ANDAI PANDEMI PERGI, YUK NGAJI BARENG LAGI!
Lomba | 2021-09-20 18:05:15Bernostalgia dengan nuansa ngaji kala sebelum pandemi. Di kota kami, setiap hari tertentu diisi dengan pengajian bersama. Entah di hari Ahad, di hari Jumat, Selasa malam, Kamis sore dan sebagainya. Hampir seluruh masjid mengadakannya. Dari mulai jamaah yang masih sedikit, hingga yang mendatangkan jamaah ratusan. Dari tokoh ustadz/ustadzah nasional terkenal, hingga dari dalam kota. Kami dengan mudahnya pergi kesana kemari karena semua bebas kami lakukan.
Di saat penjara dunia serasa kami jalani. Bulan maret 2020. Semua kegiatan pengajian dihentikan. Tak ada masjid yang berani mengadakannya. Karena secara nasional, pemerintah mengarahkan untuk berkegiatan dari rumah saja. Dan pengajian yang sudah dijadwalkan terpaksa dibatalkan. Tentu pihak masjid mengalami kerugian dari materiil.
Bulan demi bulan kami jalani. Satu bulan pertama, bulan kedua, menginjak bulan ketiga, kami mulai merasakan keringnya jiwa kami. Tak tersentuh ghiroh atau semangat mengaji dan menimba ilmu agama. Semua kalangan memutar otak, berpikir bagaimana untuk mendapatkan ilmu kembali di tengah kondisi pandemi. Dan alhamdulillah, Allah berikan kemudahan untuk mendapatkan akses lewat internet.
Mulai merebaklah ngaji Online. Pengajian dengan menggunakan fasilitas zoom, google meet, whatsapp vidio, dan sebagainya. Semuanya dilakukan demi kemudahan dalam mencari ilmu khususnya ilmu agama. Semua berbondong-bondong untuk belajar bagaimana mengaplikasikannya. Sarana ini panitia gunakan hampir selama setahun belakangan.
Tak hanya masyarakat lokal daerah, ustadz nasional seperti Aaâ Gym, ustadz Bachtiar Nashir, ustadz Yusuf Mansur, ustadz atau habib Husein Jaâfar, ustadz Salim A. Fillah, ustadz Felix Siauw, ustadz Oemar Mita, Ustadzah Oki Setiana Dewi, mereka juga berlomba-lomba untuk menyiarkan dakwah mereka. Melalui akun sosial media masing-masing. Mereka menggunakan youtube, instagram, tiktok, dan sebagainya. Ketik saja nama mereka di mesin pencarian internet, maka akan muncul.
Selain itu, mulai dari lembaga, komunitas, organisasi Islam, pun ikut berlomba menggunakan media sosial. Tak dipungkiri, saat ini media yang efektif untuk menyiarkan dakwah dan mencari ilmu agama adalah internet lewat media sosialnya. Dakwah kekinian, kata mereka kaum milenial.
Bergesernya jaman inilah, yang membuat tren atau model ngaji juga berubah. Para ulama sangatlah mendukung. Namun mereka menghimbau untuk tetap menerapkan adab dalam mencari ilmu. Faktanya, ketika kita sedang ngaji atau mendengarkan ceramah, ulah jamaah pun beraneka ragam. Mulai dari mendengar ngaji dengan memasak, sambil bekerja di depan laptop, sambil menyuapi anak makan, hingga tiduran.
Menurut saya, jika hal ini dilakukan semata-mata karena kita tak bisa meninggalkan pekerjaan utama kita. Tentu masih bisa ditoleransi. Misalnya ketika jadwal ngaji hari Ahad, seorang ibu berada di rumah sendiri bersama anaknya. Ia tak mungkin meninggalkan anaknya menangis meminta perhatian, sedangkan ibunya berdiam diri untuk mendengarkan ngaji. Semisal pun bisa, silahkan meminta bantuan anggota keluarga atau saudara untuk mengawasi anak dalam beberapa jam ke depan.
Atau tugas seorang anak. Dia mempunyai jadwal ngaji bersama, namun dalam waktu bersamaan, ibunya menyuruhnya untuk membantu pekerjaan ibu. Jika tak bisa ditolak tentunya dengan cara baik, ia bisa melakukan kegiatan itu bersama-sama. Meskipun tak dapat dipungkiri, konsentrasi kita akan berkurang.
Bagaimana menurut pandangan ilmu agama? Sebagaimana banyak dituliskan dalam beberapa artikel, dalil dalam adab menuntut ilmu ada beberapa hal.
Pertama, mengikhlaskan niat. Disini niat ikhlas hanya untuk dan karena Allah taâala. Dalam Al Quran, âPadahal mereka tidak disuruh kecuali agar beribadah hanya kepada Allah dengan memurnikan ketaatan hanya kepadaNya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan memurnikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.â (QS.Al Bayyinah: 5). Semata-mata karena Allah saja.
Kedua, rajin berdoa kepada Allah. Hendaknya setiap penuntut ilmu berdoa memohon untuk diberikan ilmu yang bermanfaat. Rasulullah shalallahu âalaihi wa salam menganjurkan kita untuk selalu memohon ilmu yang bermanfaat dan berlindung kepadaNya dari ilmu yang tidak bermanfaat.
Ketiga, bersungguh-sungguh dalam belajar dan merasa haus ilmu. Kita sebagai seorang muslim dituntut untuk mempunyai kesungguhan. Tidak bermalasan, punya semangat yang tinggi, berdisiplin. Aplikasi dalam sehari-sehari yaitu misalnya dengan bangun malam atau pagi, mencari sumber ilmu kemanapun berada tentunya dengan jalan benar.
Keempat, menjauhkan diri dari dosa dan maksiat. Bertaqwa kepada Allah adalah kunci sebuah ilmu bisa kita terima. Sebagaimana kaca yang terhalang debu, ilmu tidak akan masuk ke dalam hati manusai yang kotor. Senantiasa meningkatkan amal ibadahnya.
Masih banyak hal lagi yang dijelaskan dalam agama. Seperti berlaku rendah hati, tidak sombong, menghormati seorang guru, dan sebagainya. Seperti yang telah dicontohkan para ulama zaman dahulu.
Bagaimana jika pandemi pergi? Saya sangat mengharapkan, kami bisa belajar ilmu agama sampai ke ujung dunia. Baiklah setidaknya, ke masjid yang dekat dengan rumah kita. Lebih hemat dan terjangkau. Dibandingkan kita harus membeli kuota internet, yang terkadang malah terjerumus ke dalam hal-hal yang membuang-buang waktu. Seperti membuka sosial media tanpa memperhatikan waktu dan manfaatnya.
Dalam menghadiri majelis, banyak sekali hikmah yang dapat kita peroleh. Antara lain, mengundang rezeki karena bisa saling bersilaturahmi antar anggota jamaah. Mendapatkan kebahagiaan karena bisa saling mengabarkan kondisi masing-masing. Majelis ilmu merupakan taman-taman surga di dunia. Bisa dibayangkan, jika tamannya saja bisa kita nikmati bagaimana dengan surganya kelak. Dengan menghadiri majelis ilmu, kita dihindarkan dari kegiatan yang tidak bermanfaat dan maksiat.
Semoga Allah senantiasa memberikan kemudahan, perlindungan untuk kita khususnya masyarakat Indonesia dimanapun kita berada. Semoga Allah memberikan rahmatNya kepada kita. Memurahkan ilmu untuk kita gapai. Semua dalam naungan nikmat Iman dan Islam.
#AndaiPandemiPergi
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.