barang menjadi mahal dan langka untuk ditemukan, jemaah Indonesia batal berangkat umrah, kunjungan para wisatawan mancanegara di Indonesia menurun, merusak tatanan ekonomi di Indonesia, Impor barang menjadi terhambat.

Itu tadi bahasan mengenai pandemi COVID-19 beserta dampaknya yang bisa Anda ketahui. Demi mencegah penyebaran virus COVID-19 ini, sebaiknya Anda juga selalu menjaga kebersihan, kesehatan dan jangan lupa untuk selalu menggunakan masker jika melakukan aktivitas di luar ruangan.

Selain itu, Anda pun juga bisa menambahkan perlindungan kesehatan dengan Asuransi Kesehatan seperti PRUPrime Healthcare Plus. Merupakan produk Asuransi Tambahan (Riders) yang dirancang khusus untuk memberikan jangkauan perlindungan hingga ke seluruh dunia, serta menawarkan fleksibilitas pada pilihan perlindungan kesehatan Anda dan keluarga.

Pembatasan pekerjaan masyarakat tersebut mengakibatkan ekonomi masyarakat dan UMKM menurun, dikarenakan banyak pekerjaan masyarakat yang dibatasi dan dilakukan dengan system online. Bahkan Pendidikan pun terkena dampaknya, seperti melakukan pembelajaran dengan system daring, dengan melakukan zoom meet, classroom atau sebagainya dan dilarang pembelajaran dengan system tatap muka. Oleh karena itu, Pendidikan karakter para siswa menurun. Lebih dari itu, Pandemi juga mengakibatkan tempat-tempat ibadah ditutup, yang menimbulkan banyak kontraversial, khususnya bagi umat islam.

Pandemi Covid 19 belum juga berakhir. Tidak hanya di Indonesia, berbagai negara dunia lainnya juga masih dihantui penularan virus Corona. Padahal beberapa negara sudah bisa dikatakan berhasil mengatasi wabah Corona dengan jumlah kasus yang sempat menurun drastic. Namun kenyataannya kini malah meningkat kembali dengan jumlah kasus lebih banyak. Beberapa negara yang mengalami priode gelombang kedua kasus Covid 19, antara lain seperti Singapura, Malaysia, Taiwan, hingga India.

Pandemi Covid 19 yang belum akhir ini memunculkan kejenuhan sekaligus pertanyaan, sebenarnya kapan Corona berakhir?

Menjawab pertanyaan ini, Ketua Satgas COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof Zubairi Djoerban menjelaskan, ada kemungkinan virus Corona tidak akan pernah benar-benar hilang. Bahkan menurutnya nantinya kasus penderita Covid 19 akan menjadi layaknya penyakit flu. “Kemungkinannya bersifat ‘permanen’. Dalam arti tidak akan hilang. Skenarionya itu, bisa menjadi endemic atau seperti flu musiman, tapi masih bisa merenggut nyawa,” cuitnya dalam akun media sosial pribadinya.

Pendapat senada juga dilontarkan Dr. William Schaffner, seorang profesor di Fakultas Kedokteran Universitas Vanderbilt. Menurutnya sepertinya Covid-19 saat ini siap untuk menjadi penyakit endemik, yakni penyakit yang selalu menjadi bagian dari kita. “Kami telah diberi tahu bahwa virus ini akan hilang. Tetapi virus ini tidak akan hilang,” ungkanya seperti yang dilansir dari CBS News. Dia menambahkan, “Kita perlu mengendalikannya. Kita perlu mengurangi dampaknya. Tapi itu akan mengganggu kita di masa mendatang. Dan maksud saya, selama bertahun-tahun.”

WHO (World Health Organisation) sudah memberi peringatan bahwa mustahil mengharapkan pandemi Covid 19 bisa berakhir pada akhir tahun ini, meski penularan virus mulai terkendali. “Saya pikir ini akan sangat prematur dan saya pikir tidak realistis untuk berpikir bahwa kita akan menyelesaikan virus ini pada akhir tahun ini,” kata kepala program kedaruratan WHO, Michael Ryan, yang dikutip dari New York Post. “Jika vaksin bisa berdampak tidak hanya pada kasus kematian dan rawat inap pasien, tetapi juga memiliki dampak yang signifikan terhadap dinamika penularan dan risiko penularan, saya yakin kita akan mempercepat pengendalian pandemi ini,” tambahnya.

Apa yang dikatakan petinggi WHO juga diamini oleh Epidemiolog dr Pandu Riono dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI). Dia memperkirakan masyarakat masih harus menghadapi pandemi COVID-19 dalam waktu yang lama. Dia memprediksi pandemi ini baru akan selesai dalam jangka waktu satu hingga dua tahun mendatang, bahkan bisa jadi lebih lama lagi.

“Memang ancaman virus yang selalu bermutasi ini membuat kita harus selalu siap, dalam jangka waktu yang cukup lama. Tidak mungkin tahun ini selesai, tidak mungkin tahun depan. Mungkin bisa tahun depannya lagi, atau tahun depannya lagi, kita masih belum tahu bagaimana ini bisa berakhir,” pungkasnya.

Tidak bisa dipastikannya kapan pandemi Covid 19 ini akan berakhir, tidak lepas dari dampak dari mutasi virus Corona yang terjadi selama ini. Dimana dampaknya terutama pada tingginya lonjakan kasus baru Covid 19. Dan dr Pandu mewanti-wanti hal ini juga bisa terjadi di Indonesia.

Ia mengambil contoh kasus gelombang kedua Covid 19 di India. Pada awalnya kasus di India sempat turun drastis, namun kembali naik kasusnya bahkan melebihi gelombang pandemi awal. Ini lantaran protokol kesehatan tak lagi menjadi perhatian.

“Ketika kita kagum sama India bisa menurunkan angka yang tinggi sekali kemudian turun drastis dan ternyata itu membuat masyarakat lalai seakan-akan kehidupan sudah normal,” jelasnya. dr Pandu juga memberi contoh hal yang sama terjadi di Thailand, sempat berhasil menekan kasus Covid 19, kini lonjakan kasus kembali terjadi, dan wisata yang semula akan dibuka kembali ditutup.

Pandemi Covid-19 telah menyebabkan menurunnya perekonomian dan aktivitas di berbagai sektor dan wilayah di Indonesia. Walau economic shock yang disebabkan oleh pandemi Covid-19 berangsur mereda seiring stabilnya pasar keuangan domestik dan menggeliatnya beberapa sektor perekonomian. Akan tetapi mengingat sifatnya yang memukul baik sisi penawaran mau pun permintaan dari perekonomian, upaya pemulihan masih memerlukan lebih banyak waktu. Pada saat yang sama, penyebaran virus juga belum menunjukkan tanda-tanda berakhir seiring dengan masih meningkatnya tren kasus dan kematian terkonfirmasi. Di satu sisi, tuntutan untuk memulai kembali berbagai aktivitas sosial dan ekonomi semakin menguat ditandai dengan dilonggarkannya pembatasan sosial di banyak daerah. Di sisi lain, infrastruktur kesehatan publik yang ada masih belum memadai. Sehingga terdapat resiko yang tinggi untuk menggerakkan kembali berbagai roda aktivitas sosial dan ekonomi secara normal. Dengan berbagai keterbatasan ini, new normal menjadi satu keharusan. New normal juga merupakan sebuah kesempatan untuk melakukan penguatan ekonomi asalkan diiringi penyusunan prioritas yang transparan serta koordinasi dan sinkronisasi kebijakan yang tepat

KITA sudah memasuki bulan terakhir 2020. Tahun yang berat. Tahun yang terasa lebih panjang. Tahun yang membosankan. Dan tentu saja, tahun yang sangat mengkhawatirkan. Semua orang akan mengenang tahun ini sebagai tahun yang paling mudah diingat selain tahun lahir atau perkawinan mereka. Semua bangsa akan mengingat tahun ini sebagai tahun yang paling dicatat sejarah, selain hari kemerdekaan. Pandemi Covid-19 melintas nyaris sepanjang tahun dan memukul setiap gerak laju apa saja masyarakat modern. Orang-orang dan bangsa-bangsa berjuang untuk selamat dari terjangan virus yang membahayakan dan dampak yang jauh lebih mematikan. Sepertinya, mereka terlalu letih menghadapinya. Mereka memerlukan relaksasi, juga recovery selekas-lekasnya. Dalam konteks relaksasi dan recovery tersebut, pariwisata merupakan salah satu jawaban. Liburan dan bepergian akan menjadi impian banyak orang. Sementara geliat dan aktivitas di sektor pariwisata akan menjadi harapan banyak bangsa. Syarat pemenuhannya hanya satu, mengendalikan penyebaran dan menghindari penularan. Artinya, bepergian sudah menjadi relatif lebih aman dari terpaan virus, dan tempat-tempat yang didatangi tidak menimbulkan masalah baru yang terkait dengan virus Covid-19.

Pandemi tersebut akan hilang jika masyarakat dan pemerintah sadar. Mereka akan menjalankan semua protocol Kesehatan dan pemerintah pun terus mengayomi masyarakatnya, terkhusus bagi rakyatnya kurang mampu. Semua itu bisa merecovery keadaan menjadi seperti semula. Masyarakat bebas melakukan kegiatan mereka, ekonomi masyarakat stabil, pendapaatan UMKM pun meningkat, Pendidikan sekolah pun maju, dan tempat ibadahpun dibuka, sehingga rakyat bebas untuk melakukan ibadahnya.

Disebutkan salah satu cara untuk mengatasi pandemic Covid 19 dengan membentuk Herd Immunity atau kekebalan imunitas. Maksudnya sudah sebagian besar masyarakatnya kebal terhadap Covid 19. Baik itu karena sudah divaksinasi atau sudah pernah terinfeksi Covid 19 sehingga tubuhnya sudah membentuk sistem imun sendiri.

Namun menurut Prof Zubairi, Herd Immunity tidak akan tercapai di waktu dekat. Kondisi Corona di Indonesia, masih jauh dari target Herd Immunity yang membutuhkan kondisi 70 persen masyarakat Indonesia sudah mempunyai sistem imun terhadap Covid 19. “Yang jelas tidak akan terjadi dalam waktu dekat. Tingkat kekebalan yang diperlukan untuk mencapai itu di angka 70 persen dan kita masih jauh” tegas Prof Zubairi.Apa Yang Harus Dilakukan ?

Dengan kondisi pandemi Covid 19 yang diperkirakan masih butuh waktu lama untuk hilang, lalu apa yang harus dilakukan agar terhindar dari penularan Covid 19 sekaligus menekan angka kasus positif agar tidak ‘meledak’?

Tetap patuhi Protokol Kesehatan, tidak ada cara lain yang paling ampuh untuk mencegah penularan Covid 19, selain dengan tetap patuhi protokol keseharan secara ketat. Jangan pernah lalai dan abai untuk melakukan protokol kesehatan di manapun berada.

Lakukan vaksinasi, vaksinasi juga menjadi cara yang terbukti bisa menekan kasus Covid 19, terutama angka kematian karena Covid 19. Namun perlu diingat, nilasi efikasi vaksin yang digunakan saat ini belum ada yang 100% menjamin kebal terhadap Covid 19. Banyak terjadi kasus sudah 2 kali divaksin namun bisa bisa tertular. Jadi tetap jaga protokol kesehatan meski sudah divaksin. Atau Anda bisa melakukan Tes Antibodi Kuantitatif untuk mengetahui kadar antibody di dalam tubuh setelah melakukan vaksinasi.

Segera lakukan Tes Covid 19, Jika Anda merasa mengalami gejala Covid 19, jangan ragu untuk segera melakukan Tes Covid 19. Karena ini menjadi langkah awal untuk mencegah penularan Covid 19. Begitu dengan cepat diketahui jika positif Covid 19, maka bisa secepatnya melakukan isolasi mandiri agar tidak menulari orang di sekitar.

Jadi jika merasakan gejala gangguan kesehatan yang mendekati gejala infeksi Covid 19, segera periksakan diri dan melakukan Covid 19 test. Homecare24 menyediakan layanan Covid 19 Test yang dapat mempermudah Anda. Homecare24 menyediakan layanan Covid 19 Test secara homeservice yaitu dapat dilakukan di rumah atau lokasi Anda berada. Selain itu juga tersedia layanan Covid 19 Test secara Drive Thru, jadi Anda cukup tetap berada di dalam kendaraan

Semua itu akan terwujud jika semua orang yang ada di daerah itu sadar. Dari kesadaran tersebut akan muncul dari ketertarikan hati, dari ketertarikan akan muncul kemauan untuk sadar.

Kita sebagai masyarakat seharusnya kita berjuang untuk diri kita dan keluarga kita untuk membasmi wabah tersebut, dengan meningkatkan imun, menjalankan pola hidup sehat serta menjalankan protocol Kesehatan, disisi kita meningkatkan imun kita juga meningkatkan iman dan taqwa kita, dengan meningkatkan ibadah, memperbanyak perbuatan baik, dan selalu berdoa kepada yang maha kuasa agar selalu diberikan Kesehatan.

Jika kita telah melakukan itu semua, kita harus mengajak teman-teman kita untuk melakukan itu. Apabila Pandemi tersebut hilang maka ini kemungkinan akan terjadi, diantaranya, Lebih Banyak Interaksi Tanpa Kontak.

Ada masanya ketika kita masih terkesan dengan inovasi teknologi layar sentuh dan kemampuannya. Namun kini, COVID-19 telah membuat kita memiliki reaksi yang berbeda ketika harus menyentuh suatu permukaan. Kita kini sadar bahwa segala permukaan bisa saja menjadi sumber penyebaran virus.

Maka dari itu, keadaan dunia usai pandemi berakhir, diperkirakan kita akan melakukan sentuhan permukaan yang lebih minim. Kemungkinan, teknologi akan terus berevolusi dan memaksimalkan perintah suara ataupun sensor wajah.

Sebelum pandemi, muncul banyak opsi pembayaran tanpa kontak melalui perangkat seluler. Namun, dengan bertambahnya orang yang ingin membatasi apa yang mereka sentuh, opsi untuk membayar barang dan jasa yang tidak memerlukan kontak fisik kemungkinan akan mendapatkan daya tarik lebih besar. Mesin yang menggunakan sensor wajah sudah digunakan saat ini untuk sejumlah kegiatan seperti membayar barang di toko-toko.

Infrastruktur Digital Akan Semakin Kuat, COVID-19 menyebabkan orang beradaptasi dengan bekerja dari rumah, sendirian.Ini juga memaksa kita untuk menemukan solusi digital untuk melakukan pertemuan, kegiatan belajar mengajar, latihan, dan lebih banyak kegiatan ketika kita berada di rumah. Hal ini pun memungkinkan banyak dari kita untuk melihat kemungkinan untuk melanjutkan beberapa praktik ini di dunia pasca-COVID-19. Mungkin saja nantinya, banyak orang berencana untuk mengurangi perjalanan dan sebagai gantinya melakukan pertemuan secara online. Ataupun bagi anak-anak, mereka akan menemukan cara belajar yang lebih efisien dengan menggunakan teknologi.

Pemantauan yang Lebih Baik Menggunakan IoT dan Big Data, ada fenomena bahwa kekuatan data dalam pandemi secara real-time lebih akurat. Pelajaran yang muncul dari pengalaman ini akan menginformasikan bagaimana kita dapat memantau pandemi di masa depan dengan menggunakan internet teknologi dan Big Data. Aplikasi nasional atau global dapat menghasilkan sistem peringatan dini yang lebih baik karena dapat melaporkan dan melacak siapa yang menunjukkan gejala wabah. Data GPS kemudian dapat digunakan untuk melacak di mana orang yang terpapar dan dengan siapa mereka berinteraksi untuk menunjukkan penularan. Setiap upaya ini memerlukan implementasi yang hati-hati untuk melindungi privasi individu dan untuk mencegah penyalahgunaan data tetapi menawarkan manfaat besar untuk lebih efektif memantau dan mengatasi pandemi di masa depan.

Pengembangan Obat yang Diaktifkan AI, Semakin cepat kita dapat membuat dan menggunakan obat yang efektif dan aman untuk mencegah COVID-19 dan virus di masa depan, semakin cepat virus dapat teratasi. Kecerdasan buatan adalah mitra yang ideal dalam pengembangan obat karena dapat mempercepat dan melengkapi upaya manusia. Realita saat ini akan menginformasikan upaya masa depan untuk memanfaatkan AI dalam pengembangan obat.

Telemedicine, sudahkah Anda menerima email dari profesional kesehatan Anda bahwa mereka terbuka untuk konsultasi jarak jauh atau konsultasi virtual?Untuk membatasi lalu lintas di rumah sakit dan kantor praktisi perawatan kesehatan lainnya, banyak yang menerapkan atau mengingatkan pasien mereka bahwa konsultasi dapat dilakukan melalui video. Daripada bergegas ke dokter atau pusat kesehatan, perawatan jarak jauh memungkinkan layanan klinis tanpa kunjungan langsung. Beberapa penyedia layanan kesehatan telah mencoba upaya iini sebelum COVID-19, tetapi minat telah meningkat sekarang karena jarak sosial diamanatkan di banyak bidang.

Belanja Online Akan Makin Marak,Bisnis yang tidak memiliki opsi online menghadapi kehancuran finansial, dan mereka yang memiliki kemampuan mencoba meningkatkan penawaran. Setelah COVID-19, bisnis yang ingin tetap kompetitif akan mencari cara untuk memiliki layanan online bahkan jika mereka mempertahankan lokasi yang kokoh, dan akan ada peningkatan pada sistem logistik dan pengiriman untuk mengakomodasi lonjakan permintaan apakah itu dari preferensi pembeli atau pandemi masa depan.

Meningkatnya Ketergantungan pada Robot, robot tidak rentan terhadap virus. Entah untuk apa mereka digunakan, mulai dari mengirimkan bahan makanan atau menjalankan produksi di pabrik, perusahaan menyadari bagaimana robot dapat mendukung kegiatan manusia dan memainkan peran penting dalam dunia pasca-COVID-19 atau selama pandemi di masa depan.

.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image