Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Kiki F. Wijaya

BERLINDUNG DARI DELAPAN SUMBER PENDERITAAN

Agama | 2021-09-08 13:13:07

"Allahumma inni a'uzubika minal hammi wal hazan. Wa a'uzubika minal ajzi wal kasali. Wa 'auzubika minal jubni wal bukhl. Wa a'uzubika min gholabatiddayni waqohrirrijal"

Artinya : "Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari kesusahan dan kesedihan. Dan Aku berlindung kepadamu kelemahan dan kemalasan. Dan aku berlindung kepadamu dari sikap pengecut dan kikir. Dan Aku berlindung kepadamu dari hutang dan tekanan orang lain".

Inilah salah satu doa yang termaktub dalam zikir pagi dan petang sebagaimana yang diajarkan Rosulullah saw. Kita lazim menyebutnya sebagai Al Ma'tsurot. Selain doa di atas, ada juga zikir, doa, dan munajat lainnya yang sangat indah dan menyentuh.

Alhamdulillah, saya belajar mempraktekkan suluk ini setiap hari. Selepas sholat subuh dan maghrib, saya bersimpuh di salah satu sudut gubuk saya yang sederhana lalu melantunkan untaian zikir ini. Kadangkala saya melakukannya sambil menggendong buah hati yang masih belia. Selesai zikir, saya tiupkan tangan saya lalu saya usapkan ke kepala anak saya sembari berharap semoga Allah melimpahkan kesehatan, penjagaan, kemuliaan, dan kecerdasan kepadanya.

Doa yang saya nukilkan ini sangat kita perlukan ketika kita menghadapi kesulitan. Dalam doa itu, Rosulullah saw mengajarkan kepada kita untuk berlindung kepada Allah dari delapan perkara yang disandingkan Beliau menjadi empat pasangan.

Pertama, Nabi mengajarkan kita untuk berlindung dari kesusahan dan kesedihan. Dua perasaan inilah yang lazim kita alami manakala tertimpa musibah. Hanya saja, ada perbedaan antara kesusahan dan kesedihan. Kesusahan lebih bersifat subjektif. Artinya, perasaan itu timbul dari dalam diri kita sendiri. Kita membayangkan bakal terjadi ini dan itu padahal belum tentu terjadi. Misalnya kita membayangkan bakal terjadi resesi ekonomi, wabah yang terus meluas dan tak kunjung selesai, kerusuhan sosial, dan lain sebagainya.

Pada saat yang sama kita juga dilanda kesedihan. Bedanya, kesedihan itu bersifat objektif. Ada peristiwa atau keadaan yang menimbulkan kepedihan yang dalam. Misalnya, akibat wabah Covid-19 ini, ada sebagian saudara kita berkurang pendapatannya atau malah kehilangan pekerjaannya sama sekali. Bahkan, ada pula yang terpaksa ditingggalkan oleh orang yang dicintainya untuk selama-selamanya.

Kedua, Nabi mengajarkan kepada kita untuk berlindung dari kelemahan dan kemalasan. Barangkali, Nabi sengaja menyebutkan dua sikap ini karena beliau menyadari bahwa dalam situasi sulit selalu ada sebagian orang yang makin terpuruk hidupnya karena merasa tak berdaya dan malas mencari jalan keluar. Bagi mereka tak ada celah dari kesulitan sehingga satu-satunya jalan adalah menerimanya dengan pasrah tanpa melakukan upaya apa pun. Mereka lupa bahwa dalam setiap kesulitan pasti ada kemudahan dan dalam setiap musibah sesungguhnya ada berkah yang tersembunyi

Mereka inilah yang disinggung Al-Qur'an dalam surat Al Isra' ayat 83 : "Dan apabila Kami berikan kesenangan kepada manusia, niscaya dia berpaling dan menjauhkan diri dengan sombong. Dan apabila dia ditimpa kesusahan, niscaya dia berputus asa".

Ketiga, Nabi mengajarkan kita untuk berlindung dari sikap pengecut dan kikir karena dalam situasi sulit umumnya keberanian kita menciut dan sifat kikir menggerogoti kita. Kita dijangkiti ketakutan yang berlebihan sehingga virus Covid -19 ini menjadi momok yang sangat menakutkan bagi sebagian orang.

Tengoklah bagaimana perilaku sebagian kaum berkantong tebal di negeri ini. Mereka berbondong-bondong meninggalkan tanah air untuk menyelamatkan dirinya dan keluarganya karena menganggap pemerintah tak becus mengatasi keadaan genting ini.

Bersamaan dengan hal itu, dalam situasi sulit ini kita cenderung hanya memikirkan diri sendiri. Kita dihinggapi sifat kikir dan abai dengan penderitaan orang lain. Kita lupa, ketika pemerintah menginstruksikan rakyat untuk berdiam di rumah, ada jutaan orang yang bingung bagaimana mereka bisa mengais rejeki. Mereka tak punya gaji bulanan. Hanya mengandalkan pendapatan harian. Mereka sangat memerlukan bantuan. Tapi, bibir mereka kelu karena malu dan tak mau membebani orang lain.

Akhirnya, Nabi mengajarkan kepada kita untuk berlindung dari hutang dan tekanan orang lain. Sepertinya Nabi sudah memperkirakan bahwa setiap musibah bakal mempengaruhi kondisi keuangan kita. Ada beberapa cara yang biasanya kita lakukan untuk mengatasi kondisi yang tidak menyenangkan ini. Mulai dari menguras tabungan, menjual aset yang kita miliki, sampai dengan berhutang. Beruntunglah jika kita mendapatkan orang-orang yang berhati mulia dan bersedia meminjamkan sebagian uangnya dengan cara yang benar. Namun tak bisa dipungkiri bahwa ada pula segelintir orang atau pihak tertentu yang memberikan pinjaman dengan bunga yang mencekik. Bila kelak kita mengalami kesulitan melunasi pinjaman itu, mereka akan terus menekan dan mengintimidasi kita. Walhasil, hidup kita tak tenang, dihantui ketakutan. Terjerembablah kita dari satu lubang ke lubang berikutnya.

Semoga Allah kuatkan kita dalam menghadapi musibah ini. Bacalah doa di atas agar Allah menghindarkan Anda dari delapan perkara tersebut.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image