Nihil Hasrat
Sastra | 2022-05-10 20:28:37/1/
karena cuma mampu menulis debu
maka, ia rangkai empat huruf itu
ia tepis congkak yang menggebu
karena tak ia miliki warna pelangi
dan aroma wangi
/2/
dalam kemasan perhelatan
iringan karnaval berarak perlahan
(selamat jalan
hore hore hore)
di bandara ini kan kuterbangkan angan
mewujud impian dalam kenyataan
/3/
alih-alih keluar dari tempurung
ia gagap bersikap
sirna segala yang dirasa hebat
musnah semua yang dianggap paling
langit yang makin kinclong
udara yang makin sejuk
segala rumus dan teori ditekuk lututnya
dipatahkan tangannya
miliaran pakar terbungkam
sirna!
Izinkan aku kembali membuka lembar lembar ayatayat-Mu: agar pongah tak menyerakahi benak. Kedunguan tak menggurita. Kepandiran tak mentradisi diri.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.