Andai Pandemi Pergi: Akankah Kita Rindu Situasi Pandemi?
Lomba | 2021-09-21 15:50:15Andai pandemi pergi, akankah kita rindu berada di rumah seraya bersekolah?
Andai pandemi pergi, akankah kita tetap melakukan belanja daring?
Andai pandemi pergi, akankah kita tetap menonton layanan VoD untuk mengisi waktu luang?
Hanya waktu yang akan memberikan jawabannya.
Pandemi Covid-19 merupakan fenomena yang mengubah kebiasaan masyarakat Indonesia secara drastis. Pandemi Covid-19 memaksa masyarakat untuk stay at home demi menekan penyebaran virus berbahaya tersebut. Kebijakan stay at home diambil oleh pemerintah karena Covid-19 bersifat menular sehingga dapat menyebar dengan cepat ke berbagai wilayah. Dilansir dari BNPB, Covid-19 di Indonesia berjumlah 4.190.763 kasus. Di satu sisi, pandemi memberikan tekanan pada perekonomian dengan adanya langkah pembatasan mobilisasi atau PSBB. Dilansir dari Republika.co.id, Indonesia mengalami kerugian Rp 1.365 triliun dikarenakan pendapatan negara mengalami penurunan minus 16,0 karena aktivitas dunia usaha terpukul sangat dalam. Di sisi lain, pandemi menjadi momentum untuk mewujudkan akselerasi transformasi digital yang memanjakan masyarakat dengan kemudahannya. Hal tersebut didukung oleh fakta yang disampaikan oleh Kominfo bahwa penggunaan internet naik hingga 40% dikarenakan pergeseran kebiasaan masyarakat.
Sektor Pendidikan
Pada awalnya, pembelajaran daring mengejutkan kalangan pelajar karena banyak yang belum terbiasa untuk menggunakan media pembelajaran daring dan tidak adanya interaksi dengan guru maupun teman sebaya secara langsung.Namun, setelah lebih dari 1 (satu) tahun pelajar menjalani pembelajaran daring, terdapat segudang manfaat yang dapat digapai melalui pembelajaran daring. Pertama, pelajar dapat dengan mudah mengiringi kegiatan perkuliahan dengan magang, lomba, dan volunteer dikarenakan pembelajaran menjadi fleksibel untuk dilakukan dimana saja tanpa terbatas jarak dan waktu. Kedua, mahasiswa dapat menghemat biaya transportasi apabila universitas yang dipilih berada di luar pulau atau luar negeri dan menggunakan uang tersebut untuk berinvestasi. Ketiga, pelajar memiliki kesempatan lebih banyak untuk mengembangkan kemampuan karena pembelajaran daring memaksa siswa/i untuk lebih aktif dan mandiri.
Pembelajaran daring juga tidak luput dari seruntutan pengalaman yang membuat geleng-geleng kepala. Mulai dari lupa mematikan mikrofon hingga terdengar suara ayam berkokok ketika presentasi yang mengundang tawa seisi kelas, lupa mematikan kamera hingga terlihat baru bangun tidur, lupa menyalakan mikrofon hingga harus mengulang perkataan yang sudah diucapkan selama 5 menit, dan lupa ada kelas maupun tugas karena terkadang setiap hari terasa seperti sabtu-minggu. Momen-momen seperti itu yang membuat kepenatan di tengah ganasnya pandemi hilang karena dengan adanya kelas daring sosialisasi tetap dapat terlaksana.
Apabila pandemi pergi, pembelajaran akan dilakukan secara tatap muka sehingga tidak akan ada lagi ucapan sinyal hilang, kamera tidak dapat dinyalakan, dan bisa saja suara yang dibuat buat seakan sinyal menjadi kurang bagus ketika menjawab pertanyaan. Dengan adanya pandemi, pelajar akan semakin menghargai arti sebuah pertemuan sehingga akan lebih giat belajar untuk mempejuangkan masa depan ketika pertemuan tatap muka.
Sektor Ekonomi
Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM, jumlah UMKM saat ini mencapai 65 juta dengan kontribusi terhadap PDB sebesar 61,07% atau senilai dengan 8.573,89 triliun rupiah. Namun, pandemi Covid-19 menyebabkan lebih dari 70 persen UMKM mengalami penurunan penjualan dan keuntungan hingga lebih dari 50 persen. UMKM di Indonesia harus beradaptasi dengan teknologi digital karena digitalisasi dapat menghemat biaya pemasaran, memperluas jangkauan pemasaran, dan meningkatkan pendapatan. Digitalisasi UMKM dapat dilakukan melalui kerjasama antara pemerintah dengan platform e-commerce. Dengan adanya kerjasama tersebut, maka pelaku di UMKM dapat mendapatkan edukasi digitalisasi, pendampingan bisnis, dan fasilitas pemasaran hingga taraf internasional. Sayangnya, baru terdapat 13 persen UMKM yang telah melakukan digitalisasi dikarenakan keterbatasan infrastruktur teknologi dan kurangnya pengetahuan.
Masyarakat Indonesia sudah terbiasa untuk belanja daring. Hal tersebut dikarenakan belanja daring memiliki banyak pilihan, mudah membandingkan harga, banyak diskon barang maupun ongkos kirim, terdapat pilihan untuk mengembalikan barang, dan waktu berbelanja yang efisien. Peningkatan dalam aktivitas belanja daring juga sejalan dengan peningkatan penetrasi pembayaran digital sehingga tranksaksi lebih mudah dan aman.
Apabila pandemi pergi, belanja daring akan tetap meningkat karena konsumen sudah menjadikannya sebagai sebuah gaya hidup. Dengan perginya pandemi, akan semakin banyak UMKM yang terdigitalisasi karena transfer pengetahuan akan dilakukan secara tatap muka oleh stakeholder terkait.
Sektor Hiburan
Pandemi berdampak pada munculnya berbagai penyedia layanan streaming video on-demand karena dapat digunakan masyarakat untuk menghabiskan waktu ketika berada di rumah dengan memilih tayangan yang diinginkan. Dilansir dari hasil penelitian Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, terdapat 50,2% dari 300 responden menyatakan bahwa pandemi membuat masyarakat mulai berlangganan platform VoD. Fenomena binge watching atau rutinitas menonton tayangan secara terus menerus tanpa harus menekan tombol apapun pada remote juga semakin popular di masyarakat. Terlebih lagi, ketika bioskop belum buka, layanan streaming video on-demand menjadi satu-satunya tempat ekshibisi film baru baik lokal maupun internasional.
Masyarakat Indonesia sudah terbiasa menggunakan platform VoD karena dapat menghemat biaya transportasi, mengisi waktu luang untuk menghilangkan jenuh, memiliki kuasa untuk memiliki pengalaman terpersonalisasi, mendapatkan perasaan positif, dan sarana relaksasi setelah menyelesaikan pekerjaan ataupun tugas. Relaksasi merupakan hal yang krusial di waktu pandemi karena terkadang tidak ada pembedaan antara hari kerja dan hari libur sehingga pekerjaan ataupun tugas dapat dikerjakan setiap hari. Terlepas dari beragam manfaatnya, fenomena binge watching yang berlebihan dapat menimbulkan sakit mata, kecanduan, pola tidur yang tidak menentu, dan menganggu sosialisasi dengan orang-orang terdekat.
Apabila pandemi pergi, masyarakat akan kembali menonton film ke bioskop sebagai sarana hiburan. Namun, tidak serta merta masyarakat akan melupakan platform VoD karena telah menjadi kebiasaan di tengah masyarakat. Penggunaan platform VoD akan terus meningkat selama terdapat peningkatan pengguna internet di Indonesia. Dilansir dari survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) periode 2019-kuartal II/2020 mencatat, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 196,7 juta jiwa. Jumlah tersebut akan semakin meningkat karena setiap sendi kehidupan masyarakat saat ini terhubung dengan digitalisasi.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.