Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Hening Nugroho

Andai Pandemi Pergi ; Move On

Lomba | Wednesday, 08 Sep 2021, 16:52 WIB
sumber foto : Hipwee.com

Jangan bertahan pada suatu keadaan yang sulit, move on. Kata yang begitu mudah diterima telinga anak muda, dan tentunya sangat sederhana namun mujarab, dan ajaib. Ketika seseorang telah mengalami masa-masa sulit di masa pandemi saat ini, terutama saat hidup di masa yang penuh Virus Corona, betul-betul sangat membosankan harus tinggal di rumah terus, dengan segala urusan yang belum rampung, dan harus di mulai dari nol lagi. Andai saja pandemi pergi, kita harus bangkit, harus move on. Jangan merasa lelah dalam mengarungi kehidupan yang penuh cobaan ini.

Move on adalah salah satu cara ataupun obat yang paling mujarab untuk melupakan masa lalu dan berjuang bangkit menatap masa depan. Mendengar namanya saja seolah kita berupaya didorong untuk bangkit dari segala penderitaan macam apapun. Tidak hanya sugesti yang diberikan tapi dorongan kekuatan batin yang sengaja ditimbulkan dari reaksi kimia dalam tubuh hingga mampu memberikan nafsu manusia untuk segera bergerak mengisi segala macam aktivitas secara normal seperti sediakala.

Mendengar banyak cara yang dilakukan dengan materi yang terlalu megah akan sangat sulit untuk dilakukan, apalagi dalam mempraktekkannya membutuhkan waktu, namun ini ketika seseorang mendengar kata “move on” seolah jiwa kita ditepuk sedimikan rupa hingga bergetar dan berkata, “sudahlah, bangkit, lupakan masa lalu,” tidak sulit memang daripada mendengar uraian macam panjang lebar. Ini cukup simpel dan tidak butuh waktu lama untuk memulai melakukan move on itu, tidak sulit.

Ketika move on sejatinya kita telah mulai untuk bergerak dan berupaya mengenal diri sendiri, tanpa kita ketahui, dengan cara apa? Senantiasa kita bertanya pada diri kita sendiri mengenai masalah yang sedang dihadapi, lalu berupaya mengoreksi kesalahan kita, semacam introspeksi diri lalu berusaha mencari jawabannya sendiri, “apa yang harus aku lakukan?” , “kesalahanku apa?” , “lalu bagaimana?” , ”aku harus bagaimana?” dan seterusnya, untuk apa kita terus-terusan memikirkan masalah yang sudah berlalu, kita harus menatap masa depan.

Secara tidak langsung emosi akan bangkit, nafsu makan meningkat, memulai kehidupan baru, lupakan masa pandemi, saat menyendiri di kamar sendirian karena PPKM, kini bisa keluar dari pintu kamar dengan wajah ceria, senyum bahagia, dan berkumpul dengan sahabat untuk mencari ide, belajar, berusaha positif.

Dengan “move on” mampu membangkitkan rasa kepedulian terhadap diri sendiri dan juga pada orang lain, mampu mengenali diri dan juga mampu berinteraksi secara sosial. Pada dasarnya dengan move on dapat juga membangkitkan rasa kepercayaan diri, suatu dorongan untuk meningkatkan aksi sosial hingga berujung pada pembentukan karakter atau watak seseorang.

Pembentukan watak atau karakter seseorang tentu sewajarnya dimulai pada kondisi seseorang yang normal, namun dengan move on tampak tidak begitu sulit untuk menerimanya, dalam suatu keadaan yang sangat memungkinkan, apapun macam kondisinya. Misal ketika depresi berat, stress saat menghadapi pandemi, seseorang yang sudah terlena dengan kondisi semacam itu tentu akan sulit untuk kembali beraktivitas normal seperti biasa, tapi jika dalam keadaan normal seseorang telah mampu memberikan rasa kepercayaan dirinya maka tentu di masa sulitnya seseorang akan mampu mengelola aktivitas mentalnya secara baik. Misal ; tidak begadang sampai tengah malam, mencuci tangan dengan sabun, selalu menjaga kesehatan, memakai masker, atau yang lainnya. Hal-hal sederhana seperti itu akan senantiasa terkonsep dalam diri seseorang secara teratur.

Saat pandemi mengajak kita untuk menyendiri, menjauhi diri dari kegiatan sosial, menjaga jarak dengan orang lain, hingga terbentuk karakter yang dapat membuat kita susah untuk berinteraksi dengan masyarakat sekitar, hal ini jugalah yang menyebabkan timbulnya masalah yang berhubungan dengan kepribadian. Merasa senang dengan aktivitasnya sendiri, dimana-mana sendiri, lebih mementingkan individualitas daripada sosial. Seolah tidak memperdulikan apa yang dikerjakan oleh orang lain, hal ini pula yang menyebabkan rasa anti sosial dan kurang peka terhadap lingkungan maupun pada diri sendiri, seseorang bisa terkena dampaknya, termasuk stress, bahkan bisa bunuh diri.

Meski lebih mementingkan dirinya sendiri namun berinteraksi sosial juga perlu, perlu diketahui bahwa salah satu penilaian terhadap diri kita juga berasal dari penilaian orang lain. Jika kita takut pada sendiri dengan menolak berhubungan secara sosial akibat aturan pandemi maka inilah yang menyebabkan timbulnya gejala masalah mental. Maka sebagai salah satu cara terbaik yang bisa kita lakukan saat ini adalah bangkitkan rasa kepercayaan diri, berusahalah untuk move on, tidak ada obat selain bangkit dari dalam diri sendiri. Menilai diri sendiri, mulai dari menjaga kesehatan diri sendiri, dan lingkungan itu memang sangat diperlukan untuk membentuk tabiat yang baik agar kelak kita mampu menjadi generasi yang lebih sehat dan bahagia, alhasil ketika telah mampu mengenal diri sendiri maka tak pelak juga akan mampu menjaga kondisi mental dengan baik, mudah-mudahan kita akan menjadi bangsa yang sehat, bahagia sejahtera lahir dan batin, lepas dari ketakutan masa lalu, serta jangan takut untuk bangkit.

“Move on” yuk!

#lombamenulisopini

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image