Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Sutanto

Cerita Fabel: Moni Punya Adik Baru

Eduaksi | Thursday, 26 Aug 2021, 14:53 WIB

“Aku tak mau punya adik. Ayah dan ibu hanya sayang adik, tak lagi sayang Moni,” teriak kucing berbulu putih pada ayah ibunya. Moni berlari masuk kamar.

Momo, ayah Moni dan Mimi, ibunya geleng-geleng kepala mendengar teriakan itu.

“Mengapa Moni bersikap seperti itu?” tanya Mimi.

“Dia kan masih kecil, mungkin belum bisa berpikir dewasa. Kitalah yang mesti tetap menunjukkan rasa kasih sayang yang utuh jangan berkurang,” hibur Momo.

Mimi membenarkan apa yang dikatakan Momo. Namun kelahiran Nino adiknya Moni tetap saja menyita waktu dan tenaganya.

Seharian Moni ngambeg tak mau keluar kamar dan tak mau makan. Tentu saja hal ini membuat Momo dan Mimi khawatir. Kalau sampai beberapahari tak mau makan bisa membahayakan kesehatan.

Saat mereka berembuk untuk mencari jalan keluar, datanglah Mumu, seekor kelinci sahabat mereka.

“Selamat datang Mumu, beberapa hari tidak bermain kesini,” sambut Momo.

“Terimakasih sahabatku. Kangen juga tidak kesini bermain dengan Moni. Dimana dia?” tanya Mumu.

“Kebetulan sekali. Seharian Moni tak mau makan hanya tiduran di kamar. Dia masih belum bisa menerima kehadiran adiknya,” beber Mimi.

“Oh, begitu ya. Coba akan kuajak pergi bermain sambil kunasihati, semoga dia bisa berubah,” jawab Mumu.

“Terimakasih sebelumnya, “ ucap Momo dan Mimi.

Mumu mendatangi Moni yang sedang tiduran di kamarnya. Melihat kehadiran Mumu, sontak wajah Moni gembira. Mumu memang sudah lama bersahabat dengan ayah ibunya dan sering bermain dengan Moni.

“Yuk kita jalan-jalan keluar,” ajak Mumu.

“Kita mau pergi kemana?” tanya Moni

“Mencari udara segar biar tak hanya suntuk di dalam kamar,” sahut Mumu.

“Baiklah, sudah beberapa aku tak pergi bermain,” jawab Moni penuh semangat.

Sebelum pergi, Mumu menghampiri Momo dan Mimi berpamitan, sedangkan Moni mengikuti langkah Mumu sembari menunduk.

***

Mumu dan Moni berjalan santai melewati beberapa rumah dan sampailah di area persawahan yang luas.

“Lihatlah Moni. Hamparan padi yang menguning di sawah. Dengan latarbelakang gunung menjulang, sangat indah untuk dipandang. Itu semua karunia Tuhan kepada makhluknya termasuk kita,” tutur Mumu.

“Iya Mumu. Di alam terbuka seperti ini, sangat nyaman untuk bermain dan bebas menghirup segarnya udara,” sahut Moni.

“Itulah mengapa kamu saya ajak berjalan melewati persawahan agar kamu merasakan segarnya udara dan menikmati alam ciptaan Tuhan,” terang Mumu.

Moni merasa gembira bersama Mumu yang sabar dan baik hati.

Keduanya melanjutkan perjalanan menuju rumah Keke, seekor bebek sahabat Mumu. Saat keduanya tiba, Keke sedang duduk disamping ibunya yang sedang sakit.

“Selamat sore Keke, bagaimana kabarmu?” sapa Mumu.

“Seperti yang kaulihat. Aku sedang merawat ibuku. Itulah sebabnya beberapa hari ini aku tak bisa kemana-mana,” terang Keke.

“Apakah kamu tidak memiliki saudara?” tanya Moni menyelidik.

“Aku anak tunggal tak memiliki saudara. Jadi aku bertanggungjawab sendiri atas apa yang terjadi pada ibu,” sahut Keke.

“Tuhan hanya memberi satu anak yaitu Keke. Seandainya dia punya saudara kan ada yang membantu merawatku,” ujar ibunya Keke di pembaringan.

Mendengar penjelasan Keke dan ibunya, Moni jadi membayangkan dirinya. Mestinya dia bersyukur memiliki adik baru. Mengapa ia malah menolak? Seharusnya menyambut dengan sukacita karena ada teman bermain dan bisa saling membantu kalau ada kerepotan.

“Moni. Mengapa malah melamun?” celetuk Mumu.

Moni tersadar dari lamunannya, sahutnya,”Eh iya. Mestinya aku senang dikaruniai adik baru. Akan tetapi aku malah menolak kehadirannya.”

“Nah. Seharusnya kamu senang karena punya teman bermain. Bukannya malah ngambeg di kamar,” ledek Mumu.

Moni tak menjawab hanya tersipu malu.

“Keke, aku dan Moni sengaja datang untuk melihat keadaanmu. Aku berdoa semoga ibumu segera sehat kembali,” kata Mumu.

“Terimakasih atas kehadiran kalian berdua. Kemarin juga sudah mendapat obat dan ini tinggal pemulihan dengan banyak istirahat. Kehadiran kalian semoga menjadi penghibur kami,” jawab Keke.

Mumu dan Moni berpamitan kembali pulang.

Moni berjalan setengah berlari, rasanya sudah tidak sabar untuk meminta maaf kepada ayah ibunya dan mencium sang adik.

Mumu tersenyum, dia bersyukur karena rencananya menyadarkan Moni membuahkan hasil.

***

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image