Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Hening Nugroho

Andai Pandemi Pergi, Hidup Kembali di Era New Normal

Lomba | Wednesday, 08 Sep 2021, 22:58 WIB
sumber foto : republika.co.id

Sebelumnya tidak ada penjelasan mengenai seperti apa sebuah kehidupan yang benar-benar baru itu, setiap orang pasti akan bertanya-tanya, bagaimana kehidupan yang baru itu muncul dalam situasi yang tidak biasa, seperti pandemi. Tentu akan ada perubahan perilaku dari kebiasaan sebelumnya menjadi sesuatu yang baru, dan munculnya berbagai bentuk kebutuhan yang tidak seperti biasa seperti masker, dan lain-lain.

Kehidupan yang baru tentu akan menimbulkan kebiasaan yang baru pula, sehingga nantinya akan menjadi sebuah kebiasaan yang normal di dalam masyarakat atau biasa disebut The New Normal. Namun semenjak pandemi Covid-19 melanda Indonesia, lantas orang-orang juga bertanya apa yang dimaksud The New Normal itu.

Seperti dilansir dalam situs inews.id (bit.ly/36gHUCg) kemunculan istilah The New Normal bukanlah sesuatu hal yang baru, seperti yang termuat dalam sebuah buletin Asosiasi Cahaya Listrik Nasional, yang terbit pada Desember 1918, sekitar abad ke-20 yang lalu, ditulis oleh Henry Wise Wood, yang mengatakan : "The question before us, therefore, are, broadly, two : How shall we pass from war to the normal with the least jar, in the shortest time? In what respect should the new normal be shaped to differ from the old?"

Ringkasnya, Henry mempertanyakan dua hal : bagaimana masyarakat saat itu beralih dari perang ke situasi normal dalam waktu singkat? Kedua dalam hal apa seharusnya normal baru itu berbeda dengan yang lain? Dalam perkembangannya istilah new normal pada masa inilah yang kemudian dianggap bisa menggambarkan "new normal sebenarnya" yaitu peralihan dari satu situasi ke situasi yang lainnya dengan membawa sebuah pengharapan. Henry dalam artikelnya telah menandai pembagian sejarah dalam tiga periode, yakni masa perang, transisi, dan masa new normal.

Istilah The New Normal mampu menunjukkan keragaman konteks yang menghasilkan perbedaan makna. Menurut situs Kompaspedia.kompas.id (bit.ly/3xiQ4Ge) bahwa pada abad ke-21 penggunaan istilah The New Normal kembali muncul namun mempunyai makna dan konteks yang berbeda dari abad sebelumnya, oleh Roger McNamee.

Dalam pengantar buku karangan John Putzier, Weirdos in the Workplace : The New Normal-Thriving in the age of the Individual (2004). Roger McNamee dianggap sebagai pencetus pertama istilah The New Normal yang dipahami sebagai situasi yang baru, saat seseorang bersedia mengikuti aturan main yang baru dalam jangka waktu yang panjang. Dalam masanya itu, Roger McNamee yang ternyata seorang investor di bidang teknologi menganggap istilah The New Normal sebagai era baru dalam bidang bisnis dan keuangan yang menjadi tujuan bagi investasi yang cerdas.

Rupanya, dalam perjalanan dari waktu ke waktu istilah The New Normal telah mengalami perubahan makna dari situasi yang berbeda pula pada zamannya, untuk saat ini ketika kita melihat dari situasi yang sedang terjadi, kebiasaan yang muncul dalam situasi yang berbeda dari kondisi sebelumnya merupakan sebuah kebiasaan dari pemberlakuan kebijakan New Normal, seperti yang terjadi di negara kita, Indonesia.

Selama pandemi Covid-19, kebiasaan masyarakat kita banyak yang berubah, orang-orang memakai masker, menjaga jarak, di jalan mereka menegur sapa tapi dari kejauhan, tidak boleh berkerumun, makan kadang juga menyendiri, sedikit demi sedikit mobilitas manusia hilang dari jalanan, setibanya di rumah mereka mencuci tangan dengan sabun, mereka lebih banyak beraktivitas di rumah, kalau pergi hanya seperlunya saja. Mereka tidak menghilang namun mengikuti kebiasaan yang baru atau yang sekarang disebut dengan istilah New Normal.

Menurut situs wikipedia.org (bit.ly/3hCNQL8) istilah kenormalan baru atau new normal mengimplikasikan bahwa sesuatu hal yang sebelumnya dianggap tidak normal atau tidak lazim, menjadi umum dilakukan. Transformasi ini adalah untuk menata kehidupan dan perilaku baru, termasuk saat menghadapi pandemi Covid-19 yang terjadi saat ini. Andai pandemi pergi tentu banyak yang merasa gagap dan gugup dalam menghadapi kebiasaan baru ini, memang banyak masyarakat yang sulit meninggalkan kebiasaan lama mereka, jadi secara tidak langsung untuk mengubah perilaku sehari-hari pun dirasa tidak mudah.

Dibutuhkan pemahaman untuk mengubah perilaku masyarakat dari kebiasaan lamanya, meski kebutuhannya sangat mendesak kita harus tetap belajar untuk memahami bagaimana menerapkan kebiasaan baru dalam situasi New Normal dengan cara bertahap, dengan harapan, kebiasaan baru tersebut dapat mengubah perilaku masyarakat dengan cara menerapkan protokol kesehatan, yang bertujuan untuk membiasakan dan memberi kesadaran kepada masyarakat agar lebih bersih dan bijak dalam menjaga kesehatan, baik untuk diri sendiri maupun lingkungan, khususnya dalam usaha pencegahan dan pelindungan terhadap bahaya virus Covid-19.

#lombamenulisopini

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image