Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Vinni Ayuningtyas

ANDAI PANDEMI PERGI

Lomba | Wednesday, 15 Sep 2021, 14:34 WIB

“ANDAI PANDEMI PERGI”

OLEH : VINNI AYUNINGTYAS

Pagi itu, Maret 2020. Terbangun dan berasa ada di dunia lain kata saya pada diri sendiri. Hari itu, keramaian tidak di perbolehkan, anak-anak yang bersekolah belajar dari rumah, pusat perbelanjaan sempat di tutup dan saya mulai merasakan ke khawatiran akan kehilangan orang-orang di sekitar saya. Hari itu, alam kembali menyadarkan saya bahwa udara, air dan langit tanpa manusia mereka akan baik-baik saja. Ya, pandemi Covid-19 yang merubah semuanya menjadi tak baik-baik saja.

Juli 2021, 1 tahun berlalu namun pandemi tak kunjung pergi. 2 bulan kemarin saya di ingatkan kembali akan bahaya nya pandemi ini. Salah satu keluarga saya yaitu suami terkena virus tersebut. Entah datangnya darimana virus itu, virus yang merubah orang yang dekat menjadi jauh tersebut seatap bersama saya dan keluarga.

Isolasi mandiri pun berjalan selama 3 Minggu dengan segala pertanyaan dari anak saya yang belum mengerti apa-apa akan pandemi ini.

“Mah, kenapa papa sakit?, “mah, kenapa kita harus pisah kamar dengan papa?’, “mah, kenapa kita tidak boleh berdekatan dengan papa?”, dan masih banyak lagi pertanyaan yang anak saya tanyakan.

Lalu saya jawab :” kita ini lagi melawan virus nak, virus itu namanya Covid, virus ini mematikan, jadi kita harus jaga jarak dulu ya sama papah”. (Sambil menahan tangis).

Setiap pagi kami selalu menantikan teriknya matahari. Masih dengan kepolosan anak saya bertanya tentang pandemi yang membuat dirinya dan papanya berjarak, “mah, aku mau mengintip papa dari jendela ya (ini karena kami selalu berjemur beda waktu)”,katanya. Lalu saya hanya menganggukan kepala tanda setuju (tetap dengan perasaan yang sama yaitu menahan tangis).

Selama masing-masing dari kami isolasi mandiri (suami beda kamar dengan saya dan anak), ada banyak yang tanpa sengaja saya dan anak bicarakan. Salah satunya adalah dia ingin ketika papanya sembuh nanti, dia ingin bermain barbie.

“Mah, nanti kakak main-main ya sama papa. Mau main barbie sama papa”, katanya.

“Haha, iya nak. Sekarang kakak banyak berdoa ya, agar papa cepat sembuh dan bisa main barbie sama kakak”. (Seketika aku tertawa karena ucapan nya yang ingin bermain boneka dengan papanya).

“Mah, kenapa kita di rumah pakai masker terus? kan engap mah”. Kembali di hadapkan pertanyaan tentang pandemi ini.

”Karena kita sedang melawan virus jahat nak”.Jawab saya.

“Kenapa virus ini jahat mah? kita kan ga jahat sama virus”, tanya nya lagi.

(Seketika saya hening, karena pertanyaan satu ini)

Saya pun lebih menjelaskan secara detail jika virus ini mematikan.

3 Minggu berlalu dan ucapan syukur tak berhenti saya ucapkan hari itu. Dari pandemi tersebut banyak pelajaran yang saya dapatkan bahkan uang yang banyak pun tak bisa membeli kesembuhan jika sudah terkena virus ini.

Jadi, jika di berandai :”Andai pandemi ini berakhir” maka akan saya jawab, saya ingin kesehatan, kebersamaan dan kebebasan.

Imun yang kuat adalah salah satu kunci kesehatan, saya ingin keluarga dan orang-orang di sekeliling saya tetap sehat.

Kebersamaan, berkumpul dengan keluarga, teman dan orang-orang di sekeliling tanpa takut virus ini. Dari pandemi ini, kita di wajibkan menjalankan social distancing/jaga jarak, menjaga jarak ini yang membuat kita semua memiliki keterbatasan dalam melakukan hal yang biasanya kita lakukan. Dari sinilah saya baru mulai menghargai hal-hal kecil yang di lewatkan.

Kebebasan, bicara tentang kebebasan ini. Selama suami sakit, karena kita hidup di era layanan digital, delivery order makanan pun sudah menjadi hal yang biasa. Namun ternyata makan di luar tetap memberikan kesan tersendiri, di samping kita tidak bosan dengan menu yang itu-itu saja, tempat makannya yang memberikan suasana berbeda dari biasanya karena berada di luar rumah. Lalu, piknik dan travelling, selain bebas untuk bermain di luar rumah tanpa khawatir akan keramian, kita juga tidak perlu takut tertular virus ini.

Dengan ketidakpastian kapan pandemi ini akan berakhir, untuk saat ini kita mungkin hanya bisa berandai-andai,

Tetap jaga protokol kesehatan karena jika sudah terkena virus ini dampak tidak mengenakan akan terasa sekali. Semoga kita selalu di berikan kesehatan selalu. Aamiin

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image