Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dwi Sudarti

Pembelajaran Luring, Solusi Belajar Tanpa Jaringan Internet

Guru Menulis | Wednesday, 22 Sep 2021, 03:34 WIB

Pandemi covid-19 telah membuat guru dan siswa terkejut. Kenapa menjadi terkejut? Karena harus mengubah kebiasaan yang dilakukan secara bertahun-tahun seperti guru dan siswa biasa belajar secara tatap muka di sekolah, bertemu secara rutin setiap hari dan berdiskusi, memecahkan masalah langsung ketemu gurunya dipaksa untuk melakukan pembelajaran jarak jauh yang mana sedikitpun belum merasa sikap secara mental.

Adanya covid-19 menyadarkan bahwa guru harus melek teknologi karena media yang digunakan tidak akan lepas dari perangkat-perangkat dan aplikasi-aplikasi yang selama ini jarang digunakan di kelas. Yang tadinya guru cukup membawa buku pelajaran, spidol dan absen ke dalam kelas, sekarang guru dituntut untuk lebih kreatif menciptakan media yang akan disuguhkan kepada siswa untuk pembelajaran jarak jauh.

Yang tadinya guru merasa belum penting dapat membuat powerpoint, video, bahan ajar, kuis online sekarang guru mau tidak mau harus mempelajari itu agar materi dapat tersampaikan dengan baik. Yang tadinya guru belum mengenal dan mengoptimalkan zoom meeting, webex, WhatsApp Group, google classroom mau tidak mau guru diwajibkan menguasai dan harus bisa mengaplikasikan karena pembelajaran dalam jaringan yang bisa kita sebut dengan pembelajaran daring sangat memerlukan aplikasi itu untuk berkomunikasi dengan siswa.

Setelah guru dipaksa menjadi melek teknologi dan mereka menjadi cerdas, kreatif dalam mengajar dan mereka menjadi semakin percaya diri untuk menggunakan media yang berbasis teknologi tetapi masalahnya tidak hanya selesai sampai guru melek teknologi saja tapi ada hambatan lain bagi guru dan siswa yang berada di daerah seperti tidak ada sinyal sama sekali.

Bukan mereka tidak mempunyai fasilitas seperti smartphone, tetapi jaringan yang belum bisa masuk ke daerah dimana rumah mereka berada. “Miss, mohon maaf, saya mencari sinyal ke gunung dan naik pohon dulu baru dapat mengirim tugas” kata salah seorang siswa.

Pembelajaran menjadi tidak efektif, media yang dibuat oleh guru sebagus apapun, tidak dapat dipakai dan bahan ajar yang dibuat sebagus apapun tidak dapat dikirim dan sampai tepat pada waktu jam pelajaran. Jika kita mengirimnya hari ini bisa jadi tengah malam baru tersampaikan.

Selama ini sebagian orang mengatakan pembelajaran daring masih menjadi solusi yang paling efektif di saat pandemi, tapi pada kenyataan itu tidak berlaku bagi daerah yang kondisinya tidak ada jaringan internet sama sekali.

Untuk mengatasi itu, maka pembelajaran luring dipilih oleh lembaga sekolah yang tidak dapat menjangkau internet dengan baik. Istilah luring adalah kepanjangan dari “luar jaringan” sebagai pengganti kata offline. Dengan melaksanakan pembelajaran luring artinya bentuk pembelajaran sama sekali tidak terhubung jaringan internet.

Media yang digunakan untuk pembelajaran luring adalah televisi dan radio. Siswa dapat menonton program dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di TVRI yang bertajuk belajar dari rumah. Program tayangan ini menjadi salah satu alternatif pembelajaran bagi siswa, guru dan orang tua selama belajar di rumah di tengah wabah covid-19.

Tapi pada kenyataan di lapangan, jangankan untuk mengakses internet untuk mencari sinyal televisi juga susah. Memakai parabola dan alat apapun channel yang diharapkan sangatlah susah. Pada akhirnya, guru harus memutar otak lagi mencarikan solusi agar siswa dapat belajar karena kita tidak tahu pandemi ini kapan akan berakhir dan tidak mungkin siswa akan dibiarkan begitu saja tanpa adanya pembelajaran sama sekali.

Pertama, guru mengunjungi siswa ke rumahnya sesuai jadwal yang telah disepakati, siswa yang rumahnya berdekatan dapat membuat kelompok kecil dan guru mengajarkan materi secara tatap muka. Tentu dilakukan dengan mentaati protokol kesehatan covid-19 seperti jaga kebersihan tangan, jangan menyentuh wajah, terapkan etika batuk dan bersin, pakai masker, jaga jarak, dan jaga kesehatan.

www.republika.co.id

Kedua, guru dapat membuat bahan ajar dan mencetaknya kemudian dibagikan ke siswa. Siswa dapat mengambil tugas dari guru dengan cara datang ke sekolah pada hari yang sudah ditentukan dan tidak secara berkerumun. Artinya dengan sistem bergantian. Misalnya, jika kelas X datang ke sekolah, hari senin, maka kelas XI hari selasa dan kelas XII hari rabu begitu juga dengan mengumpulkan tugas, siswa hanya diperbolehkan datang sesuai jadwal yang sudah disepakati antara pihak sekolah dan orang tua.

Jika warga sekolah datang, maka sekolah wajib mengadakan tempat cuci tangan, sabun cuci tangan, masker, melakukan pengecekan suhu badan siswa dan gurunya setiap datang ke sekolah, agar kegiatan pembelajaran berjalan dengan lancar.

Ketiga, guru membuat video dikirim melalui kabel data ke smartphone siswa dapat dijadikan solusi karena tidak mungkin siswa hanya belajar dengan bahan ajar yang dibacanya saja, mereka memerlukan contoh konkrit yang dapat mereka jadikan contoh. Seperti pembelajaran IPA, Bahasa Inggris, Kimia, Matematika, Fisika sangat perlu dibuatkan video agar siswa tidak merasa kesusahan dalam belajar.

Pembelajaran yang efektif selama pandemi adalah pembelajaran menggunakan blended method, dimana menggunakan sistem daring dan sistem luring secara bersamaan. Tetapi bisa saja menggunakan satu sistem yang dirasa menjadi solusi yang paling tepat sehingga pembelajaran dapat terus dilakukan meski banyak kendala yang dihadapi.

Pada faktanya, teknologi memang bagus, segala informasi didapatkan dengan mudah dan cepat, segala kegiatan apapun dapat dibantu dengan teknologi sehingga terasa enteng tapi peranan manusia apalagi guru sebagai mentor, fasilitator, dan pendidik sampai kapanpun akan selalu dibutuhkan dan tidak tergantikan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image