Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Sutanto

Cece yang Sok

Edukasi | 2023-06-27 11:36:40
oleh: Sutanto

Cece sedang istirahat santai dengan menempel di dinding rumah Pak Anto. Sambil tersenyum, Cicak tersebut memandang bunga-bunga yang bermekaran di halaman rumah. Siang malam Cece berada di rumah tersebut. Dia merasa betah karena rumah itu sangat bersih dan nyaman, terlebih banyak bunga yang ditanam di halaman rumah menjadikannya tak ingin pergi dari rumah tersebut. Namun sayang Cece memiliki watak kurang baik, merasa dirinya paling unggul dan menganggap yang lain lebih rendah darinya.

“Mumu, mengapa kau bermain di bunga-bunga itu? Jangan-jangan kamu mau merusaknya,” sindir Cece kepada Mumu, seekor Semut yang merayap di ranting bunga mawar.

“Aku hanya ingin bermain disini sambil menghirup wanginya bunga ini. Mengapa kamu menuduhku ingin merusaknya?” tanya Mumu sambil memandang Cece tak mengerti.

“Kamu paling pandai berkata-kata. Sebaiknya kamu jangan bermain di bunga mawar, nanti tertusuk duri baru kamu menyesal,” teriak Cece.

Rupanya teriakan Cece benar. Saat Mumu sedang merayap di bunga mawar, badannya tergores duri yang tajam. Hampir saja dirinya jatuh, namun untunglah Mimi dan Momo sahabat karibnya datang menolong.

“Terimakasih sahabatku, kalian datang di saat yang tepat. Hampir saja aku jatuh dari mawar ini,” rintih Mumu.

“Sama-sama Mumu. Sebagai sahabat sudah selayaknya tolong menolong,” jawab Mimi dan Momo.

Cece yang melihat Mumu sakit tergores duri, bukannya menaruh simpati namun justru malah meledeknya.

“Nah, itulah akibatnya kalau tidak mau mendengar peringatanku. Lebih baik kalian bermain di kayu rapuh dan kotor di hutan sana. Tempat ini tidak cocok buat kalian,” ejek Cece sambil tertawa.

“Mumu, sebaiknya kita tidak usah meladeni ejekan Cece,” tegur Mimi.

“Sebaiknya kamu tinggalkan cicak yang sok itu. Mari kuantar kembali pulang,” ajak Momo.

Mumu mengangguk menuruti saran dua temannya dan meninggalkan Cece yang masih tersenyum mengejek.

***

Cece semakin jumawa saja karena memiliki badan yang lebih besar dibanding hewan lain seperti semut, nyamuk, lalat, dan lebah. Rupanya sikap Cece tak lepas dari pengamatan Toke, seekor Tokek yang sehari-harinya juga menempati rumah Pak Anto.

Beberapa hari kemudian, Mumu, Mimi dan Momo datang bermain lagi di taman bunga depan rumah Pak Anto. Melihat kedatangan merekan, Cece menunjukkan sikap tidak bersahabat.

“Kalian masih berani datang kesini lagi. Apa belum kapok terkena duri?” hardik Cece.

“Bukankah taman bunga ini bukan milikmu, mengapa melarang?” sanggah Mumu.

“Kita datang dengan niat baik, hanya bermain saja. Kok nggak boleh?” sajut Mimi. Cece tidak menganggapi kata-kata Mumu dan Mimi. Dia hendak turun dari tembok untuk mengusir ketiga semut itu.

Belum lagi Cece turun, tubuhnya terasa berat untuk digerakkan. Ternyata ada yang menghimpit tubuh sehingga membuat sukar bergerak.

“Kamu jangan merasa paling kuat, dan paling berkuasa,” sebuah suara berwibawa terdengar di telinga Cece.

Begitu Cece mendongak, Toke menghimpit tubuhnya. Itulah sebab mengapa tubuh Cece sulit bergerak.

Seketika pucatlah Cece begitu siapa yang menghimpitnya.

“Toke, lepaskan aku. Jangan kau himpit seperti ini, aku tak bisa bergerak,” pinta Cece.

“Kalau sikapmu masih mau menang sendiri dan menindas yang lemah. Aku tak akan melepaskanmu,” jawab Toke.

“Tolong lepaskan aku,” rengek Cece.

“Kalau kamu mau merubah sikapmu, baru akan aku lepaskan,” kelit Toke.

Cece tak punya pilihan lain harus mau merubah diri. Sekarang dirinya baru sadar, ternyata kekuatannya tak seberapa dibanding Toke yang berbadan lebih besar.

“Toke. Aku berjanji tidak akan sombong lagi, tak akan sok jumawa. Aku akan baik kepada siapa saja,” ungkap Cece terengah-engah.

Mendengar janji yang diucapkan Cece, Toke melepaskan himpitan.

“Kalian semua, Mumu, Mimi dan Momo menjadi saksi. Cece telah berjanji untuk berubah. Artinya kalian bebas bermain di sini asal tidak merusak,” ujar Toke. “Hore, kita bebas bermain sekarang,” seru ketiganya dengan gembira.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image