Secepatnya Kesehatan Mental Kita Lekas Terobati
Lomba | 2021-09-16 17:38:11Pergantiaan hari terus berjalan, dan tak terasa saat ini kita sudah memasuki tahun kedua hidup berdampingan dengan Covid-19. Kalau ditanya kuat atau tidak? tentu jawabanya tidak kuat. Karena, sebagian besar masyarakat yang terkena dampak Covid-19 ini pasti merasakan hal yang serupa seperti ketakutan, kecemasan, serta depresi yang menggangu kesehatan mentalnya. Selain itu, kita harus rela kehilangnya pekerjaan sampai rela kehilangan nyawa orang-orang tersayang termasuk keluarga.
Menurut data terbaru per 15 september 2021 yang dilansir dari laman covid19.go.id telah tercatat dan terkonfirmasi kasus positif Covid-19 sebanyak 4.718.164 dengan kasus korban meninggal sebanyak 139.682. Dapat dilihat angka penularan terus meningkat setiap harinya diiringi dengan angka kematian yang tak kunjung berhenti. Tetapi, di balik itu semua kasus yang telah dinyatakan sembuh dari Covid-19 sebanyak 3.953.519 jiwa. Sehingga, hal ini membuat beberapa masyarakat sedikit lebih tenang namun sedikit cemas melihat peningkatan angka kasus penyebaran Covid-19 berjalan bergitu cepat.
Memang untuk berada di situasi sekarang ini sangatlah menantang, hal ini yang dirasakan oleh sebagian tenaga kesehatan, tenaga pendidik, pelajar, mahasiswa, serta pekerja yang harus melakukan aktivitasnya dengan sabar demi keberlangsungan hidupnya. Selain itu, kita semua dituntut untuk dapat melakukan komunikasi melalui daring. Sebenarnya, Itu semua tidaklah mudah untuk dijalankan oleh sebagian orang, terutama untuk mereka yang masih awam dengan kecanggihan teknologi sekarang ini.
Saat ini, salah satu yang menjadi dampak berjangka panjang pada pandemi Covid-19 ialah kesehatan mental. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh World Health Organization (WHO) mengenai kesehatan mental pada pandemi Covid-19, menyatakan bahwa beberapa faktor mulai muncul akibat pandemi ini seperti kejenuhan, ketakutan, kecemasan, serta kesehatan mental lainnya.
Selama pandemi ini, kelompok yang paling terkena dampak pada Covid-19 ini ialah anak remaja serta lanjut usia. Dilansir dari laman Kemenppa.go.id menyatakan bahwa saat ini kondisi mental anak sedang mengalami depresi dan kecemasan selama pandemi ini. Berdasarkan hasil survei U-Report UNICEF Indonesia pada Juni 2020 menyatakan bahwa, â42% pelajar membutuhkan materi KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) mengenai kesehatan mental terhadap anakâ ungkap Ali Aulia Ramly, Spesialis Perlindungan Anak dari UNICEF Indonesia.
Bahkan, untuk permasalahan kesehatan mental ini saja masih terabaikan seolah semua berjalan dengan kondisi mental yang sedang baik-baik saja. Kenyataannya, kesehatan mental kita sudah sangat diuji dan tertekan pada pandemi ini. Semestinya, kesehatan mental dan kesehatan fisik harus sama-sama kuat demi keberlangsungan hidup ini.
Melihat banyaknya peningkatan terhadap kesehatan mental menyebabkan anak merasa tertekan, jenuh, dan mulai merasakan bosan karena tuntutan sekolah atau lingkungan. Akhirnya, beberapa organisasi mengadakan seminar atau kegiatan yang mengangkat tema seputar kesehatan mental terhadap anak. Hal tersebut, mungkin bertujuan memberikan dampak positif sehingga membantu sedikit permasalahan mental yang sedang dialami oleh anak-anak.
Sebenernya, kita sendiri dapat mengatasi kesehatan mental yang sedang kita alami pada pandemi ini. Dengan cara, menjaga pola tidur yang baik dan hilangkan rasa khawatir yang berlebihan sehingga membuat diri kita menjadi cemas. Dengan begitu, kita juga harus meyakinkan kepada diri kita bahwa kesehatan mental kita sedang baik-baik saja dan tidak sedang tertekan. Dengan begitu, perasaan yang sedang kita rasakan bisa perlahan-lahan menghilang.
Selain itu, kita juga harus meyakinkan kepada diri kita sendiri bahwa kita hidup di dunia ini tidak sendirian, kita disini masih memiliki keluarga, teman dan lingkungan yang bisa kita percayai. Mulai dari sekarang, lakukan sebisa mungkin diri kita lakukan. Berjalanlah sesuai keinginan yang kita mimpikan. Dan percayalah, bahwa pandemi ini memberikan banyak pelajaran hidup yang baru bagi kita semua.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.