Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Andri Saleh

Mereka Yang Merugi Andai Pandemi Pergi

Lomba | Monday, 20 Sep 2021, 11:37 WIB
Andrea Piacquadio from Pexels" />
Photo by Andrea Piacquadio from Pexels

Tidak bisa dimungkiri, pandemi Covid-19 sudah mengubah tatanan hidup dan perilaku manusia. Tidak hanya itu, kondisi ekonomi pun terdampak sangat jelas. Menurut data BPS, Indonesia mengalami resesi ekonomi di kuartal ketiga tahun 2020. Pertumbuhan ekonomi menyentuh angka minus 3,49 persen. Banyak perusahaan gulung tikar, pegawai di-PHK dan dirumahkan. Melihat kondisi ini, semua orang menginginkan pandemi segera pergi. Semua ingin hidup kembali normal seperti sebelumnya.

Tapi di sisi lain, ada pihak-pihak tertentu yang justru mendulang keuntungan besar dari kondisi pandemi ini. Sebut saja perusahaan farmasi dan perusahaan yang bergerak di bidang teknologi. Dua perusahaan inilah yang banyak dibutuhkan semua orang di masa pandemi. Apalagi, pandemi ini bersifat global dan terjadi di hampir semua belahan dunia. Bisa dibayangkan, kan, berapa besar omzet dua perusahaan tadi?

Andai pandemi pergi dari muka bumi ini, maka bisa dipastikan perusahaan tadi akan mengalami penurunan omzet. Bahkan, bisa dikatakan merugi. Saya sempat berpikir, apakah mereka menginginkan pandemi segera berakhir? Atau justru sebaliknya, menginginkan pandemi tetap berlangsung? Biar jelas seperti apa gambarannya, berikut ini adalah perusahaan yang akan terdampak andai pandemi berakhir.

#1 Perusahaan Vaksin

Selama masa pandemi, khususnya di awal tahun 2021, perusahaan vaksin meraup keuntungan yang sangat besar. Wajar saja, semua orang membutuhkan vaksin sebagai upaya mendapatkan kekebalan tubuh. Tidak main-main, keuntungannya bisa mencapai puluhan miliar dolar per tahun.

Sebagai contoh, perusahaan BioNTech asal Jerman yang memproduksi vaksin Pfizer diprediksi meraih keuntungan 21,5 miliar dolar di tahun 2021 ini. Sedangkan di tahun 2022 diprediksi keuntungannya sebesar 8,6 miliar dolar. Dan, semakin mengecil di tahun 2023 sebesar 1,95 miliar dolar.

Meski keberadaan vaksin tetap dibutuhkan setelah pandemi berakhir, namun tetap saja penurunan omzet akan berdampak buruk terhadap perusahaan.

#2 Perusahaan Alat Kesehatan

Selain perusahaan vaksin, yang mendulang keuntungan yang sangat besar saat pandemi adalah perusahaan yang bergerak di bidang penyediaan alat kesehatan.

Sebagai contoh, PT. Itama Ranoraya, salah satu perusahaan yang bergerak di bidang penyediaan alat kesehatan, mencapai keuntungan bersih di kuartal pertama tahun 2021 sebesar 20,91 miliar rupiah. Jumlah ini adalah 8 kali lipat dari periode yang sama di tahun sebelumnya. Dan, sumbangsih terbesar lonjakan keuntungan ini adalah dari penjualan alat kesehatan in vitro yang ditopang oleh alat tes swab.

Sekarang, andaikan pandemi berakhir, maka tidak akan ada lagi orang yang melakukan tes swab. Hasilnya sudah bisa ditebak, omzet dan keuntungan perusahaan akan turun drastis.

#3 Laboratorium Kesehatan

Pihak selanjutnya yang diperkirakan mengalami penurunan omzet andai pandemi pergi adalah laboratorium kesehatan, khususnya laboratorium yang menyediakan layanan tes swab. Seperti kita ketahui bersama, di awal-awal masa pandemi, laboratorium kesehatan adalah tempat yang sangat sering dikunjungi. Setiap hari pemandangan antrean berjubel di ruang tunggu laboratorium. Ini tentu mendatangkan keuntungan yang besar.

Sebagai contoh, PT. Diagnosis Laboratorium Utama, Tbk., sebuah laboratorium klinik yang menyediakan jasa tes swab meraup omzet 168,8 miliar rupiah pada semester 1 tahun 2021. Sedangkan keuntungan bersih perusahaan tumbuh hingga 4 kali lipatnya secara year on year. Sungguh luar biasa, bukan?

Namun, lonjakan keuntungan seperti ini tentunya tidak akan diperoleh lagi andaikan pandemi berakhir.

#4 Aplikasi Pertemuan Virtual

Selain perusahaan di bidang kesehatan, perusahaan di bidang IT pun semakin berjaya di masa pandemi. Tuntutan pekerjaan dan aktivitas lain yang cukup banyak sedangkan setiap orang harus tetap berada di rumah, membuat aplikasi pertemuan virtual banyak digunakan. Sebut saja aplikasi Zoom Meeting atau Google Meeting yang banyak digunakan oleh pegawai yang Work From Home (WFH) atau anak-anak sekolah dan kuliah yang melakukan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).

Sebagai contoh, di masa pandemi, harga saham perusahaan Zoom meroket hingga 300 persen. Dan, Eric Yuan selaku CEO Zoom masuk dalam daftar 400 orang terkaya versi majalah Forbes.

Andai pandemi berakhir, otomatis penggunaan aplikasi pertemuan virtual akan berkurang. Karena, bagaimanapun, pertemuan offline jauh lebih efektif daripada online. Akibatnya, bisa dipastikan omzet perusahaan aplikasi pertemuan virtual akan anjlok.

#5 Penyedia Jasa Webinar

Selama masa pandemi, hampir semua kegiatan dilakukan secara virtual, baik itu pelatihan, workshop, atau seminar. Maka tidak salah kalau usaha penyedia jasa web seminar (webinar) begitu menjamur dimana-mana. Harga yang ditawarkan pun beraneka ragam, mulai dari paket lengkap hingga yang sederhana. Umumnya, penyedia jasa webinar ini mematok harga minimal di kisaran 20 juta untuk sekali webinar.

Dan, seandainya pandemi ini berakhir, otomatis kegiatan semacam pelatihan, workshop, dan seminar akan kembali digelar secara offline. Omzet penyedia jasa webinar pun pastinya akan menurun drastis.

Dari uraian ini, tentunya akan jadi buah simalakama andai pandemi ini pergi. Di satu sisi, kehidupan akan kembali normal, ekonomi kembali menggeliat, dan tentunya semua orang bahagia. Tapi di sisi lain, ada jenis usaha yang terpuruk karena sudah kurang dibutuhkan lagi.

Tapi, bagaimana pun kondisinya, tentunya kita semua sangat berharap pandemi ini segera pergi. Kesehatan adalah hal yang paling utama dibandingkan nominal uang yang berderet-deret. Seperti nasihat yang disampaikan oleh Syekh Mutawalli Assya'rawi, seorang ulama besar Al-Azhar, "Harta adalah rezeki yang paling rendah, kesehatan adalah rezeki yang paling tinggi, anak saleh adalah rezeki yang paling utama, sedangkan rida Allah adalah rezeki yang paling sempurna".

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image